Dibuang Sayang dari Kunjungan Kanonik di Aru Selatan dan Tengah ( seri 3 )
Dalam dialog dengan umat dan perwakilan agama lain, seorang tokoh pemuda, yang bekerja di pulau lain bangkit berdiri dan berbagi kisah kasih mengapa ia hampir seminggu terakhir harus meninggalkan tempat kerja untuk menggerakkan orang muda untuk mempersiapkan kunjungan Uskup.
Ia pun melanjutkan: “Bapa Uskup, orang tua kami dibaptis menjadi Katolik sekitar tahun 1975 melalui perjuangan yang tidak mudah. Bayangkan, dari sekitar 50 KK yang siap untuk dibaptis, hanya tersisa sekitar 5 keluarga karena yang lain dipengaruhi untuk jangan menjadi anggota Gereja Katolik. Sejak itu, kami hanya mendapatkan kunjungan Bapa Uskup Andreas Sol dan Mgr. Josep Tethool sekitar tahun 1980-an. Sejak saat itu kami tak pernah dikunjungi lagi oleh para Gembala. Mendengar bahwa Bapa Uskup akan datang berkunjung dan bahkan menginap di stasi terpencil ini, maka saya pun memutuskan untuk mengambil cuti kerja agar ikut mempersiapkan acara ini, karena mungkin Bapa Uskup tidak akan datang lagi ke stasi terpencil ini.”
Mendengar ungkapan harapan dan kerinduan ini, maka saya berjanji bahwa domba-domba kecil ini pasti tidak akan menunggu lagi puluhan tahun, karena selambat-lambatnya dalam rentang 3 tahunan saya akan datang lagi mengunjungi mereka. Saya hanya meminta agar mereka tetap mendoakanmu agar kesehatan dan umur yang panjang Tuhan anugerahkan kepadaku demi maksud luhur ini.
Pada moment bahagia ini, satu keluarga menghibahkan sebidang tanah untuk dipakai membangun gereja baru, karena gereja lama yang sudah mulai tua dan lokasinya yang sempit.
Akhirnya kurasakan bahwa semalam tinggal bersama domba-domba kecil ini sungguh membahagiakan karena kepolosan dan cinta tulus mereka.
Esoknya kami pun meninggalkan domba-domba kecil ini dan kembali ke kota Dobo. Aku hanya berharap semoga kehadiranku mendatangkan suka cita sekaligus meneguhkan iman mereka sebagai orang Katolik di stasi terpencil mereka.
Ditulis kembali oleh: Mgr. INNO NGUTRA