Dari Stasi Pinggiran St. Petrus Kalar-Kalar, Aru Selatan Barat
“Ketika ada jedah lagu, tiba-tiba gadis cilik itu berani memohon: “Bapa Uskup, boleh bapa membeli “ukulele” untuk kami anak-anak Sekami?” Tanpa lama-lama mempertimbangkan, saya langsung menjawab: “Pasti saya akan usahakan untuk kalian, putra-putriku.”
Karena di jadwal kunjungan kanonik, rombongan dan saya tidak menginap di Stasi St. Petrus Kalarkalar maka sejak jam 07.00 pagi kami sudah tiba di stasi tersebut.
Setelah melalui berbagai acara kunjungan ke semua rumah ibadat dan mengikuti acara ceremonial, kami pun bergegas untuk kembali ke speedboat yang telah menanti membawa kami ke Aru Tengah. Tiba-tiba turunlah hujan deras yang membuat kami tidak bisa beranjak. Maka kesempatan itu saya gunakan untuk bernyanyi dan bergoyang bersama anak remaja SEKAMI.
Karena percaya bahwa doa dari hati yang polos pasti dikabulkan oleh Tuhan maka saya mengajak anak-anak untuk meminta: “Dalam nama Yesus, berhentilah engkau, hujan!” Dan memang terjadi bahwa sekitar 10 menit kemudian, langit yang sebelumnya berawan tebal dan hujan lebat berangsur-angsur mulai redah dan langit pun mulai cerah kembali.
Lagu-lagu pun terus dikumandangkan oleh jiwa-jiwa polis ini sampai tiba di moment jedah, di mana gadis cilik yang memperagakan gerak bersamaku mencela dan berkata: “Bapa Uskup, bolehkah saya meminta sesuatu?” Aku pun menjawab: “Silakan sayang?” Ia lalu melanjutkan: “Bila bapa Uskup berkenan, tolong belikan kami ukulele agar kami bisa menggunakannya ketika menyanyikan lagu-lagu SEKAMI.” Saya pun menimpalinya: “Siap sayang, pasti Bapa Uskup akan belikan untuk kalian.” Mereka pun bergirang dan memberikan tepukan terima kasih kepadaku.
Ya mereka adalah generasi muda gereja Katolik di pesisir pulau Trangan di Aru Selatan, yang jauh dari kota. Bila masyarakat menggunakan perahu untuk ke kota Dobo maka waktu yang ditempuh sekitar 12 jam. Ini pun bisa bila laut tenang. Tapi bila berombak maka dalam rentang waktu berbulan-bulan mereka tidak bisa pergi ke kota Dobo, ibu kota pemerintahan Kabupaten Kepulauan Aru, dan menjadi satu-satunya kota di Kabupaten ini.
Karena itu, teman-teman yang tergerak untuk memberi hadiah kepada jiwa-jiwa polos yang tinggal di pesisir ini, saya mengajak: “Mari kita berdonor 1 buah Ukulele untuk satu anak di Stasi Kalar-kalar.” ( Harga 1 Ukulele: Rp. 350.000 )
Karena itu bila lewat lagu dan doa kemarin, hujan lebat pun berhenti turun ke bumi, maka percayalah bahwa melalui lagu dan petikan jari-jari mungil mereka pada senar ukulele yang Anda sumbangkan, mujizat akan terjadi dalam hidupmu.
Catatan: Bagi yang tergerak untuk membantu, silakan kirim pesan pribadi kepada saya.
Salam, doa dan berkatku untukmu ( Mgr. Inno Ngutra: Minnong – Duc in Altum )