YESUS SEBAGAI PRIORITAS


(Kebijaksanaan 9:13-18; Filemon 9b-10.12-17; Lukas 14:25-33)
Minggu, 4 September 2022
RD. Novly Masriat

Gereja adalah persekutuan iman yang percaya kepada Kritus sebagai kepala Gereja. Gereja bukan pertama-tama semua piramida yang menempatkan kelompok tertentu di paling atas dan ke lompok lain di paling bawah. Gereja adalah umat Allah yang berkumpul bagaikan lingkaran dan Kristus berada di tengah-tengah. Itu berarti yang menjadi pusat kehidupan Gereja adalah Kristus, bukan yang lain. Kristus menjadi arah dalam hidup menggereja. Dengan demikian, pelayanan apapun dalam gereja, misalnya katekese, Kristus harus menjadi pusat dan inti katekese, bukan orang yang berkatekese; pesan yang ingin disampaikan dalam ketekese itu adalah pesan Yesus, bukan pesan yang lain.

Hari ini, injil menggarisbawahi kedudukan Yesus sebagai yang pokok dan utama. Injil hari ini menyebutkan bahwa Yesus menjelaskan beberapa syarat dalam mengikuti-Nya. Yesus menyebutkan bahwa kalau mau mengikuti Yesus maka bersedia membenci keluarga, bersedia memanggul salib dan mengikut-Nya, bersedia melepaskan segala-galanya. Maksud Yesus tentu bukan berarti kita harus membeci orang tua, atau tidak berhubungan dengan hal-hal di sekitar kita, atau melihat salib dan “diam” di tempat. Kalimat-kalimat Yesus tersebut hendak menengaskan bahwa siapapun yang ingin mengikuti Yesus bersedia untuk mencintai Yesus lebih dari segala sesuatu.

Yesus harus menjadi yang utama, bukan yang lain; Yesus harus menjadi pusat dan yang terdepan, bukan diri kita. Jadi prioritas hidup beriman atau gereja adalah Kristus. Sudakah kita menempatkan Kristus sebagai nomor satu atau prioritas hidup? Supaya sungguh menjadi dekat atau memprioritaskan Yesus lebih dari yang lain, maka intensitas doa atau membangun komunikasi yang intens dengan Yesus adalah syaratnya. Kita bisa menjadikan Yesus sebagai prioritas hidup bila kita sering berkomunikasi atau berinteraksi dengannya. Kedekatan dengan Yesus inilah yang memampukan kita untuk membawa Yesus dalam misi, bukan membawa “diri kita” atau “kepentingan diri sendiri”. Amin.