DAILY WORDS, MINGGU, 12 NOVEMBER 2023
PEKAN BIASA XXXII
BY RP. PIUS LAWE, SVD
BACAAN I : KEB 6: 13 – 17
MAZMUR : MZM 63: 2. 3 – 4. 5 – 6. 7 – 8
BACAAN II : I TES 4: 13 –18
INJIL : MAT 25: 1 – 13
@ Apakah yang menjadi kerinduan-ku terdalam? Ini sebuah pertanyaan yang dalam istilah filosofis-nya disebut sebagai salah satu dari pertanyaan EKSISTENSIAL. Artinya, pertanyaan penting yang menentukan keberadaanku dan bahkan apa tujuan hidupku di dunia ini. Benar, bahwa kerinduan yang paling dalam yang ada di dalam nubariku akan menjadi MOTIVATOR yang menentukan setiap pikiran, perkataan dan perbuatanku. Yang menjadi pokok persoalannya adalah “apakah ini sungguh menjadi pertanyaan penting di dalam hidupku yang sering dan bahkan setiap saat dan setiap hari saya arahkan ke dalam diriku?
@ Baru-baru ini, kami membuat satu pertemuan awal untuk merencanakan berbagai macam kegiatan perlombaan menjelang atau menyongsong pesta pelindung Paroki St. Yohanes Penginjil Masohi yang jatuh pada tanggal 28 Desember 2023. Wah… diskusi sejak awal sudah sangat hangat. Banyak hal yang diperdebatkan. Apa saja mata lomba yang hendak dipertandingkan dan bagaimana mekanisme pembagian kelompok yang hendaknya dibuat sebagai persiapan menyongosong hari pertandingannya. Ada yang mengusulkan jika pembagian itu seperti biasa sebagaimana telah dilaksanakan dahulu sebelumnya. Ada yang coba mengarahkannya ke peleburan ke dalam kelomppok-kelompok baru. Ada yang berusaha supaya dibuat team-team baru sebagai gabungan dari satu dua gabungan/rukun. Ketika diskusi ini semakin hangat dan menemukan jalan buntu untuk mendapat satu kesepakatan, kami sampai pada satu pertanyaan yang menantang: apa sebenarnya tujuan dari segala kegiatan perlombaan ini? Kemenangan semata? Juaran umum? Hadiah yang besar/banyak? Tentu saja ada benarnya. Setiap lomba tentu mempunyai tujuan memenangkan perlombaan dimaksud. Bahkan setiap lomba orang berlomba-lomba memenangkannya karena ingin mendapat hadiah yang paling bergengsi/besar/bernilai/berharga. Namun, ini sebuah PESTA FAMILI dalam level paroki. Karena ini sebuah pesta family/keluarga, maka tujuan yang hendak dicapai adalah MEMBANGUN PERSAUDARAAN KASIH dengan MELIBATKAN SEBAGANYAK MUNGKIN UMAT untuk berpartisipasi di dalam segala kegiatan. Ya, sungguh menarik ketika semua terpaut pada tujuan di atas: MEMBANGUN PERSAUDARAAN KASIH. Oleh karena itu, sitem pembagian kelompok di dalam team-team sebagai gabungan dari rukun jika tidak dapat terlibat dalam cabang-cabang penting oleh karena kekurangan ketersediaan personalia adalah satu jalan keluar yang baik. Tidak ada fanatisme stasi atau kelompok tertentu dan matian-matian untuk maju dalam satu team meskipun seharusnya bisa melibatkan lebih banyak umat jika ada di dalam lebih dari satu team. Akhirnya kata sepakat kami peroleh. Semua harus ada dalam pembentukan team demi melibatkan sebanyak mungkin umat. Tentu saja kemenangan adalah salah satu tujuan, tetapi PERSAUDARAAN KASI menjadi tujuan utama. Titik! Saya yakin, semua dinamika di dalam proses pembentukan team dan dinamika dalam memulai pertandingan/perlombaan jika dilandasi dengan tujuan mulia di atas, bakal menciptakan suasana yang aman dan damai di dalam seluruh proses perlombaan menjelang pesta famili ini.
@ Pengalaman di atas hendak saya syeringkan untuk menggaris-bawahi apa yang menjadi refleksiku hari ini. Setiap tujuan yang saya punyai di dalam hidup akan menjadi motivasi dasar untuk pergerakan pikiran, perkataan dan perbuatanku. Tujuan akan menjadi motivasi dan landasan KERINDUAN-KU. Jika tujuan hidup sungguh menjadi landasan atau motivasi dari segala bentuk pikiran, perkataan dan tindakanku, maka kerinduan yang saya bangun di dalam hidup tentu saja sinkron dengan tujuan di atas. Jika tujuan lain dan motivasinya lain tentu saja akan mengacaukan KERINDUAN TERDALAM di dalam hidupku.
