DAILY WORDS, JUMAT, 28 JUNI 2024
PEKAN XII MASA BIASA
PW ST. IRENEUS, MARTIR
BY RP. PIUS LAWE, SVD
BACAAN I : II RAJ 25: 1 – 12
MAZMUR : MZM 137: 1– 2. 3 – 4. 5 – 6
INJIL : MAT 8: 1 – 4
@ “ Di tepi Sungai-sungai Babel, di sanalah kita menangis apabila kita mengingat Sion. Pada pohon-pohon gandarusa di tempat itu kita menggantungkan kecapi kita. Sebab di sanalah orang-orang yang menawan kita, meminta kepada kita memperdengarkan nyanyian, dan orang-orang yang menyiksa kita meminta nyanyian sukacita. Nyanyikanlah bagi kami nyanyian dari Sion..” Inilah kata-kata dalam ayat Mazmur Tanggapan hari ini, yang diambil dari Mzm 137. Kata-kata ini akrab kita dengar dalam lagu “ By the River of Babylon ”, sebuah lagu Rastafari yang ditulis dan direkam oleh Brent Dowe and Trevor McNaughton, anggota sebuah group music Reggae bernama Melodians dari Jamaika pada tahun 2970. Boney M. menyanyikan lagu ini dengan versinya dan membuatnya begitu populer. Bagi para dancer masa kini yang suka berjoget ria dalam irama cha cha cha , lagu ini menjadi salah satu lagu favorite. Saking enaknya bergoyang cha cha cha, orang lupa bahwa syair lagu ini mengisahkan sesuatu yang sungguh menyedihkan.
@ Pembuangan Babilonia adalah akibat yang harus ditanggung oleh raja Yehuda dan rakyatnya akibat ketidaktaatan raja Zedekia pada seruan Allah lewat nabi-nabinya. Zedekia memilih untuk berafiliasi dengan kelompok pemberontak anti-Babel dengan raja-raja Edom, Moab, Amon, Tirus dan Sidon. Padahal nabi Yeremia lewat penglihatannya sudah mengingatkan Zedekia jika pada suatu saat dia akan mengalami akhir yang tragis. Yeremia pun mengingatkan raja untuk keluar dari aliansi pembeontak. Zedekia tidak mengindahkan seruan nabi Yeremia. Dia dan kerajaan Yehuda akhirnya jatuh ke tangan Nebukadnezar. Raja dan rakyat diangkut ke pembuangan Babilonia. Kota Suci Yerusalem dan kerajaan Yehuda dikepung dan dihancurkan. Raja, keluarga dan rakyatnya diangkut oleh Nebukadnezar – Raja Babel dan serdau-serdadunya yang kejam. Raja Zedekia bahkan menyaksikan anak-anaknya dibantai di hadapannya. Dia sendiri disiksa sampai biji matanya dicungkil. Di tanah pembuangan inilah, orang-orang Israel rindu untuk kembali ke Sion. Seruan kerinduan mereka inilah yang kita dengar dalam syair lagu By the Rivers of Babylon.
@ Nama Zedekia artinya “ Kebenaran Tuhan ”. Namun sebagai raja boneka bikinan Nebukadnezar, perilaku Zedekia sungguh-sungguh tidak mencerminkan arti namanya. Sebaliknya ia banyak melakukan kejahatan di hadapan Tuhan. Dalam II Raj 24: 19 dicatat jika raja Zedekia melakukan kejahatan seperti apa yang dilakukan oleh Yoyakim. Mendiang Yoyakim adalah kakak Raja Zedekia yang pernah menduduki tahta Yehuda. Raja Yoyakim terkenal sebagai penyembah berhala, pembantai orang tak bersalah, penguasa lalim dan penentang Nabi Yeremia (Yeremia 26:20). Bila kita baca secara runtut kisahnya, sesungguhnya, raja Zedekia telah melakukan dua pemberontakan. Pertama , Zedekia memberontak melawan manusia yaitu raja Nebukadnezar. Kedua , dia tidak mematuhi perintah Tuhan yang datang lewat nabi. Dia melakukan sesuatu yang melawan Tuhan. Dia lebih memilih mengikuti hawa nafsu dan ambisi pribadinya dan tidak mendengarkan suara Tuhan. Akhirnya rakyat banyak dikorbankan. Kerajaan Yehuda digiring ke dalam krisis dalam berbagai bidang kehidupan dan perlahan-lahan mengalami kehancuran hingga dikepung dan dihancurkan.
@Kebobrokan dalam berbagai bidang kehidupan inilah yang saya namakan sebagai suatu ‘ kusta sosial’. Atas ‘kusta sosial’ sosial ini, ada dua hal yang mesti mereka lakukan. Pertama , orang-orang Israel hanya membutuhkan pertobatan yang radikal. Pertobatan hanya datang dari suatu kesadaran yang mendalam akan masa silamnya yang bobrok dan berusaha untuk bangkit. Kedua , Hendaknya mereka kembali kepada Allah dan menaruh kepercayaan hanya padaNya. Hanya di dalam penyerahan diri secara total pada Allah, mereka dapat mengalami kesembuhan atas luka-luka oleh karena dosa-dosa masa silam dan berusaha membangun suatu hidup yang baru, hidup yang diwarnai dengan kasih sayang dan kepedulian satu akan yang lain. Inilah langkah pembaharuan yang mesti Israel lakukan.
@ Langkah-langkah inilah yang dilakukan oleh “ Si Kusta ” dalam cerita Injil hari ini. Orang kusta sungguh menyadari keberadaannya. Tanpa peduli pada kebiasaan-kebiasaan dalam masyarakat Yahudi yang harus dilakukan oleh seorang yang mengidam penyakit berbahaya ini, “si Kusta ” datang ke hadapan Yesus Tuhan dan memohon untuk ditahirkan. Inilah suatu gerakan yang datang dari satu keberanian untuk menjadi “baru” (baca:tahir).
@ Di dalam hidup, kita pun menderita “penyakit kusta” dalam berbagai bentuk: kesombongan, iri hati, cemburu, dendam, prejudice, korupsi, penipuan, ketidakadilan, fanatisme sempit, ketamakan/rakus, kikir atau tidak dermawan, dll. Terhadap keadaan “ kusta ” yang kita alami ini, pertama-tama, kita mesti menyadari dan menerima bahwa kita benar-benar ada dalam kondisi atau situasi “ kusta ”. Kedua, kita menyerahkan diri pada Allah dan membiarkan diri kita disembuhkan oleh-Nya. Langkah ini dapat kita lakukan lewat doa, meditasi, kontemplasi yang dilanjutkan dengan tindakan-tindakan cinta kasih yang konkrit. Kita saling mendoakan, semoga kita dimampukan untuk menyadari keberadaan “ kusta ” yang kita sedang kita derita, dan dengan rendah hati membiarkan Roh Kudus menuntun kita ke jalan yang benar. Dengan demikian, kita dapat bangkit dan membangun hidup yang baru, dan tidak tinggal dan berkubang dalam dosa yang mengasingkan kita dari Allah dan sesama. Kita tidak tinggal dalam situasi “pembuangan”. Kita tidak terus menerus menyanyikan melodi dukacita dari dalam dunia keterasingan kita oleh karena dosa-dosa kita, melainkan bangkit dan kembali membangun hidup baru bak di Yerusalem yang baru. Semoga demikian… have a blessed evening filled with love and compassion. Warm greetings to you all. padrepiolaweterengsvd 🙏🏽🙏🏽🙏🏽🙏🏽🙏🏽