Solidaritas Gereja
Lukas 5:17-24

Injil hari ini hendak menegaskan kembali kuasa atau otoritas perutusan yang ada pada Tuhan Yesus. Ia memiliki kuasa menyembuhkan yang sakit sekaligus mengampuni yang berdosa. Kehadiran Tuhan Yesus melalui jalan inkarnasi ini adalah bukti intervensi atau campur tangan langsung Allah untuk mewujudkan rencana keselamatan yang telah dijanjikanNya.

Terhadap realisasi rencana Allah itu, kerja sama manusia turut diapresiasi. Allah terbuka melihat inisiatif orang-orang untuk mau bekerja sama agar begitu banyak orang yang sakit terjamah dan yang berdosa menemukan penyembuhan spiritual. Jalan inisiatif ini biasa kita kenal sebagai jalan solidaritas. Yakni turut serta kelompok orang untuk bahu-membahu menjemput mereka yang lemah dan tak berdaya akibat tak diperhatikan dan dikesampingkan oleh banyak pihak. Tak lain mereka yang sering masuk dalam kategori termargilkan: Ada di garis batas atau di tepian perhatian sosialitas.

Kisah beberapa orang yang menggotong si lumpuh dalam Injil hari ini adalah bentuk nyata tindakan solidaritas. Mereka peduli dan mau berbuat sesuatu terhadap sesama yang tak berdaya. Bahkan mereka membuat terobosan. Menaikan ke atas atap rumah dan menurunkannya darisitu agar tiba sampai di depan Tuhan. Mereka tidak berhenti dan mau menyerah. Mereka pikirkan jalan alternatif. Dan memang terhadap ketertutupan sistem, tindakan solidaritas membutuhkan jalan kreatif. Karena jalan normal seringkali terhambat oleh sosialitas.

Teks Injil ini lalu mengingatkan kita, Gereja, sebagai murid dan pengikut Kristus agar bergerak mengambil jalan solidaritas. Gereja tidak boleh tinggal diam, pasif dan menyerah pada sistem-sistem sosial yang menghambat. Gereja perlu mengambil jalan terobosan. Gereja perlu keluar, menjemput orang-orang di tepian harapan hidup mereka. Menaruh mereka di atas bahu dan memastikan mereka tiba di tempat atau pada orang dimana nasib hidup mereka segera teratasi. Gereja perlu membuat tikungan baru. Tidak melulu mengeluh dan berpasrah pada bentuk kerumunan sosial baru yang menghambat jalan sampai di depan Tuhan. Jalan inkarnasi Tuhan Yesus akhirnya harus berlanjut pada jalan solidaritas Gereja. Tanpa itu, hanya yang berpeluang dan yang kuat saja yang sejahtera lahir batin. Yang tipis peluang dan lemah terus termarjinalkan bahkan sampai tereduksi sosialitas sebagai sampah tak terurus.

……………..
M. Taher