@ Kitab Kebijaksanaan secara bernas mengatakan hal itu. Kebijaksanaan adalah sesuatu yang mestinya SAYA CARI. Kebijaksanaan mestinya menjadi KERINDUAN TERDALAM hidupku. Jika sungguh KEBIJAKSANAAN menjadi kerinduan terdalam, DIA – KEBIJAKSANAAN ini akan memotivasi setiap pergerakan pikiran, perkataan dan perbuatan-ku. Jika saya sejajarkan KEBIJAKSANAAN adalah ALLAH sendiri maka KERINDUAN-KU akan Allah akan menjadi motivasi dasar yang menggerakkan setiap gerak pikiran-perkataan-perbuatanku. Kerinduan akan Allah yang mendalam ( my deepest desire) akan menentukan setiap perencanaan dan pelaksanaan apa saja di dalam hidupku.
@Pemazmur mengekspresikan kerinduan terdalam ini dengan frase JIWA YANG HAUS . Jiwa yang haus akan Allah adalah jiwa yang sungguh rindu untuk ada dekat dan dalam Allah. keinduanSt. Paulus pun menegaskan hal yang sama. Kerinduan jiwa akan Allah bak tanah kering dan tandus merindukan air. Waooo kerinduan yang mendalam seperti ini yang membuat Pemazmur bahkan membuat pemazmur ingat akan Allah di tempat tidur dan merenungkan Dia – sang Kebijaksanaan ini sepanjang malam. Dan kerinduan yang mendalam ini membuat jiwa Pemazmur hendak memuji Allah – Sang Kebijaksanaan ini seumur hidup. Hmmmm kedengaran cukup hiperbolis tetapi ya…itulah ekspresi kerinduan yang mendalam.
@ St. Paulus menekankan tentang kerinduan ini dengan menggambarkan orang yang sudah meninggal tetapi bukan meninggal tanpa lebel ini dan itu melainkan MENINGGAL DI DALAM YESUS. Wahhh meninggal di dalam Yesus artinya meninggal dengan satu kerinduan terdalam untuk berjumpah dengan Allah dan memandang wajah Allah. Itu berarti untuk mencapai tujuan MEMANDANG WAJAH ALLAH ini segala pergerakan kita, baik pikiran, perkataan dan perbuatan hendaknya diarahkan ke sana.
@ Meninggal dengan memandang wajah Allah sebagai kerinduan terdalam digambarkan Yesus dengan sangat baik sebagai tindakan MENYONGSONG MEMPELAI LAKI-LAKI… TUHAN SENDIRI – SANG KEBIJAKSANAAN. Jika kerinduan untuk dapat MENYONGSONG MEMPELAI LAKI-LAKI – SANG KEBIJAKSANAAN – YESUS SENDIRI adalah sebuah kerinduan yang dalam, tentu saja kita belajar untuk bertindak seperti LIMA GADIS YANG BIJAKSANA. Kelimanya tentu saja MEMPUNYAI KERINDUAN YANG TERDALAM: menyongsong-berjumpa dengan Sang Kebijaksanaan. Mereka siapkan segala perangkat untuk penerangan agar didapati “siap” oleh Sang Kebijaksanaan.
@ Dari refleksiku tentang KERINDUAN TERDALAM – kerinduan akan SANG KEBIJAKSANAAN di atas, saya kembali bertanya diri: sebagai imam/gembala, apa atau siapa yang menjadi KERINDUAN TERDALAM-KU? ( What/ who is my deepest desire as a priest/shepherd? Yesus? Hidup kekal? Atau? Jawabanku akan menentukan setiap pergerakan pikiran, perkataan dan perbuatanku. Jawabanku akan menentukan setiap strategi yang ditetapkan di dalam rencana hidupku ( renstra ). Pertanyaan yang sama dapat saya alamatkan kepada Bapa/Ibu- saudara/i-ku; apa/siapa yang menjadi kerinduan terdalam-mu? Yesus? Hidup kekal? Status? Kekayaan?…………marillah kita berintrospeksi. Saya yakin, ketika saya dan kita semua menemukan dan menetapkan APA/SIAPA KERINDUAN TERDALAM, maka hidup yang adalah sebuah arena perlombaan ini dapat kita jalani dengan penuh strategik (dalam sebuah renstra yang jelas)..semoga demikian… hava blessed Sunday filled with love and mercy. Warm greetings from Masohi manise. Thank you for your prayers. I am home safely…. padrepiolaweterengsvd🙏🏼🙏🏼🙏🏼🙏🏼🙏🏼