MENYONGSONG KEDATANGAN TUHAN DENGAN DOA DAN AMAL KASIH


(Yes. 2:1-5; Rm. 13:11-14a; Mat. 24:37-44)
HM ADVENT I/TAHUN A
Minggu, 27 November 2022 Bagi gereja katolik, masa adven berarti masa penantian atau masa persiapan atau penantian atau pertobatan menyongsong kelahiran Yesus Kristus. Dalam masa adven ini empat lilin akan dinyalakan. Tiga lilin berwarna ungu untuk pekan pertama, kedua, dan keempat yang melambangkan pengharapan, iman, dan kasih. Lilin pada pekan ketiga masa adven berwarna merah muda atau pink sebagai simbol sukacita (Gaudete) karena hari kelahiran Yesus Kritus sudah sangat dekat, tinggal beberapa saat saja. Hari ini kita memasuki masa adven I yang pertama dengan menyalakan lilin pertama. Mengawali masa adven pertama ini, melalui injil hari ini, Yesus mengingatkan sikap berjaga-jaga (bdk. Matius 24:37-44). Yesus katakan bahwa kedatangan Tuhan perlu diantipasi dengan sikap waspada atau berjaga-jaga. Sikap waspada atau berjaga-jaga berarti melakukan sesuatu untuk menyongsong kedatangan Tuhan. Itu berarti berjaga-jaga bukan berarti bermalas-malasan, tertidur, bersifat pasif saja, tetapi bersikap aktif untuk menantikan kedatangan itu. Hati yang penuh harapan juga adalah sebuah sikap berjaga-jaga. Hati yang berharap terhadap kepadatangan Tuhan adalah simbol hati yang berjaga-jaga. Hati yang hanya pasrah dan putus asa adalah bukan hati yang berjaga-jaga. Kita perlu berjaga-jaga supaya hal-hal penting tidak terlewatkan begitu saja. Tuhan akan datang, maka kita perlu berjaga-jaga supaya ketika Tuhan datang, kita tahu. Ini adalah hal penting bagi iman kita, jangan sampai kita terlambat menyonsong Tuhan. Memang, tidaklah muda untuk berjaga-jaga, apalagi berjaga-jaga pada waktu malam hari. Kemungkinan yang bisa terjadi saat berjaga-jaga adalah tertidur. Ini adalah salah satu tantangan ketika kita berjaga-jaga. Para murid pernah juga tidak mampu berjaga-jaga bersama Yesus saat Yesus berdoa pada malam hari di taman Getzeman. Saat itu mereka tertidur lelap.

Dalam usaha untuk berjaga-jaga menyonsong kedatangan Tuhan, terutama Tuhan yang datang dalam kelahiran Yesus Kristus nanti, tentu pasti kita menemukan berbagai tantangan. “Terlelap atau tertidur” adalah salah satu kemungkinan tantangan yang bisa kita hadapi. Bermalas-malasan, pasrah saja pada keadaan, membiarkan segala sesuatu terjadi tanpa usaha antisipatif, hidup biasa-biasa saja adalah bentuk-bentuk tantangan yang bisa saja terjadi. Putus asa dan pupusnya harapan juga adalah bentuk tantangan yang juga dapat terjadi pada masa menyonsong kedatangan Tuhan ini.
Kita perlu melakukan sesuatu dalam menyonsong kedatangan Tuhan sebagai ungkapan sikap berjaga-jaga. Rasul Paulus dalam bacaan II mengajak umat di Roma untuk menyonsong kedatangan Tuhan dengan cara meninggalkan perbuatan-perbuatan gelap, seperti iri hati, pencabulan, hawa nafsu, kemabukan, dan mengenakan senjata terang. Yesus adalah senjata terang itu (Roma 13:11-14a). inilah bentuk sikap berjaga-jaga. Selain itu, berdoa dan berbuat kasih juga adalah sebuah sikap berjaga-jaga menyongsong kedatangan Tuhan. Paus Fransiskus, dalam khotbanya pada pekan pertama masa adven tahun 2020 (29 November) pernah berkata berdoa dan beramal adalah sebuah sikap berjaga-jaga. How can we rouse ourselves from the slumber of mediocrity? With the vigilance of prayer. How do we rouse ourselves from the slumber of indifference? With the watchfulness of charity. Dear brothers and sisters, praying and loving: that is what it means to be watchful. Berdoa membawa kita dekat dengan Tuhan. Berdoa adalah sebuah kebutuhan vital dari orang Katolik. Kita tidak dapat menjadi orang Katolik tanpa doa. Ketika orang Katolik kehilangan banyak waktu untuk berdoa makan orang itu adalah orang katolik yang biasa-biasa saja. Orang Katolik juga perlu waspada menyonsong kedatangan Tuhan dengan melakukan amal kasih. Perbuatan amal kasih adalah juga sebuah antisipasi antisipasi untuk menyonsong waktu Tuhan datang. Kita tidak bisa menjadi orang Katolik tanpa amal kasih. Orang katolik yang tidak beramal adalah orang Katolik yang biasa-biasa saja. Amin.