(Sirakh 3:17-18,20,28-29; Ibrani 12:18-19,22-24a; Lukas 14:1,7-14)
Minggu, 28 Agustus 2022
RD. Novly Masriat
Salah satu cara mengidentifikasi masyarakat adalah dengan membuat pengelompokan status berdasarkankan, jenis kelamin, jabatan, tingkat pendidikan, tingkat ekonomi, agama, keadaan perkawinan (janda atau duda), dan lain sebagainya. Salah satu kebutuhan manusia adalah penghormatan atau penghargaan terhadap diri karena status-status terebut. Partisipasi dalam kegiatan profesional, akademik, ekenomis, gender, agama, dan lain-lain berperan penting dalam memenuhi kebutuhan akan penghargaan. Biasanya orang yang memiliki tingkat pendidikan tinggi mendapat penghargaan yang tinggi, dan sebaliknya orang yang memiliki tingkat pendidikan yang rendah kurang memperoleh penghargaan. Selain itu, orang yang memiliki uang atau harga yang banyak, kadang kala lebih dihormati dibandingkan yang lain. Status sosial memiliki hubungan erat dengan penghormatan atau rasa hormat karena salah satu kebutuhan penting manusia adalah memperoleh rasa hormat karena status atau jabatan tersebut.
Injil hari ini menjelaskan tentang status atau posisi orang dalam kehidupan bermasyarakat. Injil mengambil contoh pesta pernikahan. Dalam pesta itu, terdapat tempat duduk terhormat. Bagi Yesus, mencari penghormatan diri bukanlah model hidup kristiani. Yesus menekankan pentinya kerendahan hati. Yesus menggambarkan dalam injil bahwa orang yang rendah hati tidak mendapat malu, tetapi orang yang rakus rasa hormat akan dengan mudah mendapat malu. Orang yang mengejar rasa hormat mendapat tempat yang terendah, dan sebaliknya orang yang rendah hati sangat mungkin mendapat tempat yang layak.
Bagaimana menjadi rendah hati? C.S. Lewis, seorang penulis Kristen, asal Irlandia berkata, “Kerendahan hati tidak berarti kurang memikirkan diri sendiri, tetapi lebih sedikit memikirkan diri sendiri”. Itu berarti orang yang rendah hati adalah orang yang mendahulukan orang lain dibandingkan dirinya sendiri. Orang yang rendah hati tidak egois. Memang menjadi rendah hati tidaklah mudah karena sering menimbulkan sakit hati atau “makan hati”. Paus Fransiskus pernah berkata bahwa jalan untuk rendah hati adalah penghinaan. Orang yang rendah hati akan melalui perasaan terhina (1/2/2016). Paus Fransiskus juga pernah berkata (22/12/2021), “kerendahan hati adalah satu-satunya cara yang membawa kita kepada Tuhan dan mengantar kita untuk sampai pada esensi hidup yang sejati. Orang yang tidak rendah hati akan cenderung jatuh pada kesombongan diri, dan akan merasa bahwa kesuksesan adalah kekuatan manusiawi. Orang yang rendah hati yang hanya akan sampai pada iman bahwa Tuhan selalu menyertai perjalanan manusia.
Oleh sebab itu, status atau jabatan bukanlah sarana utama untuk mencari rasa hormat. Memang, salah satu konsekuensi dari status sosial kita adalah penghormatan, tetapi yang patut diutamakan dalam menjalani setiap peran atau status sosial adalah kerendahan hati. Kadang kala orang lupa untuk menjadi rendah hati karena terlalu tuntut atau “gila” hormat atas jabatan atau status yang melekat. Orang yang gila hormat akan lupa bahwa dirinya juga memiliki kekurangan dan keterbatasan. Orang yang gila hormat akan lupa menghargai dan memberi kesempatan kepada orang lain. Orang yang gila hormat akan lupa bahwa hanya Tuhan yang paling agung dan mulia. Amin.