HIDUP YANG BERCAHAYA, MENYEMBAH TUHAN, DAN MEMBERI


(Yes 6:1-6; Ef 3:2-3a,5-6; Mat 2:1-12)
Minggu, 8 Januari 2023: Hari Raya Penampakan Tuhan.

Hari ini kita merayakan pesta penampakan Tuhan atau epifani. Bacaan KS, terutama injil yang selalu dibacakan dalam perayaan ini adalah tentang tiga orang majus atau tiga raja dari timur yang mengunjungi dan menyembah Yesus. Tiga majus atau tiga raja dari timur ini rupanya menunjuk pada orang-orang bijak yang mahir dalam ilmu perbintangan yang berasal dari wilayah Babilonia dan Persia dulu atau Irak dan Iran Utara. Mereka juga biasanya adalah para ulama setempat. Beberapa sumber menyatakan bahwa tiga orang majus ini bernama Caspar, Melkior, dan Baltasar. Melkior mempersembahkan emas yang melambangkan keagungan atau kekeuasaan atau “raja”, Caspar mempersembahkan kemenyaan yang melambangkan “kekudusan” atau “imam”, dan Baltasar mempersembahkan mur yang melambangkan “pengorbanan”. Dalam kisah ini, tiga majus dari timur ini mewakili orang-orang bukan Yahudi yang datang menyembah Yesus. Ketiga orang ini menjadi representasi dari orang-orang yang bukan Yahudi yang sejak awal telah terbuka terhadap kedatangan Yesus. Ini menjadi gambaran bahwa Yesus itu datang bukan pertama-tama untuk orang Yahudi saja, tetapi juga untuk orang-orang yang bukan Yahudi. Itu berarti keselamatan tidak hanya ada dalam kelompok tertentu saja, tetapi juga ada dalam kelompok lain. Oleh sebab itu, kita tidak bisa mengklaim bahwa Tuhan adalah milik agama, suku, dan kelompok tertentu saja sebab Tuhan juga terbuka untuk disembah oleh semua orang.

Para majus ini bisa menemukan Yesus karena petunjuk bintang. Tuhan menampakan dirinya melalui bintang atau cahaya. Bintang sebagai lambang terang atau cahaya Kristus inilah yang mengantar para majus sehingga bisa bertemu dengan Yesus. Bintang ini juga menggambarkan bahwa simbol kebaikan adalah terang, bukan gelap. Untuk itu, pikiran yang terang, hati yang terang, semangat yang terang menggambarkan kebaikan atau cahaya Kristus. Hati yang gelap, pikiran yang gelap, semangat yang gelap melambangkan bahwa kita belum dalam tuntunan cahaya Kristus. Orang yang hidup dalam terang cahaya Kristus berarti orang yang pikirannya sudah terang, hatinya sudah terang, bukan gelap dan tertutup. Memang, kita masing-masing memiliki sisi gelap dalam hidup. Hanya saja, ketika kita membiarkan Yesus menjadi cahaya, maka sisi gelap kita bisa dilenyapkan. Paus Fransiskus dalam khotbanya pada tanggal 25 Desember 2019 berkata bahwa, cahaya Kristus lebih terang dari kegelapan. Paus sampaikan bahwa, kita mungkin memiliki sisi gelap dalam hidup kita, dalam keluarga, relasi sosial, tetapi cahaya Kristus masih lebih besar dari kegelapan itu. Oleh sebab itu kita tetap perlu terbuka terhadap tututan cahaya Kristus supaya hati kita yang gelap, kehidupan kita yang gelap bisa diteringi oleh Tuhah.

Tujuan akhir dari perjalan para majus ini adalah bertemu dengan Yesus. Ketika para majus ini menemukan tempat di mana Yesus lahir, “maka masuklah mereka ke dalam rumah itu, dan melihat Anak itu bersama Maria, ibu-Nya. Lalu mereka sujud menyembah Dia”. Sikap ini mengingkatkan kita bahwa perjalanan hidup kita sebagai orang beriman harus berakhir dan disatukan dalam penyembahan kepada Tuhan. Yesus harus menjadi pusat kehidupan dan perjalanan hidup orang beriman. Segala sesuatu yang kita lakukan adalah pertama-tama untuk demi memuliakan dan menyebah Tuhan. Paus Fransikus dalam homilinya pada pesta Penampakan Tuhan tahun 2023 ini mengatakan bahwa ketika para majus ini mengakhiri perjalanannya dengan masuk dan menyembah Yesus, mengnatkan kepada kita bahwa Yesus menjadi pusat dan sumber, karena semuanya dimulai dan di akhiri dalam Tuhan Yesus. Paus mengajak kita untuk dalam pelayanan, Tuhan harus menjadi pusat, bukan diri kita. Kita harus menyembah Tuhan, bukan menyembah diri kita. Ini sebuah kritik bagi kita yang kadang kala menyebah popularitas, uang, jabatan, nama baik, dan lain sebagainya, ketimbang menyebah Tuhan.

Ketika bertemu dengan Yesus, para majus memberikan hadiah. Hadiah dari tiga orang majus ini adalah juga simbol sikap memberi. Ketiga orang ini hadir dan mengunjungi Yesus bukan dengan tangan kosong. Mereka memberi sejumlah hadiah. Sikap ini mengajarkan kita agar setiap kali kita mengunjugi Tuhan di dalam gereja, kita perlu memberi. Semangat memberi, baik dalam bentuk tenaga, materi menjadi hal yang perlu. Memang, Tuhan tidak menuntut, tetapi sebagai bagian dari iman dan penyembahan kepada Tuhan, memberi juga penting. Tuhan sudah memberikan banyak berkat untuk kita dalam berbagai cara, maka kita pun harus membagi berkat itu. Ketika kita hanya suka menerima maka kita akan menumpuk segala seuatu dalam hidup kita. Hidup kita bagaikan gudang saja. Semuanya akan busuk dan tidak ada gunanya kalau kita tidak berbagi apa yang telah kita peroleh. Amin.

Oleh: RD. Novly Masriat