KISAH SEPOTONG COKLAT DUA MULUT

” Tawaran tulus coklatmu telah merobek rasaku.”

Pertama-tama aku minta maaf bila foto dan tulisan ini dilihat dan dibaca oleh pemiliknya, karena aku memotretnya diam-diam tanpa meminta izin.

Setelah misa penutupan rapat KWI di Bandung tadi malam, aku pun menggunakan mobik travel ke Bandara Sukarno Hatta pada pukul 20.15 WIB. Setelah 4 jam perjalanan aku pun tiba di bandara dan harus menuggu lagi sampai pukul 04.00 dini hari untuk terbang ke Ambon transit Makasar.

Pada pukul 08.30 WITA pesawat pun boarding dari bandara Hasanudin Makasar, dan aku duduk sederet dengan seorang gadis manis semanis kota Ambon, julukan untuk kota Ambon ( Manise ). Seperti kebiasaanku yang selalu menikmati tidur pulas di pesawat maka setelah menit kelima aku pun mulai tertidur pulas. Tiba-tiba aku dikagetkan oleh bunyi-bunyian yang disebabkan oleh gadis manis di sampingku, yang sibuk mencari sesuatu di tasnya untuk dimakan. Aku pun tidak mau ketinggalan. Pikirku dalam hati, emangnya lu sendiri punya bekal? Maka aku mengambil sepotong coklat rasa vanila di tasku dan mulai mengunyanya. Setelah itu aku membuka lagi plastik snack dari Bandung dan menyantapnya tanpa menghiraukan gadis manis di sampingku. Tiba-tiba aku dikagetkan dengan sodoran sesuatu di tangan mungilnya sambil berucap, ” pa, mau coklat?” Ayo, ambillah! Karena ia sudah membuka pembungkusnya maka dengan rasa malu aku pun mematakan sepenggal lalu kumakan sambil berterima kasih kepadanya. Ia pun mengeluarkan senyum manisnya yang membuatnya nampak bagaikan bidadari di sampingku.

Setelah makan aku pun mulai merasa malu dengan kisah coklat gadis manis ini. Memang bukan karena aku kikir sehingga tidak mau berbagi snackku dengannya, tapi aku terjerat dengan pikiran liarku, jangan-jangan ia akan menolak tawaranku, maka aku pun makan sendiri dalam penjara pikiranku. Namun di pesawat Makasar – Ambon, gadis cantik ini telsh mengajariku sopan santun dan makna tindakan berbagi dari hal-hal kecil yang ada pada kita. Memang sering kita terpenjara dengan prasangka-prasangka kita sehingga membatasi kita dalam berbuat baik, tidak seperti gadis ini yang telah melakukan sebuah perbuatan kecil dengan cinta yang besar.

Kisah sepotong coklat dua mulut ini hanya mau memberi inspirasi kepada kita untuk menghilangkan semua prasangka buruk kita dan mulai berbuat baik dan berbagi apa pun reaksi dan reziko dari orang-orang di sekitar kita.

Akhirnya, bila hatimu berbisik untuk berbuat baik maka jangan pernah tanganmu menahannya. Sebaliknya gunakanlah tanganmu untuk berbagi daripada terbuka menerima kebaikan dari orang lain.

Coretan tangan dari sebuah hati yang tergores malu karena sepotong coklat ( Mgr. Inno Ngutra )