DAILY WORDS, MINGGU, 17 NOVEMBER 2024
HARI MINGGU DALAM PEKAN BIASA XXXIII
BY RP. PIUS LAWE, SVD
BACAAN I : DAN 12: 1– 3
MAZMUR : MZM 16: 5.8.9 – 10.11
BACAAN II : IBR 10: 11 – 14.18
INJIL : MRK 13: 24 – 32
@ Ada banyak kisah seputar meletusnya gunung Lewotobi Laki-laki. Ada kisah tentang jatuhnya 9 korban nyawa. Bahkan kisah ini dipoles dengan berbagai cerita lain yang beraroma mistis, yang tentu saja membawa tanda tanya besar dan kegusaran yang luar biasa bagi masyarakat luas yang sedang panik. Sayangnya, kisah-kisah seputar jatuhnya korban, yang bahkan bernada memojokkan korban-korban yang jatuh itu, telah membawa satu beban moril bagi keluarga korban yagn sedang berduka dan semua kita yang turut dalam dukacita mereka. Ada kisah tentang para pengungsi. Kisah bagaimana mereka menghadapi situasi-situasi kritis; kisah bagaimana mereka berusaha menyelamatkan nyawa mereka dari terpaan letusan gunung. Ada kisah tentang para relawan yang datang dari berbagai penjuru tanah air. Ada kisah tentang lalainya suku-suku yang diyakini sebagai tuan dari gunung kembar itu, yang sudah berulang kali mendapat peringatan lewat mimpi-mimpi untuk membuat upacara rekonsiliasi dengan alam (badan dan kaki gunung) yang telah dilukai oleh tangan-tangan manusia yang tidak bertanggung jawab.
@Dari beragam kisah di atas, ada satu kisah yang berhubungan dengan salah satu korban yang meninggal dunia oleh karena terpaan material letusan gunung Lewotobi Laki-laki. Diceritakan bahwa korban bersangkutan telah diminta atau didesak oleh beberapa sahabat untuk, jika memungkinkan, mereka sebaiknya segera pergi mengungsi. Permintaan ini sepertinya kurang ditanggapi oleh yang bersangkutan. Sebagai konsekuensinya, ketika abu, pasir, kerikil dan batu pijar menghujani bumi Lembah Hokeng nan permai itu, beliau pun tewas tertindih material yang bersuhu tinggi. Saya juga teringat cerita dari Ibu-ku Theresia Peni tentang salah seorang ibu dari kampung kami, yang ketika terjadi bencana alam tanah longsor di Waiteba -Lembata pada tahun 1979, yang menimbulkan gelombang tsunami di desa kami, berhasil menolong menyelamatkan kedua anaknya yang masih kecil. Setelah mengungsikan kedua anaknya, dia kembali ke pondok di kebunnya untuk mengambil satu dua barang yang dirasa penting. Ibu ini akhirnya tewas terbawa arus gelombang tsunami. Sungguh sebuah kisah yang tragis dan memilukan hati. Terlepas dari benar tidaknya dua kisah nahas di atas, dan berdasarkan firman Tuhan yang kita dengar pada hari Minggu Biasa XXXIII – hari ini, saya hendak menggaris-bawahi satu dua point penting, yang mungkin baik untuk kita renungkan dan hidupi di dalam perjalanan ziarah iman dan hidup kita.
@ Pertama , hendaknya kita membangun hubungan yang dekat dengan Allah. Hubungan ini dapat kita bangun di dalam dan lewat doa dan Ekaristi, dan dalam membaca serta merenungkan Kitab Suci. Dalam kesibukan yang luar biasa, luangkanlah waktumu untu berelasi dengan Tuhan. Jadikanlah doa sebagai santapan pagi, siang dan malam di dalam keluarga dan bagi diri pribadimu.
@ Kedua , hubungan yang akrab dengan Allah membantu kita untuk dapat menjalin hubungan yang akrab dengan sesama dan dengan alam ciptaanNya. Kita akan lebih menghargai dan mencintai sesama manusia dan alam ciptaan Allah karena kita sungguh yakin bahwa semuanya adalah cerminan cinta kita kepada Allah. Hubungan kita dengan alam ciptaan pun akan semakin akrab, yang membuahkan satu sikap penghargaan yang tinggi pada keutuhan alam ciptaan. Kita tidak mudah terseret pada ambisi untuk mengeksplorasi alam demi kepentingan manusia yang bersifat sesaat saja.
