PERIKOP KS : PERUMPAMAAN TENTANG LALANG DI ANTARA GANDUM
(MATIUS 13, 24-30)
TEMA HOMILI : MEMBANGUN BAIT TUHAN

Oleh: RP. Yos Patris, MSC



A. Prolog:
1. Pada masa-masa ini di wilayah paroki dan stasi kita sudah mulai dengan pembangunan sarana-prasaran peribadatan. Kalau kami tidak salah menduga, di wilayah perwakilan Aru itu hanya satu atau dua Gereja saja yang sudah diberkati karena sudah selesai dibangun. Itu berarti ada banyak bangunan Gereja dan Pastoran yang perlu dibangun dan direhab.
2. Kami juga sangat senang dengan ungkapan ini: “Home Sweet Home” yang artinya “rumahku istanaku”
Hari ini judul homili yang dibawakan adalah membangun Bait Tuhan.

B. Pendalaman Teks:
Ketika mendalami teks Injil ini, kami berhadapan dengan suatu pertanyaan pembuka. Bila arti dari perumpamaan tentang lalang di antara gandum sudah ada di teks Injil Mat. 13:36-43, mengapa tidak sekalian dibaca dan direnungkan satu kali? Apakah teksnya terlalu panjang? Menurut kami setiap perikop Injil hendak berbicara tentang sesuatu hic et nun (disini dan kini). Dalam bacaan-bacaan Liturgi Gereja, biasanya Bacaan Pertama dan Injil itu sejalan, senada dan mau mengajarkan hal yang sama atau kurang lebih mirip, sementara bacaan kedua itu kadang-kadang berbeda sama sekali. Mari kita melihat satu kemiripan antara bacaan Pertama dan dan Injil.
Bila bacaan pertama berbicara mengenai ini Bait Tuhan, Bait Tuhan, Bait Tuhan! Maka bacaan Injil berbicara tentang lalang dan gandum yang menjadi penghuni Bait Tuhan itu. Jadi hari ini kita merenungkan bagaimana membangun Bait Tuhan itu?
1. Pertama-tama mari kita merefleksikan apa itu Bait Tuhan? Bait Tuhan adalah suatu tempat atau kediaman yang didedikasikan untuk Tuhan. Banyak orang percaya bahwa Allah hadir dan mengkhususkan diri untuk bersemayam di suatu tempat yang berkenan di mata Tuhan itu. Karena dikhususkan untuk Tuhan yang memili predikat suci, kudus, agung dll, maka Bait Tuhan itu juga suci, kudus, angung dan mulia. Bait Tuhan itu kini bukan diartikan secara sempit karena berkaitan dengan bangunan fisik. Bait Tuhan dimaknai secara berbeda ketika kita melihat perumpamaan Injil. Di dalam Injil kita melihat bahwa Allah menempatkan diri dan perhatiaanya pada sesuatu yang di sebut sebagai ladang (Dalam ay. 24 dikatakan ada orang yang menaburkan benih di ladangnya). Ladang menjadi prioritas Tuhan untuk menaburkan benih. Tuhan memiliki hak atas ladang itu dan menjadi tuan serta penanggung jawab atas ladang itu. Jadi ketika Tuhan menciptakan suatu ciptaan, Dia juga telah menyiapkan tempat dimana Dia menjadi penanggung jawab utama atas ciptaan itu. Level tertinggi dari Allah yang menjadi penanggung jawab utama atas Ladang adalah eksistensi Lumbung. Kutipan Firman Injil di ay. 30: “kemudian kumpulkanlah gandum itu ke dalam lumbungku.” Dengan kata lain, lumbung menjadi tempat tujuan dimana Allah memilih tempat terbaik untuk hasil terbaik. Memilih berarti mengumpulkan hal-hal yang dipilih. Jadi, Bait Allah dimaknai melampaui realitas fisik yakni suatu keyakinan atas pengalaman-pengalaman bahwa Allah dalam rancangan dan kehendaknya mengumpulkan semua yang terbaik untuk mengarahkan pandangannya menuju keselamatan yang dijanjikan Allah.
2. Kedua, mari kita merefleksikan bagaimana membangun Bait Tuhan itu?
Pada bagian ini kita akan lebih berbicara tentang Aktor dibalik pembangunan Bait Tuhan itu karena setiap usaha membangun itu ditentukan juga oleh setiap aktor yang terlibat di dalamnya. Aktor utama dan terutama adalah Tuhan Allah kita. Kita biasa mendengar salah-satu penggalan lirik lagu antar bacaan: “Kalau kiranya bukan Tuhan yang membangun rumah, maka sia-sialah jerih paya tukangnya.” Memang Tuhan adalah yang punya benih yang baik dan yang empunya tuaian maka mintalah kepada tuan yang punya tuaian tersebut. Hal ini mengajarkan kepada kita bahwa membangun Bait Tuhan entah secara fisik ataupun dalam pengertian yang lebih mendalam, pertama-tama jangan lupa untuk melibatkan Tuhan dalam setiap prosesnya. Tuhan menjadi creator utama dalam membangun Bait Tuhan.
Aktor yang berikut adalah benih yang tumbuh menjadi gandum yang mulai berbulir dan lalang (ay. 26) berkata: “Ketika gandum itu tumbuh dan mulai berbulir, nampak jugalah lalang itu.” Injil menampilkan dua aktor ini sebagai fokus perhatian Allah; sang creator utama di ladangnya. Keduanya; baik gandum dan lalang dibiarkan tumbuh. Mereka berdua diberi kesempatan ada bersama-sama di dalam satu rumah meski Allah mengetahui mana yang jahat dan mana yang baik. Dengan kata lain Allah melakukan pembiaran yang punya dasar dan alasan. Dasarnya terletak pada asumsi bahwa keduanya akan tumbuh bisa dibandingkan pada ay. 30; Allah berkata: “biarkanlah keduanya tumbuh bersama sampai waktu menuai.” Jadi, setiap usaha membangun bait Tuhan, kiranya dilibatkan juga sesama kita. Gandum dan lalang adalah representasi dari sesama manusia yang sudah berkembang dan yang belum berkembang. Mereka berdua adalah sama dan diperlakukan adil sebelum waktu menuai tiba. Mereka berdua menjadi co-creator (rekan/pembantu) dan sang Creator utama dari Allah sendiri. Membendakan mana yang baik dan mana yang jahat itu adalah urusan dari hamba-hamba Tuan yang mempunyai ladang itu. Oleh karena itu untuk membangun Bait Tuhan dibutuhkan juga sebanyak mungkin orang tanpa harus membeda-bedakan dan mencurigai secara berlebihan.

C. Apa pesan Injil pada hari ini?
Pertama, kita dipanggil untuk membangun Bait Tuhan yakni menghadirkan pengalaman-pengalaman bahwa Allah dalam rancangan dan kehendaknya mengumpulkan semua yang terbaik untuk mengarahkan pandangannya menuju keselamatan yang dijanjikan Allah.
Kedua, kita membangun Bait Tuhan itu dengan melibatkan Tuhan dan Sesama kita. Bukan hanya bersandar pada kekuatan diri sendiri.

D. Epilog:
Kami percaya anda dan saya bisa membangun Bait Tuhan ditengah dunia ini. Tuhan sudah memberkati. Amin.