DAILY WORDS, SELASA, 04 APRIL 2023
PEKAN SUCI 2023
BACAAN I : YES 49: 1 – 6
MAZMUR : MZ 71: 1 – 2. 3 – 4a. 5 – 6b. 15. 17
INJIL : YOH 13: 21– 33. 36 – 38
by RP. Pius Lawe, SVD
@ Kalau pernah menonton film The Mission (film 1986), tentu anda bisa mempunyai bayangan bagaimana susah atau sulit-nya masuk dan memulai karya pewartaan Injil (mission) di wilayah baru dengan kebudayaan yang sangat baru, asing dan menantang. Film drama dari Inggris yang disutradarai oleh Robert Bolt dan dibintangi oleh Robert De Niro dan Jeremy Irons ini sungguh-sungguh menggambarkan betapa susah-nya seorang misionaris untuk masuk ke dalam sebuah wilayah misi yang baru di Amerika Latin. Film yang sangat menarik dan menggugah hati ini diawali dengan perjuangan seorang misionaris yang gigih, bukan saja untuk menantang dan menaklukkan alam yang sungguh ganas dan seram melainkan juga untuk melembutkan hati dan mengakrabkan diri dengan orang-orang dan budaya yang baru. Sang missionaris masuk dengan bersenjatakan sebuah seruling. Bunyi seruling yang ditiupnya di tengah belantara hutan Amazon, menggema membahana membelah kesunyian alam. Bunyi melodi seruling dari tiupan nafas sang misionaris yang tidak pernah gentar itu terus menelusuri lembah yang curam dan bergabung dengan bunyi desiran air terjun raksasa dari kejauhan. Harmoni antara deru air terjun dari kejauhan dan bunyi melodi seruling dari sang misionaris, akhirnya melulu-lantakan ketegaran hati orang-orang Indian (orang-orang kecil Guarani ) yang sangat defensive terhadap pengaruh asing dan sangat vulnerable oleh karena luka yang digoreskan oleh penjajah Spanyol dan Portugis. Situasi awal perjumpaan antara misionaris dengan orang-orang Guarani adalah sebuah moment yang “mengerikan” karena di sana ada ketegangan antar dua budaya, Guarani yang mau survive dengan Eropa yang sangat ekspansive (wajah ke-eropaan yang dibawah oleh sang missionaris Jesuit). Singakat kata, misionaris Jesuit itu SUNGGUH – SUNGGUH BERNYALI, dia sangat berani mengalahkan rasa takutnya karena dia percaya bahwa kekuatan Tuhan akan selalu menyertainya. Dia sungguh mempunyai nyali dan itu bukanlah nyali yang kaleng-kaleng. Two thumbs up for him!!
@ Pengalaman sang Misionaris Jesuit di atas dapat kita baca dan dengar keserupaannya dengan sosok nabi Yesaya di dalam Kitab Suci. Nabi Yesaya dikuatkan oleh Tuhan untuk menyatakan hukum Tuhan bukan hanya kepada bangsa Yahudi melainkan juga kepada bangsa-bangsa yang lain. Keberanian dan kesabaran nabi tahan uji. Hal ini digambarkan dengan kata-kata ini, “ buluh yang patah terkulai tidak akan diputuskannya dan sumbuh yang pudar nyalanya tidak akan dipadamkannya ….” Hati nabi Yesaya berkomitmen kuat untuk menegakkan hukum di antara segala suku bangsa. Tuhan telah memanggil nabi Yesaya untuk maksud penyelamatan. Kedatangannya untuk membuka mata yang buta, mengeluarkan orang hukuman dari tempat tahanan dan mengeluarkan orang-orang yang duduk di dalam gelap dari rumah penjara. Misi penyelamatan di atas hanya dapat terlaksana oleh orang-orang yang selalu berharap pada Tuhan. Baginya, Tuhan adalah terang dan keselamatannya. Baginya, Tuhan adalah benteng hidupnya. Tuhan adalah gunung batu tempat nabi berteduh, kubu pertahanan serta bukit batu dan pertahanannya. Siapa yang bakal menaklukan keberaniannya jika dia sungguh-sungguh bersandar pada Tuhan? Orang yang dekat dengan Tuhan akan mempunyai TAJIR untuk sebuah misi penyelamatan. Tuhan yang memanggil Yesaya sejak dari kandungan ibunya telah membuat mulutnya sebagai pedang yang tajam. Yesaya pun dibuat Tuhan menjadi anak panah yang runcing. Tuhan memampukan nabi Yesaya bukan saja untuk bermisi di antara bangsa Yakub melainkan menjadikannya terang bagi bangsa-bangsa agar keselamatan Tuhan sampai ke ujung bumi.
@ Hal ini justru tidak terjadi 100 % pada murid-murid Yesus. Dalam kisah Injil hari ini, aura ketakutan sepertinya meliputi ruangan perjamuan akhir. Kabar penderitaan yang dikemukakan Yesus kepada para murid-Nya, seakan membawa ketakutan – kegelisahan – kecemasan bagi para pengikut-Nya. Dalam kebersamaan yang mesrah dan penuh persaudaraan ini, setiap murid tentu tidak mau kehilangan wajah di hadapan Guru yang sangat mereka kagumi. Meskipun aura ketakutan itu sedang berhembus di antara para murid Yesus, namun di malam perjamuan itu, masing-masing mereka coba meyakinkan Sang Guru jika mereka akan selalu setia; mereka berani mempertaruhkan segalanya demi Sang Guru. Petrus bahkan dengan lancang menunjukkan kepahlawanannya kepada semua dan khususnya kepada Sang Guru dengan pernyataan, “… Aku akan memberikan nyawaku bagi-Mu”. Namun Yesus tanpa tedeng aling-aling menegaskan bahwa sebelum ayam berkokok, Petrus akan menyangkal-Nya tiga kali. Dan hal ini akhirnya terbukti pada saat proses peradilan sedang terjadi atas Yesus. Di malam perjamuan akhir itu, setiap murid coba meyakinkan Sang Guru kalau mereka akan dengan caranya masing-masing membela Sang Guru ketika mara bahaya datang mengancam. Kitab Suci menulis jika semua pernyataan dari para murid Yesus yang kesannya “ shock mau jadi pahlawan ” itu satu pun tidak terbukti. Semua murid lari tunggang langgang, lari terbirit-birit. Mereka bahkan bersembunyi di antara khalayak agar tidak ketahuan jika mereka sebelumnya adalah pengikut-pengikut Yesus. Memang tertulis jika hanya Yudas yang mengkhianati Yesus namun nyatanya masing-masing mereka mempunyai bentuk pengkhianatan yang berbeda. Semuanya ini terjadi karena mereka kurang iman dan harapan. Mereka bak tak punya nyali yang kuat.
@ Mari kita saling mendoakan. Semoga di dalam Pekan Suci ini, oleh Roh Kudus kita digerakkan untuk lebih dekat dengan Yesus, bukan hanya di dalam saat-saat sukacita, melainkan lebih lagi di saat-saat Dia sedang menjalani penderitaan, sengsara dan wafat-Nya di kayu salib. Semoga kita mempunyai nyali yang kuat karena ktia mengandalkan Tuhan di dalam segalanya. Have a blessed Tuesday of Holy Week filled with love and compassion. Warm greetings from Masohi manise….salve..salve..salve… padrepiolawesvd ❤️❤️🙏🙏🫰🏿🫰🏿😇😇