INSTROSPEKSI – LIHAT KE DALAM DIRI(Belajar dari Kisah Susana dan Kisah Perempuan yang Kedapatan Berbuat Zinah)

DAILY WORDS, SENIN, 27 MARET 2023
PEKAN V PRAPASKAH

BACAAN I : T. DAN 13: 1 – 9. 15 – 17. 19 – 30. 33 – 62
MAZMUR : MZM 23: 1 – 3a.3bitu – 4.5.6
INJIL : YOH 8: 1 – 11


by RP. Pius Lawe, SVD

@ Menjelang Pekan Suci, kita disodorkan dua kisah menarik. Kisah Susana dalam kitab T. Daniel (PL) dan kisah Perempuan yang kedapatan berbuat zinah (PB). Dua kisah yang sungguh memilukan karena keduanya menempatkan perempuan bukan sebagai subjek yang menentukan dirinya sendiri ( otonom ) melainkan sebagai objek yang ditindas secara tidak adil.

@ Dalam kisah Susana – istri Yoyakim, dia dijatuhi hukuman mati atas kesaksian yang palsu dari dua orang tua yang dikenal sebagai hakim berpengalaman. Sungguh sebuah kesaksian palsu yang menghasilkan keputusaan yang fatal atas kehidupan seseorang yang nota bene adalah seorang perempuan. Perempuan ada pada pihak yang lemah dan yang disalahkan. Ya, kedua orang tua ini sudah tua dan beruban dalam kejahatan. Mereka begitu mudah men-skenariok-an suatu kejadian atas diri seorang yang innocent . Munculah Daniel – utusan Allah yang sangat bijaksana. Dia bak seorang Hakim atau Jaksa atau Penasihat Hukum yang adil. Dia bukan seorang hakim peradilan yang gila duit. Dia juga bukan seorang jaksa penuntut yang matanya melotot melihat lembaran dolar atau rupiah. Dia juga bukanlah seorang Penasihat Hukum atau Pengacara yang mengulur-ulur persoalan demi menambah tebalnya uang dalam dompet. Daniel, dia memang sungguh beda dari kedua orang tua yang telah menelanjangi diri mereka dengan bersaksi palsu tentang sebuah kejadian.

@ Kejadian yang direkayasa adalah sebuah kejahatan. Sudah tentu, kejahatan akan menghasilkan sebuah kehancuran. Dusta yang terbaca dalam dan lewat informasi locus kejadian yang berbeda (yang satu dibawah pohon mesui dan yang lain dibawah pohon berangan) akhirnya menuntun kepada kehancuran – kematian. Inilah realitas kerakusan atau keserakahan yang membawa kepada kematian. Memang cerita ini sadis! Sungguh-sungguh menghembuskan sebuah spirit Perjanjian Lama dimana tidak ada belaskasihan bagi kedua orang tua yang juga adalah hakim. Mereka berdua menghadapi kematian tanpa ada pengampunan. Namun, inti dari kisah itu bukan tentang kematian kedua orang tua yang telah merekayasa persoalan atas diri seorang perempuan tak bersalah/ innocent . Kisah ini mengajarkan kepada kita tentang INTROSPEKSI diri untuk semua peran yang kita mainkan. Kalau ada instrospeksi yang jujur, tak bakal ada penghakiman terhadap sesama secara sepihak. Kalau ada instrospeksi yang jujur, selalu ada pintu belaskasih dari Allah dan sessama.

@ Satu hal yang menakjubkan dari kisah Susana adalah bagaimana di dalam kesulitan yang tak terkirakan dan yang menyayat hati, Susana tetap punya iman. Dia mengandalkan Allah yang penuh kuasa dan keadilan serta penuh belaskasihan. Oleh karena belaskasih Allah, orang yang lemah dan tak berdaya seperti Susana mendapat pertolongan dari-Nya. Susana tidak mengalamatkan keluhan akan kesulitannya kepada sesama atau kepada orang lain. Susana yakin, di dalam situasi yang sangat terjepit, banyak pihak akan mencari untung untuk menyelamatkan orang-orang terpuruk. Hakim, jaksa atau penasihat hukum di dunia ini selalu ada pada posisi terjepit dan dilematis. Oleh karena itu, Susana mengalamatkan keluhannya pada Sang Hakim Maha Agung Surgawi dan Duniawi – Sang Jaksa Maha Agung Abadi – Sang Penasihat Hukum Yang Maha Bijaksana. Dialah Allah yang Maha Adil – Maha Bijaksana dan Maha Belaskasih.

@ Hakim yang Maha Agung ini sekarang hadir dalam diri Putera Allah – Yesus Kristus. Dia hadir pada waktunya. Dia hadir ketika seorang perempuan direndahkan di hadapan kaum pria/lelaki yang biadab yang begitu mendominasi kehidupan bermasyrakat dan beragama. Yesus – Sang Hakim yang Mah Adil hadir pada saat seorang perempuan yang direndahkan dalam masyarakat sedang diadili oleh para lelaki manipulative yang telah memanipulasi Hukum Taurat demi kepentingan pihak-nya (kaum patriarkal yang superior). Suatu moment yang menakjubkan adalah ketika Tuhan Yesus menunjukkan satu tindakan yang sangat bijaksana. Tulisan-Nya di atas tanah yang mudah terhapus itu mengabarkan kepada manusia suatu sikap hati yang luar biasa. Perlu ada introspeksi diri sebelum menghakimi seseorang. Maka semua yang membaca tulisan itu secara diam-diam meninggalkan Yesus dan perempuan itu, mulai dari yang paling tua. Ironis memang!! Lebih menakjubkan lagi, Tuhan Yesus memberi pengampunan kepada si perempuan itu tanpa harus menghakimi atau bahkan merendahkan dia. Sungguh, Allah kita adalah Allah yang Maha Adil dan Maha Belaskasih.

@ Banyak hal yang dapat kita pelajari dari kedua kisah ini. Yang pasti, dalam relasi kita dengan sesama di sekitar kita, baik di komunitas keluarga, komunitas Gereja, komunitas masyarakat dan komunitas kerja, kita bisa berperan, entah sebagai hakim, jaksa, penasihat hukum, saksi, dan bahkan terdakwa. Jika kita dalam posisi peran atau fungsi tertentu di atas, kita belajar dari Tuhan yang Maha Bijaksana. Kita juga belajar dari Susana agar dalam situasi sesulit apapun, kita sandarkan semuanya pada Tuhan. Yakinlah, sebagaimana pengalaman perempuan yang kedapatan berbuat zinah diselamatkan oleh Tuhan, kita pun dalam situasi yang sulit, tetaplah bersandar pada Tuhan. Have a wonderful day filled with love and forgiveness. Warm greetings from Masohi manise……salve …salve…salve….padrepiolawesvd 🙏🙏🙏😇😇😇❤️❤️❤️🫰🏿🫰🏿🫰🏿