DAILY WORDS, MINGGU, 5 NOVEMBER 2023
MINGGU BIASA XXXI
BY RP. PIUS LAWE, SVD
BACAAN I : MAL 1: 14b – 2: 2b. 8 – 10
MAZMUR : MZM 131: 1.2.3
BACAAN II : I TES 2: 7b – 9.13
INJIL : MAT 23: 1 – 12
Ada pepatah, “ Guru kencing berdiri, murid kencing berlari ”. Pepatah yang sudah sangat populer ini memberi arti tentang sebuah keteladanan. Segala tingkah laku guru akan ditiru. Guru di sini hanyalah mewakili semua pihak yang berperan sebagai “ guru kehidupan ” bagi setiap orang. Misalnya, para orang tua, pendidik, pemimpin masyarakat, pemimpin agama dan siapa saja yang dari dalam dirinya ada “ power /kekuatan” yang mengalir dan memengaruhi tingkah laku orang-orang di sekitarnya atau orang-orang yang ada di bawah kepemimpinannya.
Dalam hubungan dengan pepatah di atas, ijinkan saya mengangkat ke permukaan kesadaran kita satu fenomena yang cukup santer di tengah-tengah masyarakat dewasa ini. Fenomena itu berhubungan dengan kepincangan komunikasi inter – personal dalam relasi social yang diakibatkan oleh maraknya penggunaan handphone (hp) oleh hampir semua lapisan masyarakat. Anak-anak muda generasi milenial sudah terseret jauh untuk terobsesi dengan penggunaan yang tak terkontrol handphone (hp) dalam keseharian hidup mereka. Satu artikel dalam New York Times baru-baru ini menyoroti kecenderungan ini yang mengakibatkan dikeluarkannya perarturan di beberapa negara bagian di AS, yang melarang anak-anak sekolah untuk tidak menggunakan handphone (hp) selama berada di lingkungan sekolah. Hal ini dimaksud agar anak-anak kembali ke relasi yang normal antar pribadi dengan membangun komunikasi inter-personal yang lebih natural.
Tentang hal ini, saya menemukan banyak kejanggalan di dalam lingkungan Gereja maupun di lingkungan sekolah. Banyak orang tua dan pengajar/pendidik (guru) serta pemimpin agama secara tegas melarang anak-anak untuk tidak menggunakan handphone sepanjang waktu. Namun justru orang-orang tua dan para pendidik serta para pemimpin agama inilah yang lebih menyibukkan diri dengan sarana teknologi yang satu ini. Bagaimana mungkin anak-anaknya bisa patuh terhadap apa yang mereka ajarkan? Kembali ke pepatah di atas, “Guru kencing berdiri murid kencing berlari”.
Nabi Maleakhi dalam nubuatnya, justru mengritik dan menegaskan hal ini. Dia menyerukan demikian, “… kamu telah menyimpang dari jalan; dengan pengajaranmu kamu membuat banyak orang tergelincir ..” Terhadap hal yang sama, Yesus menyoroti tingkah laku para pemimpin Yahudi, orang -orang Farisi dan ahli Taurat yang cenderung untuk bersandiwara di depan umum. Semua yang mereka lakukan hanyalah sebagai sebuah entertainment belaka. Tujuannya adalah supaya dilihat orang. Padahal hati mereka sungguh-sungguh jauh dari praktek keagamaan yang mereka lakukan. Yesus bahkan dengan tajam meneriakkan hal ini dengan kata-kata ini, “… _Sebab itu turutilah dan lakukanlah segala sesuatu yang mereka ajarkan kepadamu. Tetapi janganlah kamu turuti perbuatan-perbuatan mereka, karena mereka mengajarkannya tetapi tidak melakukannya..”
Tehadap nubuat Maleakhi dan kecaman Yesus, saya seara pribadi lebih melihat hal di atas sebagai sebuah tamparan untuk diri saya yang nota bene adalah seorang imam. Oleh karena itu, saya mengajak kita sekalian – kita semua yang kepada kita tertuju sejuta mata yang memandang, agar senantiasa saling mengingatkan dan saling mendoakan agar kita tetap teguh dan konsisten untuk menjadi figure bagi sesama khususnya bagi anak-anak yang ada di bawah kepemimpinan kita. Semoga oleh bantuan Roh Kudus, kita menjadi panutan yang senantiasa mensinkronkan apa yang kita ajarkan dengan apa yang kita lakukan setiap hari. Mari kita hidupi pepatah di atas, “Guru kencing berdiri, murid kencing berlari” . happy Sunday warm greetings from Masohi manise… – padrepiolaweterengsvd
🙏🏻🙏🏻🙏🏻🙏🏻🙏🏻