DAILY WORDS, KAMIS, 16 JUNI 2022
PEKAN BIASA XI
BY RP. PIUS LAWE, SVD
BACAAN I : SIR 1: 1-14
MAZMUR : MZM 97: 1-2.3-4.5-6.7
INJIL : MAT 6: 7-15
@ Kitab Suci sungguh menggambarkan jika Elia adalah seorang pilihan Allah dan diabadalah orang yang benar di hadapan Allah. Dia telah menjalankan dengan setia apa yang telah Allah percayakan kepadanya. Dalam misinya sebagai seorang nabi Allah, dia konsisten untuk menebarkan kebenaran. Banyak kebajikan yang ia hidupi sebagai seorang pilihan Allah. Kitab Suci tidak menggambarkan secara detail jika Elia juga mempunyai pengalaman bergumul dengan soal PENGAMPUNAN. Namun saya yakin akan dua hal ini: pertama Elia sungguh bergumul dengan situasi konfliktual pada masanya. Semuanya dia hadapi dengan penuh kesabaran. Kedua, hal mengampuni merupakan sesuatu yang amat penting agar manusia dapat dengan bebas melakukan hal-hal baik terhadap sesama di dalam hidupnya dan kelak mengantar dia untuk ada di hadirat Allah sebagaimana terjadi atas diri Elia sendiri.
@ Tentang “pengampunan”, Yesus telah mengajarkan kepada kita sebuah DOA yang sangat komplit -sempurna yaitu DOA BAPA KAMI. Di bagian tengah menuju akhir dari doa ini, Yesus mengajarkan kepada kita untuk memohon kepada Bapa di Surga agar BAPA sudi MENGAMPUNI KESALAHAN KITA SEBAGAIMANA KITA TELAH MENGAMPUNI YANG BERSALAH KEPADA KITA. Dari pernyataan doa ini, kita memohon pengampunan dari Allah atas dosa-dosa kita dengan pengandaian kita TELAH MENGAMPUNI MEREKA YANG BERSALAH KEPADA KITA.
@ Hal di atas sungguh masuk akal! Bagaimana mungkin kita memohon pengampunan dari Allah semetara kita sendiri belum bersedia mengampuni, baik mengampuni orang lain maupun mengampuni diri sendiri. Saya sadar sungguh bahwa hal mengampuni adalah hal YANG PALING BERAT di dalam hidup. Apalagi berhubungan dengan pengampunan kita atas mereka yang telah mencabik-cabik harga diri, melukai martabat dan menelanjangi seluruh diri dan hidup kita. Ini bukan hal yang sepeleh bak membalikkan telapak tangan. Banyak orang berjalan kian kemari dengan menebar senyum dan tawa. Namun hati.mereka sedang tercabik-cabik oleh luka-luka lama yang belum disembuhkan. Ini yang kita kenal dengan LUKA BATIN. Banyak proses, baik spiritual maupun psikologis mesti kita lalui untuk sampai pada titik ini: KERELAAN MENGAMPUNI untuk dapat SEMBUHKAN LUKA BATIN.
@ Tentang kerelaan mengampuni untuk dapat menyembuhkan luka batin, saya mengajakmu sekalian untuk sekali lagi menikmati sebuah film pendek, karya John LaRaw dari Korea Selatan berjudul THE CONFESSION yang memenangkan festival internasional Katolik dalam karya Film Pendek. Film yang berdurasi singkat ini menceritakan perjuangan seorang imam muda yang energetik dan ceria untuk bersedia mengampuni seorang umat (kakek tua) yang datang melalui Sakramen Tobat pribadi guna memohon absolusi atas dosa pembunuhan yang kakek ini telah lakukan 20 tahun silam. Saat di tempat pengakuan, ketika si kakek ini sedang bercerita tentang kronologi pembunuhan yang ia lakukan, si imam muda sangat dikagetkan karena ternyata itulah pembunuhan yang terjadi atas AYAH KANDUNG imam itu sendiri dan terjadi di depan matanya – dia yang waktu itu masih kecil yang tengah berada bersama ayahnya saat ditabrak sebuah kendaraan. Si pengendara kabur dan sampai dengan 20 tahun ini, pelaku tidak pernah mendapat proses peradilan yang setimpal karena dia berlari menyembunyikan dirinya. Namun si kakek pembunuh ini, dalam pengakuannya, meski tidak masuk penjara tetapi dia telah TERPENJARA 20 tahun oleh SUARA HATI-nya yang setiap hari mengejar dan mengadilinya. Ketika dia -si kakek ini menyadari bahwa dia akan segera mati akibat kanker yang sedang dideritanya, dia ingin mengaku dosanya dan mendapat pengampunan dari Allah. Singkat kata, si imam muda meski dalam kesunyian pengakuan pribadi itu, menemukan dirinya terjebak dalam kemarahan yang luar biasa. Dia secara fisik, emosional dan spiritual berjuang untuk dapat mengampuni. Setelah didudukannya si kakek di bangku depan gereja, kakek yang tiba-tiba jatuh terjerebab ke lantai setelah menyadari jika yang ditabrak itu ayah dari si imam muda ini, si imam muda berlutut di tengah depan altar, mengucapkan secara tertatih-tatih kata demi kata dari DOA BAPA KAMI. Ketika sampai pada kalimat AMPUNILAH KESALAHAN KAMI SEPERTI KAMI PUN MENGAMPUNI YANG BERSALAH KEPADA KAMI, dia terhentak dan memandang Yesus yang Tersalib,sampai akhirnya dia menyelesaikan doa Bapa Kami tersebut. Si imam pun datang menghampiri si Kakek dan melanjutkan cerita. Dia berterus terang pada si Kakek kalau ayahnya tidak mati dalam kecelakaan itu. Si Kakek pun memohon untuk pergi menjenguk si Ayah dari Imam ini. Ternyata ayah si imam sudah meninggal tiga tahun silam. Ada dua hal yang tercermin dari reaksi keduanya: pertama, ada PENGAMPUNAN darinsi imam terhadap perbuatan si Kakek. Kedua, ada pertobatan yang membebaskan.
@ Sebagai kesimpulan: pertama, saya mesti berjuang setiap saat di dalam doa agar oleh kekuatan Roh Kudus saya bersedia mengampuni, baik sesama yang bersalah kepadaku maupun megampuni diri sendiri. Kedua, saya mesti mengampuni karena Tuhan sudah mengampuni dan membebaskan saya dari dosa-dosa lewat sengsara dan wafatnya fi kayu salib. Ketiga, karena di dalam pengampunan, ada PEMBEBASAN. Itulah DAYA AMPUH dari PENGAMPUNAN….Kita saling mendoakan agar setiap hari kita berusaha untuk bisa mengampuni terlebih terhadap mereka yang menciptakan luka di hati kita. Have a wonderful and blessed Tuesday filled with love and forgiveness. Warm greetings to you all❤❤❤🙏🙏🙏🙏🙏🙏