HADIAH TERINDAH DARI BASILIKA SANTO PETRUS VATIKAN

Dibuang Sayang dari Vatikan, Roma ( 1 )

Hari itu, 7 September 2023 ketika kami 110 Uskup yang mengikuti kursus para Uskup Muda dari benua Asia dan Afrika dijadwalkan untuk merayakan Misa di Basilika St. Petrus, yang dipimpin oleh Cardinal Luis Antonio Tagle, Prefek Dicastery for Evangelization, dan yang akan dilanjutkan dengan pertemuan dengan Paus Fransiskus, Pimpinan Tertinggi Gereja Katolik sedunia.

Tentunya semua Uskup mendambakan pertemuan istimewa ini di mana masing-masing Uskup akan menghadap Paus dan berjabat tangan dengan Wakil Kristus di dunia itu. Demikian pun hatiku diliputi oleh sukacita dan kebahagiaan yang tak dapat dilukiskan dengan kata-kata. Alasannya sangat jelas karena selain bisa ikut sebagai con-selebaran dalam perayaan Misa Kudus di Gereja Induk tersebut dan akan bertemu langsung dengan Bapa Paus, tapi hari ini juga semakin istimewa karena dua alasan berikut ini;

Pertama; Aku diperkenankan untuk mengunjungi dan menghormati makam St. Petrus yang terletak di ruang bawah di dalam Basilika St. Petrus, dan

Kedua; Bacaan Injil hari ini diambil dari kutipan yang kupakai sebagai motto tahbisan Imamatku; “…tetapi karena Engkau menyuruhnya.” ( Luk. 5 : 5 ) dan tahbisan Episcopalku, “Bertolaklah ke tempat yang lebih dalam.” ( Luk. 5 : 4 ) yang teks lengkapnya ditemukan dalam Injil Lukas 5 : 1 – 11.

Maka dialog antara Yesus dengan Petrus sangat hidup kudengar karena aku merasa seperti Petrus yang sedang berdialog dengan Yesus di Gereja induk di mana pengganti Petrus tinggal, bertakhta dan menggembalakan kawanan domba Yesus, yang dipercayakan kepadanya.

Semuanya semakin terasa sempurna dalam relung hatiku karena inilah perjalanan pertamaku datang ke Eropa selama hidup dan sebagai seorang Uskup, yang dipanggil dan dikuatkan dalam kelemahan dan kerapuhanku seperti Petrus, tapi bisa diubah dan dijadikan penjala manusia oleh Yesus setelah memberi diri dan mempercayakan pelayananku kepada Yesus, yang memanggil dan memiliku menjadi Gembala di Keuskupan seribu pulau, Maluku dan Maluku Utara.

Setelah agenda terakhir berjabatan tangan dengan Paus, pengganti Petrus, aku pun kembali ke Colegio San Paolo, yang mengingatkanku bahwa aku pun harus berlayar dari pulau ke pulau di Provinsi seribu pulau itu dengan semangat St. Paulus, yang adalah Rasul bagi bangsa-bangsa di luar Yahudi, yang medan pelayanannya dulu sama sepertiku yakni berlayar dari pulau ke pulau sambil mengunjungi dan melayani umat yang Tuhan percayakan kepadanya. Sungguh, hari ini terasa lengkap dan sempurna karena semua pengalamanku menjadi anugerah terindah di mana aku seakan-akan diperbaharui oleh dua Soko Guru Gereja, St. Petrus dan Paulus di pusat Gereja Katolik, Vatikan, Roma dalam semangat penggembalaan dan pelayanan.

Aku akan kembali kepada domba-domba kecilku yang terpencar di Provinsi seribu pulau dengan sebuah keyakinan bahwa sama seperti Petrus, aku akan menjala dan mendapatkan banyak ikan dan pasti akan berhasil dalam pelayananku seperti Rasul Paulus di tengah derita dan kesulitan yang dihadapinya, karena keyakinannya: “Segala perkara dapat kutanggung dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku,” Flp. 4 : 13 ) karena justru dalam kelemahanku, kuasa-Nya menjadi sempurna.” ( 2 Kor. 12 : 9 )

Maka aku semakin yakin bahwa aku pasti kuat dalam menghadapi semua derita dan kesulitan dalam tugas penggembalaan ku karena sesungguhnya domba-domba yang ku gembalakan saat ini bukanlah domba-dombaku, melainkan domba-domba-Nya. Sabda-Nya sangat jelas bergema: “Gembalakanlah domba-domba-Ku!” ( Yoh. 21 : 15 ) Maka tekadku adalah aku akan melakukan yang terbaik dan yang bisa kulakukan, dan biarlah Tuhan Yesus, Sang Pemilik utama domba-domba itu akan menyempurnakan dan menyelesaikannya sesuai kehendak-Nya.

Ditulis kembali di dalam pesawat rute Roma ke Abu Dhabi: Oleh : Mgr. Inno Ngutra – Duc in Altum )