Tadi pagi, dengan kapal cepat Cantika 99 yang melaju membelah ombak, saya bertolak menuju Pulau Saparua. Angin laut yang segar seakan menjadi kidung pembuka perjalanan. Pengalaman perdana menjejak tanah Saparua terasa begitu istimewa—tanah yang pernah menjadi rebutan, tanah yang menyimpan jejak sejarah panjang perjuangan dan pengorbanan.
Di sini berdiri Benteng Duurstede, dibangun Portugis pada tahun 1676, lalu direbut dan dijadikan pusat pertahanan serta pemerintahan oleh VOC. Batu-batu tuanya masih menyimpan gema perlawanan rakyat Maluku, terutama di bawah pimpinan Kapitan Pattimura, yang menjadikan benteng ini saksi keberanian dan darah yang tertumpah demi martabat orang Maluku.
Sebentar malam saya akan merayakan Natal di Gereja Katolik Santo Petrus, Saparua. Saya berrefleksi tentang makna “palungan sebagai altar yang pertama”. Palungan sederhana, tempat Yesus dibaringkan, menjadi tanda kurban kasih Allah yang dimulai dalam kesunyian. Palungan itu adalah altar kasih, di mana Allah mempersembahkan Putra-Nya bagi dunia. Dari palungan hingga altar Ekaristi, Kristus mempersembahkan diri-Nya sebagai roti hidup demi keselamatan.
Palungan mengajarkan bahwa altar sejati bukanlah soal kemegahan, melainkan kesediaan untuk memberi diri. Palungan adalah wadah makanan ternak, namun di dalamnya dibaringkan Sang Roti Hidup. Palungan adalah awal kurban kasih, salib adalah puncaknya. Palungan menyingkapkan kelembutan kasih Allah, salib menyingkapkan kekuatan pengorbanan-Nya. Dari palungan hingga salib, dari Betlehem hingga Golgota, kasih Allah mengalir tanpa henti.
Benteng Duurstede menjadi saksi perjuangan manusia mempertahankan tanah dan martabat, sementara palungan menjadi altar kasih Allah mempertahankan manusia dari kegelapan dosa. Keduanya berbicara tentang pengorbanan: satu dalam sejarah bangsa, satu dalam sejarah keselamatan. Palungan sebagai altar dan benteng sebagai saksi sama-sama mengajak kita menjadikan hidup sebagai altar: tempat kasih, keberanian, dan pengorbanan nyata, agar setiap sudut kehidupan menjadi liturgi yang memuliakan Allah dan menghidupi cinta bagi sesama.
Selamat Merayakan Vigili Natal.
Saparua, 24 Desember 2025