@ Ketiga , dari kedekatan dengan manusia dan dengan alam ciptaan, manusia akan mudah menangkap tanda-tanda zaman. Tanda-tanda itu dapat berupa suara teguran dari sesama. Tanda-tanda zaman itu juga ditunjuk oleh dan melalui peristiwa-peristiwa alam. Jika kita menjadi peka akan tanda-tanda zaman lewat suara sesama dan lewat tanda-tanda alam, tentunya kita dibantu untuk berusaha membangun hidup kita dari hari-hari secara lebih baik.
@ Apa tujuannya bagi kita untuk membangun hidup kita dari hari ke hari secara lebih baik? Ya, baik nubuat nabi Daniel maupun kata-kata Yesus di dalam Injil hari ini, keduanya turut meneguhkan iman kita. Pada suatu hari nanti, Yesus Kristus – Sang Raja dan Imam Agung akan datang dan menjadi hakim Agung dalam kekuasaan dan kemuliaan-Nya. Dia akan mengumpulkan orang-orang pilihanNya dari keempat penjuru bumi, dari ujung bumi sampai ke ujung langit. Inilah saat yang kita namakan sebagai AKHIR ZAMAN. Tentang kapan Dia datang, tidak ada yang tahu, kecuali Bapa-Nya yang di surga. Hanya Dia-lah yang tahu kapan saatnya Anak Manusia datang. Agar kita dapat masuk menjadi orang-orang pilihan-Nya yang diperkenankan untuk masuk dalam Surga, hendaknya sejak dari sekarang, kita mengamalkan cinta kasih, cinta yang mestinya kita tunjukkan kepada sesama dan alam ciptaan. Cinta di sini lebih kepada suatu kesediaan untuk berkorban. Pengorbanan bukan saja lewat pengorbanan materi, tetapi juga lebih kepada pengorbanan seluruh diri. Kita dituntut untuk mengorbankan seluruh diri kita demi kebahagiaan dan keselamatan sesama. Kita berkorban untuk rela mengampuni, rela memaafkan, rela memberi waktu dan pikiran kita, rela mendonasi bagi semua yang sedang menderita kekurangan, rela untuk begitu banyak orang yang menderita di sekitar kita.
@ Inilah wujud nyata dari sikap SIAP SEDIA yang hendaknya kita bangun di dalam hidup. Jangan pernah kita tunda untuk berkorban bagi sesama. Jangan pernah kita tunda untuk memaafkan. Jangan pernah kita tunda untuk mengampuni. Jangan pernah tunda untuk apapun yang kita yakin BAIK sebagai bekal bagi kita menyongsong AKHIR ZAMAN. Akhirnya, saya mengajak kita sekalian, marilah kita membangun keakraban dengan Allah. Karena keakraban dengan Allah membantu kita menjadi peka dalam membaca tanda-tanda zaman. Jika kita peka dalam membaca tanda-tanda zaman, kita tentu selalu siap sedia untuk berkorban dan mencintai sesama yang menderita tanpa menunda-nundanya. Sebab jika kita lalai untuk berkorban dan lalai untuk mencintai yang menderita, pada saat Anak Manusia datang, jangan pernah engkau bertanya padaNya: Tuhan, bilamanakah kami melihat Engkau lapar, atau haus, atau sebagai orang asing, atau telanjang, atau sakit, atau dalam penjara dan kami tidak melayani Engkau? Kalau sampai akhir zaman itu terjadi hari-hari ini, Tuhan mungkin menjawab engkau demikian: “ Hei saudara, jangan terlalu sibuk dan tenggelam dalam urusan politikmu! Ingat, saya ada di dalam diri ribuan pengungsi meletusnya gunung Lewotobi Laki-laki. Jangan buang duit terlalu banyak untuk politik dan lupa mereka semua yang sedang dalam penderitaan yang tak terkirakan! Coba lebih peka dengan keadaan dunia sekitarmu. Peka terhadap tanda-tanda zaman! Semoga demikian. Aku – Tuhanmu memberkatimu semua!!” _
@@@@@@@@@@@
Have a blessed Sunday filled with love and mercy. Warm greetings from Masohi manise!! padrepiolaweterengsvd