RD. Marlon Taher
Dosen di Seminari Tinggi Fajar Timur Abepura Jayapura
Iman butuh mutilasi…???
(Matius 5:27-32)
Radikalitas iman tidak perlu mutilasi. Tiada maksud Yesus mengatakan kepada
kita, bila mata mencelakakan kita, sebaiknya mata itu dicungkil dan dibuang
dalam artian yang sesungguhnya. Begitu juga bila tangan melakukan hal yang
sama, maka tangan itu dipotong dan dibuang saja.
Lalu apa maksud Yesus sebenarnya? Makna dasar kata-kata itu adalah Yesus
meminta kita supaya sedapat mungkin, kita sendiri bersedia sejak awal,
mengendalikan atau mengatasi kecenderungan jahat dari dalam diri kita terhadap
apa yang dirasa begitu nikmat oleh tangkapan inderawi kebertubuhan kita.
Alangkah baiknya melatih dan mengolah kebatinan kita supaya tidak terperosok
jatuh pada kejahatan. Begitupun melatih dan membiasakan raga kita untuk tidak
secara sembarangan merespon rangsangan liar yang bermunculan di ke sekitaran
jangkaun indrawi kita dan justru benar-benar mencelakakan kita.
Jiwa dan tubuh yang mampu menahan dan menolak daya tarik luaran yang serba
nikmat akan tampil menjadi persembahan diri yang sempurna di mata Tuhan.
Sebaliknya, dapat tinggal hanya sebagai persembahan yang cacat atau bahkan tak
berkenan di mata Tuhan bila terbukti berulangkali menistakan diri dalam
kejatuhan nikmat dunia.
Hati tak perlu ditikam, mata tak perlu dicungkil dan tangan tak perlu
dipotong. Semua yang ada pada lapis batin dan luaran perlu saja diasa
sedemikian rupa sehingga tidak menjadi sumber malapetaka kini dan kelak.
Mutilasi tak dilegalkan sebagai sanksi hukum Kristiani. Metanoia, iya. Itulah
cara merubah atau mempertobatkan diri yang dimulai dari cara pikir dan olah
batin. Tanpa itu, kita akan terus terbuai dengan nikmat duniawi yang mengenakan
tubuh raga kita dalam kesementaraan namun mencelakan dan menyengsarakan kita
pelan-pelan sambil memperlebar kerusakan masa depan kita.
…………………
M. Taher