ORA ET LABORA


Ora et Labora: “Berdoa dan Bekerja” adalah pepatah Kuno yang hidup sejak dahulu kala dalam Gereja Katolik. Pepatah kuno ini sangat inspiratif untuk mendidik umat Katolik, untuk menjadi orang-orang Katolik yang mau mengisi hidupnya dengan kegiatan-kegiatan doa yang menghantar mereka pada relasi dan pengenalan yang intim dengan Allah sang Pencipta (Allah Bapa), Allah Penebus (Allah Putera) dan Allah Penolong (Allah Roh Kudus) Tritunggal yang Sehakekat; tetapi juga menjadi orang-orang Katolik yang mau mengolah Bumi dan segala isinya demi kesehahteraan dan kemakmuran mereka.
Bulan Mei dalam tradisi Katolik dikenal sebagai Bulan Maria, Bulan yang dikhususkan untuk menghormati Maria dan berdevosi kepada Maria, mengantar doa-doa kepada Yesus melalui dan bersama dengan BundaNya: Bunda Maria (Per Mariam ad Jesum). 

Setiap malam, umat Katolik Quasi Paroki St. Maria Imakulata Wowonda larut dalam doa-doa yang khusuk untuk Bunda Maria sebagai Bunda Gereja. Doa “Salam Maria penuh Rahmat, Tuhan sertamu, terpujilah Engkau diantara Wanita dan terpujilah buah tubuhmu Yesus, santa Maria Bunda Allah, doakanlah kami yang berdosa ini sekarang dan waktu kami mati amin” selalu didaraskan setiap malam di rukun-rukun. Kadang doa ini didaraskan dalam Bahasa daerah (Tanimbar) bahkan terkadang didaraskan juga dalam Bahasa Latin..wow, kren,,.lebih kren lagi, kadang umat mendaraskannya dalam bentuk nyanyian..banyak ujud yang mereka doakan: mendoakan Bapa Paus, Para Uskup, para Imam, Biaran-biarawati, para katekis, orang sakit, Pemerintah, perdamaian dunia, keluarga-keluarga dan pergumulan-pergumulan mereka, bahkan mendoakan juga mereka yang telah meninggal.
Suatu budaya yang baru hidup di wilayah Quasi paroki St. Maria Imakulata Wowonda adalah: kebiasaan menutup akses jalan saat ibadah sudah ditiadakan. Setiap ruas jalan yang digunakan akan selalu tersedia akses bagi orang yang memiliki kepentingan khusus, teristimewa yang sakit. Pada setiap pukul 19.30 Wit kita sudah mendengar lantunan lagu Maria dan doa salam Maria..suatu pemandangan yang indah memang pada setiap bulan Mei. Hal ini bisa terjadi karena hampir 99,9 % beragama katolik di wilayah Quasi Paroki St. Maria Imakulata Wowonda, yang terdiri dari: desa Wowonda, Ilngei, Kabyarat dan desa persiapan Wesawak.


Pada tgl. 23 kemarin, Quasi paroki St. Maria Imakulata Wowonda menggelar kegiatan “Rally Rosario” untuk kedua kalinya selama menjadi Quasi Paroki (sebelumnya, pada bulan Oktober tahun 2023, diadakan rally rosario dari Stasi Ilngei ke Stasi Kabyarat). Yang unik dari rally Rosario kali ini adalah:
1. Jarak tempuh yang cukup jauh, dari lokasi TPU Kabupaten Kepulauan Tanimbar menuju ke Stasi St. Lukas Wesawak, kurang lebih 8 Km.
2. Cuaca yang sangat bersahabat, mendung dan berawan; walaupun sehari sebelumnya cuaca tidak bersahabat.
3. Jumlah peserta yang ikut dalam kegiatan relly sangat banyak. Semua umat yang mengikuti reli rosario terbagi dalam 34 rukun, mereka datang dengan pakaian seragam dan fandel masing-masing (walaupun kegiatan relly ini tidak dinilai).


Kegiatan relly dibuka pada Pkl. 07.15 Wit oleh Pastor paroki, dan selanjutnya para peserta relly berjalan berkelompok sesuai dengan rukun masing-masing. Jumlah peserta rally dalam setiap rukun berkisar antara 30 sampai 60 peserta. Para peserta tiba di Wesawak mulai dari pkl. 09.45 sampai 10.25 Wit.
Di Stasi Wesawak, tampak umat yang terdiri dari hanya 28 KK, siap menerima para peziarah dengan penuh sukacita. Mereka menyiapkan konsumsi, tempat MCK, dan lokasi gereja dengan sangat bertanggung jawab. Mereka melakukan semua ini karena cinta kepada sesama saudaranya yang sudah berjalan jauh untuk tiba di gereja mereka. Kata ketua DPS, bpa Wiro Karubun, kegiatan rally rosario dengan mengambil Stasi Wesawak sebagai tuan rumah baru pertama kali terjadi dalam Sejarah berdirinya gereja di stasi terpencil ini…hehe..maka mereka mau berbuat yang terbaik sebagai rasa syukur kepada Tuhan.
Agenda yang cukup kreatif dalam raly rosario ini adalah: setiap rukun dari 3 stasi besar (Wowonda, Ilngei dan kabyarat) diberi tanggung jawab untuk menyiapkan minimal 4 bh anakan PISANG SEPATU untuk ditanam di lokasi Gereja St. Lukas Wesawak sebagai kenang-kenangan bahwa merka pernah berziarah ke stasi ini. Mumpung lokasi Gereja Wesawak sangat luas, lebih dari 1 hentar, maka Sebagian besar lokasi Gereja pada hari kamis, tgl. 23 Mei sudah ditanami anakan pisang. Melalui kegiatan penanam anak pisang Sepatu ini, pesan yang mau disampaikan adalah: umat dapat memanfaatkan setiap lahan mereka untuk kegiatan pertanian.


Selain penanaman pisang, lokasi depan pastoran juga dibajak bersama-sama untuk nanti dijadikan sebagai lahan penanaman sayur-sayuran.
Umat tidak hanya diajak untuk berdoa (ora), tetapi juga dimotivasi untuk bekerja (labora) dengan giat dan tekun.
Salam dari Bukit Inspirasi, Wowonda. (RD. Simon Petrus Matruty)