EKARISI DAN IMAM

INTI SARI REKOLEKSI PARA IMAM KEUSKUPAN AMBOINA DI KOTA AMBON ( Oleh: RD. BERRY RAHAWARIN, Ahli Liturgi )

Dalam Misa Kudus, kita tidak melakukan hal lain selain meniru apa yang dibuat oleh Yesus sendiri pada malam Perjamuan Terakhir.”

Maka Renungkanlah ini:

  • Perjamuan persaudaraan terekspresi lewat satu piala yang disodorkan dari satu ke yang lain, bukan masing2 minum dari piala masing-masing;
  • ⁠Inti warisan Yesus adalah kata-kata ini: “Buatlah ini menjadi kenangan akan Daku,” bukan usir setan, sembuhkan orang dan Jamahan ( Ini semua adalah buah2 dari Ekaristi )
  • ⁠Puncaknya pada sengsara Tuhan ( Raniero Cantalamessa dalam bukunya “The Power of The Cross”; Dia mati di salib maka Tubuh-Nya menjadi hosti dan Darah-Nya menjadi anggur yang terlihat dengan mata manusiawi, dan ketika Misa Kudus dirayakan maka hosti menjadi Tubuh Kristus dan anggur menjadi Darah Kristus );
  • ⁠Roti dan Anggur tidak sebenarnya tidak hanya berubah pada saat konsekrasi, melainkan pada keseluruhan perayaan Ekaristi;
  • ⁠Ingatlah ini selalu 1 Kor 11 : 26; “Sebab setiap kali kamu makan roti ini dan minum cawan ini, kamu memberitakan kematian Tuhan sampai Ia datang.
  • ⁠Imam, Korban dan Altar menjadi satu kesatuan tindakan ( Imitatio Christi );

Seorang Imam adalah seperti roti yang DIAMBIL ( DIPILIH ), DIBERKATI, DIPECAH-PECAHKAN DAN DIBAGI-BAGIKAN:

  • ⁠Seorang Imam adalah pribadi yang dipilih Allah secara istimewa walaupun mungkin dunia ( orang-orang/umat ) tidak memilih dan menyukaimu. Maka bersyukurlah selalu karena Tuhan memilihmu menjadi Imam-Nya;
  • ⁠Seorang Imam diberkati ( diteguhkan ). Ini berkat kekal yang kita terima dari Allah seperti Maria yang telah mengambil bagian yang tak dapat diambil dari padanya;
  • ⁠Imamat menjadi berarti ketika hidup kita dibagi-bagikan kepada umat yang kita layani. Kebahagiaan kita terletak pada kerelaan kita untuk memberikan diri, waktu, tenaga bahkan milik kita dalam pelayanan.

Harapan Uskup;

1) Semoga para Imam tidak hanya merasa diri sebagai pemimpin Misa, tapi sebagai dia yang merayakan dan sedang berkorban ( mengorbankan diri dan umat ) kepada Tuhan di atas Altar Kristus;

2) Semoga tidak ada lagi Imam yang menjalani hidup setiap hari tanpa merayakan Ekaristi Kudus;

3) Semoga para Imam memperhatikan kelengkapan dan kelayakan dari semua peralatan liturgis yang ada dalam gereja demi kenyamanan dan kekudusan perayaan Ekaristi Kudus.

Ditulis di Mezbah Doa Puspaskup Amboina
( Mgr. Inno Ngutra )