SUARA SIAPAKAH YANG HARUS KUDENGAR?

DAILY WORDS, KAMIS, 04 JULY 2024
PEKAN XIII MASA BIASA
BY RP. PIUS LAWE, SVD

BACAAN I : AM 7: 10– 17
MAZMUR : MZM 19: 8.9.10.11
INJIL : MAT 9: 1 – 8

@ Sering di dalam pelayanan sebagai imam, saya dihadapkan pada situasi-situasi dilematis. Maju salah mundur pun salah. Mau ambil jalan ini, saya bakal ditantang oleh banyak pihak dan dianggap membuat keputusan yang tidak populer. Namun dari segi kemanusiaan, sesungguhnya jalan yang saya ambil itu merupakan jalan yang tepat. Tetapi jika saya takut kehilangan popularitas dan “takut ditinggalkan” oleh banyak pihak, saya memilih untuk diam. Akhirnya, nilai yang mestinya saya tegakkan, saya korbankan. Pada situasi ini, mestinya saya tidak takut untuk membawa suara kenabian. Saya mesti berani menyerukan suara kenabian/profetis meskipun saya harus kehilangan popularitas (baca: tidak disukai oleh banyak pihak yang kepentingannya dikorbankan oleh karena jalan yang saya tempuh ).

@ Dalam ziarahnya, sejak pewartaan Kabar Gembira mulai didengungkan, para murid Tuhan, para martir, para pimpinan Gereja, para agen pastoral sering berhadapan dengan situasi-situasi kritis. Memilih untuk mengikuti yang benar berarti nyawa dikorbankan. Jika hendak mempertahankan atau mau berada di zona nyaman, berarti mengorbankan nilai-nilai kebenaran yang mestinya diperjuangkan. Di jaman modern ini, kita kenal tokoh-tokoh pemberani yang tegar memperjuangkan kebenaran meskipun harus berhadapan dengan rezim-rezim yang menindas. Sebut saja satu contoh tokoh pemberani yang tidak pernah takut atau tidak pernah mundur oleh karena ketegarannya memperjuangkan nasib orang kecil dan tertindas adalah Uskup Oscar Romero. Dia tidak takut kehilangan popularitasnya. Dia tidak takut berhadapan dengan kaum elite di negara El Salvador yang tengah dirongrong pengaruh Amerika Serikat dalam berbagai sendi kehidupan yang hanya mengikat dan menguntungkan kaum bermodal dan mengorbankan kaum miskin. Uskup Romero akhirnya dibunuh secara sadis setelah beberapa imam dan pejuang kemanusiaan yang lain pun sudah diculik dan dibunuh oleh rezim yang sedang berkuasa. Uskup Oscar Romero tetap memilih untuk mendengar suara Allah yang hadir dalam teriakan-teriakan rakyat jelata yang dibunuh secara kejam. Selain Uskup Oscar Romero, ada juga tokoh pembela orang kecil di Amerika Serikat yang dibunuh oleh orang-orang yang tidak mengingikan kemerdekaan dan perjuangan kesederajadan kaum kulit hitam (Afro – Amerika). Dia adalah Martin Luther King, Jr., yang ditembak mati di kota Memphis, TN-Amerika Serikat. Di benua Hitam – Afrika, tampil juga seorang tokoh kulit hitam, Nelson Mandela. Dia tegar memperjuangkan nasib orang-orang hitam di negaranya – Afrika Selatan meskipin dia harus menghadapi berbagai macam tantangan dan rintangan. Di negara kita, ada ulama yang berani seperti Gus Dur. Dia tidak segan-segannya mengkritik segala macam kebobrokan yang dipraktekkan oleh para pemimpin di negara ini yang korupt. Ada juga Romo Magnis Suseno dan Romo Mangunwijaya yang tidak pernah takut untuk meneriakkan kebenaran dan keadilan bagi orang-orang kecil dan tertindas. Para tokoh di atas adalah sosok yang sungguh-sungguh mendengarkan suara Tuhan dan konsisten dengan opsi atau pilihan mereka pada orang-orang kecil dan tertindas ( option for the poor).

@Pilihan yang telah dibuat oleh para pejuang keadilan dan kebenaran sebagaimana yang saya sebut di atas, adalah figure-figure yang semangat atau spiritualitasnya kita temukan dalam diri nabi Amos. Dia adalah nabi sederhana, seorang peternak dari kerajaan Selatan (Yehuda), yang oleh karena memilih untuk mengikuti suara Tuhan, dia rela ke wilayah Utara (kerajaan Israel) untuk meneriakkan kebenaran dan keadilan. Dalam kisah yang kita dengar dalam bacaan I hari ini, Amos bahkan diusir keluar dari Kerajaan Utara lantaran dia menubuatkan nasib tragis yang akan menimpa raja dan kerajaan Utara karena kebobrokan yang dipraktekkan oleh kaum elite. Amos tidak mundur satu langkah pun. Dia tetap tegas meneriakkan kebenaran dan keadilan apapun resiko yang harus dia tanggung. Baginya, pertobatan dan kehidupan umat manusia menjadi prioritas. Dalam kisah Injil hari ini, ahli Taurat mengritik tindakan Yesus menyembuhkan seorang yang sakit lumpuh, sebagai suatu tindakan “penghujatan”. Padahal, apa yang dilakukan oleh Yesus adalah sebuah tindakan yang membawa kehidupan. Meskipun dinilai telah menghujat Allah, Yesus tetap taat pada suara Bapa-Nya di Sorga yaitu membawa pengampunan dan keselamatan bagi orang-orang kecil yang terlupakan. Yesus memilih untuk melakukan sesuatu demi kebaikan dan kehidupan orang lain ketimbang takut terhadap orang-orang yang melihat tindakan Yesus dengan kacamata yang berbeda.

@ Dari contoh hidup atau keteladanan para pejuang kemanusiaan yang saya gambarkan secara garis besar di atas, baik dari tokoh-tokoh dalam Kitab Suci maupun dalam sejarah peradaban modern, kita patut belajar untuk mendengarkan suara Tuhan dan berusaha membuat pilihan yang tegas untuk, atau mengikuti suara-Nya atau sebaliknya mengingkari suara-Nya. Tentu saja kita yang menamakan diri pengikut Kristus, mestinya membuat pilihan yang tegas yaitu pilihan untuk berpihak pada orang-orang kecil dan tertindas, pilihan untuk meneriakkan kebenaran dan keadilan, meskipun taruhannya adalah “kehilangan popularitas” dan bahkan “kehilangan nyawa”. Kita saling mendoakan, semoga lewat pilihan hidup kita masing-masing, kita mampu membuat pilihan yang tegas untuk tetap mengkuti suara Tuhan yaitu suara yang selalu membela “yang kecil atau yang terpinggirkan ( marginalized ). Semoga kita tidak segan-segan mengenakan mantel keberanian nabi Amos, Uskup Oscar Romero, Pendeta Martin Luther King, Jr., Presiden Nelson Mandela dan Presiden Gusdur dan tentu saja Guru dan Nabi Agung kita Yesus Kristus dalam memperjuangkan dan membela hak-hak orang kecil dan tertindas. Semoga suara Tuhan-lah yang kita dengar ketika kita hendak memilih untuk bertindak. Have a wonderful evening, filled with love and compassion. Warm greetings to you all. good night!!! padrepiolaweterengsvd 🙏🏽🙏🏽🙏🏽🙏🏽🙏🏽