DAILY WORDS, KAMIS, 19 MEI 2022
PEKAN PASKAH V
BY RP. PIUS LAWE, SVD
BACAAN I : KIS 15: 7-21
MAZMUR : MZM 96: 1-2a. 2b-3.10
INJIL : YOH 15: 9-11
@ Masih tentang pengalaman pergumulan para rasul dan pesan akhir Yesus sebelum Dia mejalani penderitaan. Ada warisan DAMAI SEJAHTERA bagi seorang murid Tuhan. Ada hidup sebagai ranting anggur yang mestinya melekat erat dengan pokok anggur yaitu Yesus sendiri. Dan pada hari ini, Yesus berbicara tentang SULACITA YANG PENUH. Pertanyaan yang bisa timbul dari pesan Yesus ini: kapan sukacita kita dinyatakan PENUH?
@ Bila dikaitkan dengan bacaan pertama yang mengisahan tentang Konsili Yerusalem sebagai cikal bakal konsili-kinsili berikutnya, dan bila dikaitkan dengan inti pesan Yesus dalam injil hari ini, saya dapat menyimpulkan dua point penting sebagai ukuran atau pra-syarat sebuah SUKACITA YANG PENUH.
Pertama, sukacita akan menjadi penuh ketika seseorang menuruti perintah Yesus. Perintah atau hukum-Nya yang utama dan terutama adalah hukum CINTA KASIH. Kita dinasihati untuk rela mengasihi dengan segenap hati, segenap jiwa dan dengan segenap akal budi. Kita pun diajak untuk mengasihi sesama manusia seperti kita mengasihi diri kita sendiri. Cinta kasih yang kita bangun mestinya sebuah cinta yang lahir dari ketulusan hati, bukan palsu, bukan cinta erotis belaka, bukan cinta yang barteran (saya tukar cinta dengan cinta, kalau cintaku dibalas dengan benci maka saya berhenti mencinta), bukan cinta fungsional (cinta dengan iming-iming tertentu. Cinta di sini lebih kepada cinta agape: cinta tanpa syarat/tanpa kondisi tertentu/unconditional love. Sukacita akan menjadi penuh ketika kita mencinta TANPA SYARAT.
@ Kedua, berdasarkan pokok persoalan dalam konsili Yerusalem yang kita dengar dalam bacaan pertama hari ini, SUKACITA yang PENUH dapat tercipta dari sikap kita yang TERBUKA untuk menghargai perbedaan-perbedaan yang kita miliki di dalam komunitas. Hal ini penting ketika Injil dibawa masuk ke wilayah atau teritori bangsa yang bukan Yahudi. Ketika injil masuk di dalam budaya dan bangsa lain, semua perbedaan tidak bisa dihapus. Penghargaan terhadap budaya yang lain merupakan penghayatan dari CINTA KASIH ALLAH yang tidak tebang pilih. Rasul Petrus di dalam konsili Yerusalem menegaskan bahwa Allah sama sekali tidak mengadakan perbedaan antara yang Yahudi dan bukan Yahudi karena Yesus Kriatus telah menyucikan hati semua orang oleh karena iman mereka. Di dalam penghargaan akan perbedaan yang dimiliki, ada sukacita yang penuh. Tidak ada diakriminasi. Tidak ada pengucilan. Tidak ada peng-subordinasian. Tidak ada kasta atau kelas-kelas di dalam himpunan umat beriman. Semua orang sama di hadapan Allah.
@ Berdasarkan dua hal di atas, mari kita coba membuka hati satu terhadap yang lain. Hati yang terbuka mengantar kita untuk membangun CINTA KASIH yang tak bersyarat/cinta agape, bahkan cinta yang rela memberikan hidupmu bagi kebahagiaan dan keselamatan sesama. Hati yang terbuka juga rela menerima dan menghargai perbedaan-perbedaan yang ada di dalam sebuah komunitas/kebersamaan. Saya sungguh yakin, di dalam praktek CINTA AGAPE dan CINTA yang mwnghargai PERBEDAAN di antara individu/kelompok/suku dan bangsa, di sana bakal ada SUKACITA YANG PENUH. Mari kita saling mendoakan, semoga kita, entah sebagai imam, awam, dan dalam peran kita masing-masing, kita dapat belajar untuk menghidupi CINTA AGAPE dan CINTA TANPA SEKAT. Di dalamnya, kita mengalami sukacita yang penuh. Have a good abd blessed evening filled with an unconditional love and with compassion. God bless you allπ§‘β€π§‘β€πππ