ALIRKAN DARAH PERJANJIAN BARU – DARAH PENGAMPUNAN & BELASKASIH DARI GUNUNG SION – YERUSALEM PERJANJIAN BARU

DAILY WORDS, SABTU, 14 OKTOBER 2023
PEKAN BIASA XXVII
BY RP. PIUS LAWE, SVD

BACAAN I : YL 3: 12 – 21
MAZMUR : MZM 97: 1 – 2.5 – 6. 11 – 12
INJIL : LUK 11: 27 – 28

@ What a coincidence! Sungguh sebuah kebetulan! bahwa ketika dunia lagi gencar-gencarnya mengikuti perkembangan tragedy kemanusiaan yang sedang terjadi di tanah Palestina dan Israel, bacaan dari kitab nabi Yoel dan pesan Yesus dalam injil hari ini sepertinnya menggerakkan nuraniku untuk menulis refleksi ini. Mudah-mudahan, dari pengetahuan saya yang sangat sedikit tentang sejarah perpolitikan konflik Israel – Palestina, refleksi biblis ini setidaknya dapat mengantar saya untuk bisa mengatur sebuah ujud doa yang BENAR & tepat sasar. Demikian juga untuk semua yang coba menikmati Daily Words, goresan harian-ku.

@Saya awali dengan mengutip kata-kata seruan dari nabi Yoel. “…Tetapi Tuhan adalah tempat perlindungan bagi umat-Nya, dan benteng bagi orang Israel…Dan Yerusalem akan menjadi kudus dan orang-orang luar takkan melintasinya lagi… Mesir akan menjadi sunyi sepi, dan Edom akan menjadi padang gurun tandus, oleh sebab kekerasan terhadap keturunan Yehuda, oleh karena mereka telah menumpahkan darah orang yang tak bersalah di tanahnya. Tetapi Yehuda tetap didami untuk selama-lamanya, dan Yerusalem turun temurun. Aku akan membalas darah mereka yang belum Kubalas; Tuhan tetap diam di Sion.” Kata-kata dalam nubuat nabi Yoel ini, bila saya sandingkan dengan pernyataan Perdana Menteri Israel Netanyahu serta penegasan perwakilan Israel di PBB hari-hari kemarin paskah tragedy 7 Oktober, bulu kuduk-ku merinding. Ya, sungguh merinding. Mengapa? Sepertinya kata-kata nabi Yoel di atas senafas dengan apa yang menjadi kiat Israel hari-hari ini, ketika anak-anak dan ibu-ibu, mereka semua yang sedang menikmati weekend – hari Sabat yang suci, secara tiba-tiba diserbu oleh pasukan Hamas dan dibunuh serta yang lain diculik dan ditawan. Sadissss memang!

@ Ada apa gerangan? Apakah kelompok Hamas ini sudah gila dan, tidak ada awan – tidak ada hujan, langsung menyerbu masuk ke wilayah Israel dan membunuh secara biadap kaum sipil yang inosent? Ya, mungkin ada sesuatu sebelumnya yang sudah bak BOM WAKTU . Atau memang ini sebuah tindakan dari pihak yang lemah, yang dengan cara ini, hendak membalas dendam atas musuh yang nota bene memilki kekuatan yang super power ? Saya ingat perang gerilya yang diterapkan oleh Jenderal Soedirman bersama rekan-rekan seperjuangan di masa merebut dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Nyatanya, kaum penjajah Belanda sangat biadab. Namun apa mau dikata. Indonesia tidak punya persenjataan yang ampuh. Tidak punya tank, tidak punya pasok senjata canggih. Yang ada cuma bambu runcing. Makanya, perang gerilya diterapkan hanya untuk membalas dendam atas sakit yang sudah diderita oleh penindasan bangsa penjajah. Pasukan Indonesia hanya punya satu tekad: merebut kemerdekaan dan kedaulatan bangsa sendiri. Ya, ini hanya sebuah analogi. Yang pasti, antara Hamas dan Israel ada luka lama. Dan mereka sedang menggores luka baru di atas luka lama. Okay, saya tidak akan mengelaborasi-nya lebih panjang lagi persoalan politik di atas. Hemat saya, antara Israel dan Palestina bukan persoalan agama. Ini persoalan politik. Toh yang menderita di tanah Palestina bukan hanya kaum moeslem. Bukan! Ada begitu banyak kaum Nasrani di sana. Oleh karena itu, mari kita bertanya diri secara netral dan kritis: apa yang mesti saya doakan hari ini?

@ Kalau saya kaitkan dengan kata-kata dalam injil hari ini, saya mungkin bisa mengambil benang merahnya sebagai pesan yang tajir buat diri saya dan mungkin buatmu semua. Terhadap Yesus yang sedang berbicara kepada orang banyak, seorang wanita berseru: “ Berbahagialah ibu yang sudah mengandung dan menyusui Engkau !” Kata-kata ini mengarahkan kita kepada Bunda Maria – Bunda Yesus. Atau dengan kata lain, keilahian Yesus dan kualitas diri-Nya lebih dikaitkan dengan hal turun – temurun/ keluarga/suku/bangsa/kelompok tertentu, dst. Lagi-lagi kita diarahkan untuk tidak melihat keilahian Yesus dan kualitas diri-Nya tetapi lebih melihat kesukuan Yesus. Dalam hal ini, bila saya kaitkan dengan pengalaman sehari-hari, saya sering tergiring untuk melihat sesuatu secara sempit dan kehilangan objektifitasnya serta memprioritas hal yang kurang penting. Maka Yesus mengarahkan para pendengar kepada objektifitas dalam cara pandang dan prioritas nilai: “ Yang berbahagia ialah mereka yang mendengarkan sabda Allah dan memeliharanya .” Waoooo ini baru namanya nafas PERJANJIAN BARU.

@ Dari hembusan NAFAS PERJANJIAN BARU ini, saya coba menyikapi tragedy kemanusiaan yang sedang terjadi di tanah Palestina dan Israel. Tidak untuk mengambil “ sisi benar dan salah ”-nya dalam hal ini, karena persoalan konflik Palestina – Israel adalah persoalan yang sangat kompleks, maka lebih menganjurkan begini: sebagai orang Kristiani, saya lebih memilih kata-kata Yesus hari ini. Bukan soal saya yang kristiani lebih memiliki relasi keagamaan yang dekat dengan agama Yahudi dan bangsa Israel, tetapi lebih kepada saya menerapkan apa yang Yesus bawa di dalam Perjanjian Baru. Darah Perjanjian Baru adalah DARAH PENGAMPUNAN – DARAH BELASKASIH ALLAH. Oleh karena itu, marilah di hari-hari, dimana dunia kita sungguh-sungguh diselimuti oleh dendam dan kekerasan, kita berdoa semoga Allah mengalirkan Darah Perjanjian Baru – Darah Anak Domba Allah – Darah Pengampunan dan Belaskasih dari atas kota suci Yerusalem yang Baru ke wilayah Selatan Israel – Jalur Gaza yang sedang berlumur darah dendam kesumat. Let us pray for peace around the world! Have a blessed weekend filled with love and mercy…warm greetings to you all… padrepiolaweterengsvd🙏🏼🙏🏼🙏🏼🙏🏼