SPRITUALITAS PELAYAN PASTORAL

(2Raj. 4:8-11,14-16a; Rm. 6:3-4,8-11; Mat. 10:37-42)

HM Biasa XIII

Minggu, 2 Juli 2023

Bacaan-bacaan Kitab Suci hari ini mengulas tentangspritualias para utusan Tuhan, atau para pelayan Tuhan, ataupara pelayan pastoral (bdk. 2Raj 4:8-11,14-16; Mat 10:37-42). Pelayanan pastoral adalah sebuah bentuk pelayanan yang mendukung kegiatan pastoral atau penggembalaan dalamgereja. Fokus pelayanan pastoral adalah mengikut polapelayanan yang Yesus pernah lakukan semasa hidup-Nya, seperti mendoakan orang sakit, menolong orang susah, berdoa, dan lain sebagainya. Oleh sebab itu, karakter seorangpelayan pastoral harus diambil dari karakter Yesus. 

Ada dua aspek penting dari perpektif etika pastoral yang perlu bagi seorang pelayan pastoral, pertama profesionalisme, kedua panggilan. Seorang pelayan pastoral perlu memilikikemampuan yang mumpuni, seperti ketrampilan yang cukup. Pelayan tersebut perlu memiliki spesifikasi tertentu dalammenjalankan tugas pelayanannya. Selain itu, seorang pelayanpastoral perlu menyadari bahwa tugas pelayanannya adalahsebuah panggilan Tuhan. Tuhanlah yang memberikan rahmatpelayanan. Pelayanan tersebut berasal dari Tuhan dan tidakada misi pribadi, tetapi misi komunitas atau gereja. MenerimaYesus sebagai norma pelayanan dan norma moral. Karakteryang diperlukan bagi pelayanan sebagai panggilan ini adalahcinta kasih, kerelaan berkorban, kesabaran, mengutamakankepentingan umum dibandingkan kepentingan pribadi. Hal kedua inilah yang Yesus tekankan dalam bacaan injil hari ini. Yesus menekankan aspek cinta kasih dan pengorbanansebagai unsur penting dalam sebuah pelayaan (bdk. Mat 10:37-39). Cinta kasih ini adalah bentuk cinta tanpa syarat. Dalam misa dan beatifikasi Paus Yohanes Paulus I, Paus Fransiskus katakan bahwa seorang pelayan atau murid Kristusharus memberikan diri secara total. Para murid tidak memilihapapun selain cinta. Mencintai bahkan dengan pengorbanan, keheningan, kesalahpahaman, kesendirian, perlawanan dan penganiayaan.

Memang untuk sungguh-sungguh melayani dengankesadaran profesionalisme dan terutama panggilanmembutuhkan latihan-latihan tertentu, secara khususpembentukan karakter atau watak sebagai pelayan pastoral. Karena Yesus adalah pelayan yang unggul, maka caramembentuk karakter seorang pelayan adalah belajar dariYesus sendiri. Dia adalah adalah telahadan utama, model, yang dengan-Nya kita dapat mengembangkan watak moral kristiani. Agar bisa belajar dari Yesus maka kita perlumembiasakan diri mendengar nasehat-Nya dan mengikutihidup-Nya lewat kitab suci dan perayaan-perayaan liturgidalam gereja. 

Melayani Tuhan tidaklah sia-sia. Kasih Tuhan selaluakan tetap ada bagi mereka yang mau melayani-Nya dan mauterlibat dalam pelayanan-Nya. Orang yang mau melayaniTuhan dengan sungguh-sungguh pasti mendapat balasan yang setimpal. Elisa, dalam bacaan I mendapat perlakuan yang istimewa karena dia juga tentu melayani dengan sungguh-sungguh (bdk. 2Raj 4:8-11). Kita yang juga memperlakukanpara pelayan pastoral dengan baik pasti mendapat kasih yang baik dari Tuhan. Yesus katakan dalam injil bahwa“barangsiapa menyambut seorang nabi sebagai nabi, ia akanmenerima upah nabi, dan barangsiapa menyambut seorangbenar sebagai orang benar, ia akan menerima upah orang benar” (Mat 10:41). Tentu ini tidak berarti bahwa kita hanyamemberikan perhatian kepada para pelayanan pastoral. Perhatian dan kasih tentu juga harus tertuju kepada setiaporang, baik itu para pejabat, para pelayan pastoral, tetapi juga kepada orang-orang kecil (bdk. Mat 10:42).