DAILY WORDS, MINGGU, 23 JUNI 2024
PEKAN XII MASA BIASA
BY RP. PIUS LAWE, SVD
BACAAN I : AYB 38:1. 8 – 11
MAZMUR : MZM 107: 23– 24. 25 – 26. 28 – 29. 30 – 31
BACAAN II : II KOR 5: 14 – 17
INJIL : MRK 4: 35 – 40
@ Sari firman Tuhan hari ini mengingatkan saya akan pengalaman ini. Saya teringat di suatu masa, terjadi keheboan di almamater-ku Seminari Tinggi St. Paulus Ledalero, ketika beberapa frater terseret masuk dalam satu group doa yang cenderung mengandalkan doa seseorang yang berkekuatan “menyembuhkan” bahkan mengusir roh jahat keluar dari diri seseorang. Ada banyak pro dan kontra soal aliran ini, yang pada akhirnya oleh para formator gerakan ini dihentikan karena hal ini sungguh membangun suatu sikap iman yang cenderung irasional, yang bermuara pada penciptaan relasi fungsional dan pragmatis seseorang dengan Allah. Lebih parah ketika gerakan ini membawa orang menjadi begitu mudah mendiskreditkan orang lain sebagai pembawa kekuatan-kekuatan gelap yang mencelakakan orang lain. Sejak waktu itu, almamater Seminari Tinggi St. Paulus Ledalero menjadi sangat kritis dan selektif terhadap anggota formandi yang cenderung menghidupi imannya ke arah seperti ini. Benar bahwa Allah menganugerahkan karisma pada orang-orang tertentu untuk menjadi pendoa dan pembawa kesembuhan bagi orang-orang yang sakit. Namun di dalam Gereja Katolik, hal ini dan seseorang tidak begitu saja diterima sebagai yang “ berkharisma ” untuk menyembuhkan atau mengusir kekuatan-kekuatan gelap dari dalam diri seseorang.
@ Hemat saya, proses discernment atau pembedaan roh mesti dilakukan. Ada bahaya seperti ini: pertama , ada orang yang begitu mudah mengklaim jika dirinya mempunyai charism . Akhirnya dia membuat gerakan-gerakan aneh dengan dalih menyembuhkan orang atau mengusir setan dari dalam diri seseorang. Orang dengan kecenderungan seperti ini akan mengatakan kepada orang bahwa dia melihat sesuatu ( makluk halus, setan, kutilanak, suanggi, tuyul, and so on ). Orang ini pun akan membuat gerakan-gerakan menarik nafas, mengulurkan tangan, menghembuskan nafas, dst. sekedar meyakinkan orang lain bahwa dia sedang mengusir roh jahat keluar dari seseorang. Orang seperti ini pun akan menceritakan kepada siapa saja bahwa dia mempunyai kemampuan demikian. Orang seperti ini saya boleh katakana bahwa dia sungguh over-confident dan menjadi congkak terhadap Allah dan terhadap manusia. Dia bahkan dapat mencelakakan hubungan sosial yang harmonis oleh karena klaimnya atas orang lain yang disinyalir sebagai suanggi atau penyebab “sakit” pada orang lain. Kecongkakan inilah yang diperangi oleh Allah sebagaimana kita dengar di dalam kitab Wahyu hari ini, “…sampai di sini engkau boleh datang dan jangan lewat, di sinilah gelombang-gelombangmu yang congkak akan dihentikan? Kedua , membangun hubungan pragmatis dan fungsional antara manusia dengan Allah. Mengapa? Ya, jika iman dibangun atas “ _sembuh dan tidak sembuh”, maka orang akan lebih dekat dengan Allah ketika mereka mengalamni kesembuhan. Jika sebaliknya, mereka akan menjauh dari Allah dan bahkan menjadi tidak percaya lagi pada kekuatan Allah. Allah itu baik kalau ada kesembuhan. Mereka meninggalkan Allah jika tidak terjadi perubahan atau kesembuhan atas diri seseorang. Padahal, yang terpenting di dalam penghayatan iman adalah bagaimana kita membangun kasih yang tulus satu terhadap yang lain, bagaimana kita saling memaafkan atau mengampuni sebagaimana Allah yang telah lebih dahulu mengampuni kita lewat sengsara dan wafat Putera-Nya, Yesus Kristus.
@ Belajar dari pengalaman Yesus menghardik badai yang lagi menggelora di danau Genesaret, satu hal yang dapat saya lakukan adalah dengan mengajarkan kepada sesama yang lain bagaimana mengkomunikasikan atau menyampaikan kepada Allah kesulitan-kesulitan yang sedang mereka alami termasuk sakit penyakit yang diderita. Kita mungkin bisa saling membantu untuk membawa ke permukaan kesadaran kita “kehadiran Allah” di dalam penderitaan dan kesusahan yang kita alami. Kita saling membantu untuk meyakinkan diri kita akan kekuatan Kristus yang mampu menghalau segala macam penyakit atau penderitaan apapun di dalam hidup. Kekuatan Kristus inilah yang memberi harapan untuk bangkit dari keterpurukan dan bersabar di dalam penderitaan yang kita alami. St. Paulus, kepada jemaat di Korintus melalui suratnya yang kedua, mengajak kita untuk mengubah cara pandang atau keyakinan kita akan Kristus. Yesus bukan seorang manusia biasa. Dia adalah Tuhan. Barangsiapa yang ada di dalam Kristus, dia adalah ciptaan baru. Kekuatan Kristus inilah yang mesti kita andalkan supaya kita tidak membangun sikap yang congkak, yaitu sikap yang secara serta merta tanpa melalui suatu proses discernment, mengklaim diri sebagai penyembuh atau pembawa kekuatan Kristus untuk menyembuhkan orang lain. Ada bahaya bahwa ada orang tertentu yang mencari sensasi dan popularitas diri lewat klaim yang demikian.
@ Mari kita saling mendoakan, semoga hidup kita lebih diwarnai oleh cinta kasih yang tulus dan jujur ketimbang hidup yang didasari oleh “ sembuh atau tidak sembuh melalui kekuatan-kekuatan yang diklaim sebagai kekuatan Allah ”. Jika Allah yang menyembuhkan, mari kita saling membantu untuk membangun komunikasi dengan Allah secara lebih baik sebagaimana para murid yang membangunkan Yesus yang lagi berbaring di buritan perahu untuk menghardik badai yang lagi berkecamuk. Mari kita mengandalkan kekuatan Allah dan menghentikan kecongkakan hati kita terhadap kekuasaan Allah. Have a wonderful Sunday filled with love and compassion. Warm greetings from Labuan Pulau Tujuh St. Paul Mission Church. God bless us all. _padrepiolaweterengsvd_
🙏🙏🙏🙏🙏🙏