Dibuang Sayang dari Vatikan, Roma ( 2 )
Mendengar nama Castel Gandolfo atau Istana kepausan Castel Gandolfo yang terletak di puncak pegunungan Alban, pasti membuat kita membayangkan tentang kemewahan dan keagungan seorang Raja Eropa tempo dulu. Demikian pun yang terbersit dalam pikiranku ketika dijadwalkan untuk mengunjunginya pada hari Minggu itu.
Nama Gandolfo sendiri diambil dari nama keluarga bangsawan Italia asal Genoa, Gandolfi yang datang ke sana pada tahun 1200 dan membangun Villa pribadinya itu. Dalam periode selanjutnya, Villa itu akhirnya diserahkan kepada kepausan di tahun 1596 pada masa penggembalaan Paus Urbanus VIII, yang sekaligus menjadi Paus pertama yang menghabiskan musim panas di situ. Pada musim panas, Paus akan meninggalkan Vatikan, datang dan tinggal di Castel Gandolfo ini sambil menggembalakan umat Katolik seluruh dunia. Kadang juga Castel Gandolfo ini dijadikan tempat penerimaan tamu-tamu negara Vatikan seperti Raja dan Ratu dari berbagai negara sahabat bila mereka berkunjung pada masa libur Paus.
Dengan kedudukannya di atas pegunungan Alban maka di tempat inilah para Paus bisa menyaksikan pemandangan danau Albano yang indah, dan bila cuaca cerah maka kubah Gereja Basilika St. Petrus bisa terlihat jelas dari salah satu kamar utama Paus di Castel Gandolfo ini.
Setelah diizinkan oleh Swiss Guard, kami pun dipandu oleh seorang ibu yang fasih berbahasa Ingris menyusuri semua ruangan yang digunakan oleh Paus selama berada di Castel Gandolfi ini. Paus Fransiskus sendiri sejak terpilih menjadi pengganti Petrus, beliau lebih memilih tinggal di Vatikan, dan mengizinkan Castel Gandolfo yang oleh para Paus sebelumnya menjadi tempat pribadi para Paus itu, kini telah dibuka untuk para wisatawan, yang hampir dikunjungi setiap hari. Bila kita dijadwalkan untuk masuk ke Istana kepausan ini maka kita akan menaiki tangga marmer sampai pada beberapa ruang penting seperti museum para Paus, ruang tunggu para tamu, ruang makan, ruang meeting pribadi Paus dengan tamu khusus. Penelusuran kita akhirnya sampai pada dua ruangan istimewa, yakni ruang tidur dan kapel pribadi, di mana ketika terpilih sebagai pengganti Petrus maka Paus Fransiskus datang mengunjungi Paus Emeritus Benediktus XVI dan berdoa bersama di kapel pribadi Paus itu. Belum lagi ketika kita ke luar, maka mata kita akan dimanjakan dan disegarkan oleh pemandangan Taman yang indah, hijau dan rapih tertata bagaikan Firdaus.
Di antara semua keindahan dan kesahajaan yang ditampilkan oleh Castel Gandolfo atau istana kepausan ini maka kita akan dibuat kagum karena di dalam istana ini tidak terlihat barang peninggalan yang mewah seperti apa yang ditemukan dalam istana para raja duniawi. Aspek yang paling menonjol dari istana kepausan Castel Gandolfo ini adalah KESEDERHANAAN YANG MEMANCARKAN KEKUDUSAN. Semua peralatan seperti meja, kursi bahkan tempat tidur Paus seperti dalam foto ini sungguh menampilkan kesederhanaan. Ya, kesederhanaan yang memancarkan kekudusan karena ditempati oleh seorang manusia yang dipilih oleh Yesus untuk memimpin Gereja-Nya yang didirikan di atas batu karang Petrus.
Menyaksikan kesederhanaan istana kepausan ini, aku merasa dikritik dan ditegur keras karena pasti apa yang ada di kantor dan kamarku di Keuskupan lebih mewah dari semua yang dimiliki oleh Paus, Pemimpin Tertinggiku di istana kepausan Castel Gandolfo ini.
Aku pun kembali dengan teman-teman Uskup ke Colegio San Paolo, ke kamar yang kecil nan panas karena tanpa AC, yang membuat kami para Uskup mengeluh selama hari-hari mengikuti kursus, padahal kami lupa bahwa Paus, Pimpinan Tertinggi kami hanya menempati sebuah kamar yang sederhana di Istana kepausan Castel Gandolfo tanpa AC dan sangat sederhana itu.
Aku hanya berharap agar spirit atau aura kesederhanaan dan kekudusan yang telah kuhirup dan kusalami di Castel Gandolfo itu selalu menginspirasiku untuk semakin memiliki sifat kesederhanaan dalam hidupku sebagai seorang Gembala di tengah domba-domba kecil nan sederhana di Keuskupan seribu pulau, Maluku dan Maluku Utara yang dipercayakan kepadaku oleh Tuhan Yesus, Kepala Gereja Katolik.
Lalu, bagaimana dengan gaya hidup Anda???
Ditulis kembali di dalam pesawat rute Roma ke Abu Dhabi oleh : Minnong : Mgr. Inno Ngutra – Duc In Altum