SEMUANYA TERGANTUNG PADAHATI

DAILY WORDS, SENIN, 27 NOVEMBER 2023
PEKAN BIASA XXXIV
BY RP. PIUS LAWE, SVD

BACAAN I : DAN 1: 1– 6. 8 – 20
MAZMUR : T. DAN 3: 52 – 56
BACAAN II : I TES 5: 1 –6
INJIL : LUK 21: 1 – 4

@ Perayaan ulang tahun Paroki Kristus Raja Katedral Sorong telah berakhir. Syukur, saya sempat mengalami kemeriahan dan keunikannya. Bahkan kemeriahan dan keunikan itu bukan saja tampak dalam kompetisi tari-tarian atau dance dengan berbagai ragam antar lingkungan melainkan juga di dalam music liturgi (lagu dan tarian) dan dalam liturgi pada umumnya yang beraromakan etniksitasnya/suku dan budaya-nya. Ya, semuanya sungguh indah dan mengagumkan. Semuanya menjadi sempurna ketika ditutup dengan resepsi yang juga menampakkan keragaman hidangan dari berbagai kelompok/lingkungan. Bertepatan dengan perayaan Ekaristi Kristus Raja Semesta Alam, juga pentahbisan para frater menjadi diakon. Keragaman juga tampak di dalam personalia anak muda yang menyerahkan diri untuk ditahbiskan. Ada anak asli daerah Papua dan ada juga anak perantau dari Flores dan Tanimbar. Keragaman suku asal para diakon ini juga memberi nuansa khusus di dalam liturgi. Pokoknya, luar biasa – mengagumkan – amazing !! Dari paparanku secara deskriptif tentang Perayaan Ulang Tahun Paroki ini, satu hal yang mesti saya garis bawahi adalah bagaimana semua umat mau memberi dari apa yang mereka punya untuk kebaikan bersama – kebaikan komunitas paroki Katedral. Inilah sukacita Kerajaan Allah yang sesungguhnya. Bukan soal menang atau kalah. Bukan soal perbedaan corak pakaian etnik yang dikenakan. Bukan soal tampak fisik yang membedakan satu dari yang lain. Semuanya ini berhubungan dengan SOAL HATI.

@ Tentang hati, ya tentu saja kita berbicara tentang ketulusan, kujujuran di dalam memberi diri, memberi tenaga dan pikiran. Semuanya tergantung bagaimana suasana hati di dalam melakukan sesuatu baik untuk keluarga, untuk pasangan hidup, untuk anak-anak, untuk kelompok di dalam Gereja atau di dalam masyarakat, untuk rekan kerja, untuk pekerja atau bawahan, dst. Semuanya akan kembali ke HATI. Karena jika sesuatu dilakukan tidak dengan tulus hati, tidak dengan kejujuran nurani, sudah tentu akan memengaruhi proses, target dan hasil. Kesesuaian antara output dengan outcome /result , ya tergantung pada HATI semua orang yang berpartisipasi di dalamnya.

@ Pengalaman Daniel, Hananya, Misael dan Azarya membuktikan tesis di atas. Semuanya tergantung pada HATI/DISPOSISI BATIN. Oleh desakan Daniel terhadap pemimpin pegawai istana, kepada Daniel, dkk. tidak diberi hidangan yang sesungguhnya diperuntukkan bagi raja (alasan makanan untuk raja itu banyak yang haram dalam ajaran Taurat Musa). Sepuluh hari pemimpin pegawai istana menjalani percobaan ini. Dia memisahkan makanan yang dikhususkan untuk Daniel, dkk. dari makanan yang diperuntukkan bagi raja dan crew -nya. Herannya, setelah sepuluh hari, berempat tampak sehat dan penuh sukacita bahkan lebih ceriah dari mereka yang lain yang justru sebaliknya menyantap dari apa yang raja Nebudkadnezar makan. Ya, semuanya tergantung HATI. Suasana hati yang kuat dengan komitmen tertentu, sudah pasti membawa kebaikan untuk sebuah proses dan target serta hasil akhir yang diinginkan. Daniel, dkk sungguh-sungguh memberi diri bagi Allah apa pun resiko yang mereka harus tanggung. Mereka berkomitmen untuk tidak meninggalkan hal-hal yang suci yang diturunkan dari para leluhurnya.

@Tentang pengalaman memberi dari kekurangan/keterbatasan, Si Janda Miskin di dalam Injil hari ini memberi pembelajaran kepada kita tentang hal itu. MEMBERI DENGAN HATI yang tulus dan jujur adalah kunci keteladanan yang kita temukan di dalam Injil hari ini. Janda Miskin itu tidak bersandiwara di hadapan Allah dan di hadapan manusia. Dia tidak minder oleh karena kekurangannya di hadapan manusia yang lain. Janda miskin itu pun tidak memberi dari RONGSOKAN atau barang sisa atau barang hasil rampkokan/curian atau barang palsu. Tidak! Dia sungguh memberi bahkan dari kekuarngan yang dia miliki. Dia memberi dengan sepenuh hati. Bagi janda miskin, bukan soal banyak atau kurangnya, bukan soal berharga atau tidak/kurang berharga sesuatu yang diberikan. Bukan soal lebih atau kurang berkualitas sesuatu yang kita berikan. Semuanya tergantung HATI.

@ Untuk bisa sampai pada disposisi batin yang demikian, nabi Daniel dalam Kitab Tambahan Daniel memberi kita dua kemungkinan ini: pertama , kita mesti selalu menyukuri apa pun yang kita punya atau apa pun yang kita peroleh dari siapa saja. Sikap hati yang selalu mensyukuri segala sesuatu, tanpa mengukur seberapa dalam, jauh, tinggi atau mahal/murah, akan selalu mengangkat hati kepada Tuhan guna mensyukuri segalanya. Sikap hati yang demikian telah ditunjukkan oleh Daniel, dkk dengan dan dalam seruan, “ Terpujilah Engkau, Tuhan, Allah leluhur kami. Kepada-Mulah pujian selama segala abad. ” Seruan ini memberi kita gambaran sebuah hati yang senantiasa bersyukur/ being grateful tanpa harus membandingkan diriku dan dirimu – nasibku dengan nasib-mu. Terima diri apa adanya. Syukuri segalanya!. Kedua , sikap hati yang “ grateful ” atau penuh syukur akan mendorong seseorang untuk selalu mau MEMBERI bahkan memberi dari kekurangan atau keterbatasannya. Bukan memberi dari SISA/ leftover . Ya, semuanya kembali ke suasana HATI – semuanya berurusan dengan HATI. Terima kasih berlimpah kepada semua, para donator/penderma, kepada semua umat yang senantiasa memberi dari apa yang mereka miliki bahkan dari kekurangan-kekurangan mereka. Mari kita terus berbagi sambil menyanyikan kidung yang didengungkan Daniel, dkk. “ Terpujilah Engkau, Tuhan, Allah leluhur kami. KepadaMu-lah pujian selama segala abad.” Have a wonderful day filled with a loving and compassionate heart. Warm greetings to you all padrepiolaweterengsvd 🙏🏼🙏🏼🙏🏼🙏🏼🙏🏼