Mari Berlayar Lagi dengan Perahu ” Duc In Altum” di bawah sorotan tema besar, yakni: ” 1 Cinta 1000 Senyum ” kepada basudarah di tempat terpencil.
Ketika kebaikan dan Keberanian Mengalahkan Keragu-raguan dan Kecemasan. Ayo berjalan bersama dalam membina Iman Umat .
Ketika Bapa Uskup Mengirim pesan lewat WA kepadaku untuk menjadi Katekis Volunteer lagi, aku sangat bersemangat untuk ikut dalam pelayanan kali ini. Dengan berlayar mengunakan perahu Duc In Altum di bawah tema besar yang selalu kami gaungkan, yakni 1 Cinta 1000 Senyum, aku berani maju dan ikut serta dalam pelayanan di daerah-daerah terpencil dengan
bermodal keberanian, karenw percaya bahwa ketika kita memiliki niat yang baik maka selalu ada jalan yang baik juga bagi kita.
Dalam perjalanan menuju tempat pelayanan, kami mengunanakan Mobil untuk menuju ke pelabuhan Liang kemudian kami menaiki kapal Feri menuju ke Pulau Seram. Selama satu jam kami di ombang-ambingkan oleh gelombang laut yang cukup kuat nan mengerikan. Kami lalu menempuh perjalanan darat menuju Paroki Sta. Theresia Piru untuk beristirahat malam karena kami akan menempuh perjalanan darat kurang lebih 10 jam ke paroki tujuan.
Keesokan harinya pada Pukul 08:30 kami berangkat dari Piru menuju tempat pelayanan. Detik, menit, jam pun berlalu, akhirnya kami pun tiba di Paroki Sta. Maria Imaculata Wahai setelah menempuh perjalanan kira-kira 10 jam lamanya. Di sana kami disambut oleh pastor Paroki, dan dalam perbincangan yang cukup panjang kami pun dibagi dua-dua orang untuk melayani di Rukun dan di Stasi.
Dalam pembagian aku dipasangkan dengan seorang adik tingkat. Kami berdua mendapat tempat pelayanan yang harus ditempuh lagi kira-kira 1 jam dari pusat paroki. Di rukun St. Andreas Kobisonta, umat menyambut kami dengan sangat baik dan terbuka. Kami menanyakan situasi umat di rukun tersebut dan berbincang panjang kali lebar tentang situasi kehidupan sebagai orang Katolik di daerah terpencil seperti itu.
Keesokan harinya kami memulai kegiatan kami dengan ibadah rukun dan perkenalan. Setelah kesepakatan bersama umat rukun dalam pemberian katekese maka setiap hari kami berkatekese kepada anak dan remaja di rukun tersebut sedang pada orang dewasa hanya 1 kali dalam seminggu dikarenakan kesibukan mereka dalam bekerja. Menyadari minimnya pengetahuan iman Katolik pada anak dan remaja, maka aku bertanya pada mereka apakah ada guru agama katolik? Dan ternyata jawaban mereka “Tidak ada Kaka, kami diajarkan oleh Pendeta.” Setelah mendengarkan jawaban mereka hatiku serasa ingin menangis, karena mereka bagaikan domba tak bergembala.
Tak terasa 1 Minggu di rukun St. Andreas Kobisonta pun berlalu, dan Pastor Paroki meminta kami untuk pindah ke rukun Gunung Carmel Melinani untuk melayani juga di sana. Perjalanan yang cukup panjang pun kami tempuh ke tempat tujuan. Di sini pun sangat susah bagi umat untuk berkumpul karena kesibukan pekerjaan demi menghidupi keluarga. Demikian pun pengetahuan iman umat sangat terbatas. Pendidikan agama Katolik pun tidak bisa mereka dapatkan di sekolah maka mereka diajarkan oleh guru Protesta.
Kegiatan katekese pun berjalan mulus dan baik adanya walaupun ada masalah yang datang, baik dari Pastor Paroki, dari umat dan bahkan dari situasi medan yang jauh, yang harus ditempuh oleh umat bila ingin berkumpul untuk ibadat dan katekese.
Dari pelayanan ini aku belajar banyak hal, bukan hanya belajar menyesuaikan diri dengan umat, dengan medan pelayanan, tetapi juga dengan Pastor Paroki. Bagiku, Pastor paroki Wahai memberikan kami pelajaran yang sungguh amat penting dan menarik yang belum pernah kami terima dari pastor-pastor lain dalam pelayanan di beberapa daerah terpencil, dengan konsep yang selalu berubah-ubah tetapi beliau selalu berusaha mendorong kami untuk berusaha melakukan sesuatu walaupun dalam keadaan mendesak. Dan harus kuakui bahwa dengan pelayanan kali ini, sungguh sangat menguji mental dan Imanku.
Akhir kata, pantaslah kuucapkan terima kasih banyak kepada Yang Mulia Uskup Diosis Amboina Mgr. Seno Ngutra karena telah memberikan kepercayaan kepadaku untuk melayani di daerah-daerah terpencil. Ucapan terima kasih yang sama juga kuberikan kepada Pastor Paroki Sta. Maria Imaculata Wahai karena pelajaran yang beliau berikanku sehingga dapat mengerti bagaimana hidup dengan mentalitas yang kuat sekuat baja, serta perlu adanya kemampuan untuk bertahan diri meskipun medan yang cukup melelahkan dan bahkan membuatku sampai sakit. Aku juga mengucapkan banyak terima kasih kepada umat Paroki Sta. Maria Imaculata Wahai khususnya kepada umat rukun Kobisonta dan umat rukun Gunung Carmel Melinani karena dengan senang hati sudah menerima kami, sudah berpartisipasi dalam kegiatan Pelayanan kami.
I Love You Paroki St Maria Imaculata Wahai Seram Utara