MENINGGALKAN YANG MERANGKUL DAN MEMELUK YANG KESEPIAN

BER – DUC IN ALTUM DI BAWAH TEMA, “SATU CINTA 1000 SENYUM.”

Pengantar

Para frater dan mahasiswa/i, Calon Katekis yang kuutus ke Paroki dan Stasi pinggiran di Pulau BURU dan SERAM mulai berkisah dan bersaksi dalam tulisan berseri berikut ini:

Kutinggalkan yang kandung demi menjumpai mereka yang butuh dirangkul .”

Ini tentang tempat sederhana yang ku datangi di Kab. Maluku Tengah, Kec. Seram Utara Barat, Desa/Negeri Labuan. Berlabuh dengan perahu sederhana bermuatan DUC IN ALTUM beralaskan Satu Cinta 1000 Senyum .

Percakapan kecil ini terjadi sebelum kami diberangkatkan ke tempat tugas;
Bapa Uskup : Okay Monic…Kamu libur di Buru atau gabung Tim turun ke paroki tapi di Pulau Seram?
Aku ; Sebelumnya terimakasih bapak saya. Dari bapak saja saya siap diutus oleh bapak.

Awalnya saya meminta kepada Bapak Uskup agar mengikuti Tim yang ke pulau Buru, tetapi Bapa uskup menolak dan mengatakan bahwa kegiatan di Labuan lebih penting. Maka dengan kepercayaan yang diberikan kepadaku, aku pun berangkat. Aku merasa tersentuh dan sangat terharu atas kepercayaan bapa Uskup atas diriku, yang sebenarnya menurutku tidak mampu.Sungguh, kuyakin bahwa sesaat ketika orang percaya pada kita maka kemampuan dan talenta terbaik akan kita berikan sebagai balasannya. Dan kepercayaan Bapa Uskup itulah yang menghantarku hingga berjumpa dengan mereka yang ada di Stasi St. Paulus Labuan yang merupakan salah satu Stasi dari Paroki St. Yohanes Penginjil Masohi, Maluku Tengah.

Di tempat ini teman-teman dan aku merayakan Natal dengan nuansa yang amat berbeda yakni Natal yang dirayakan dengan penuh kesederhanaan, dan jauh dari keluarga. Berlabuh jauh meninggalkan mereka yang KANDUNG demi menjumpai mereka yang butuh diRANGKUL .

Perjalanan panjang dilalui berjam-jam; menyeberangi laut, melintasi darat di dalam sebuah Bus yang menghantarkan kami Tim melaju menuju tempat yang sederhana ini. Banyak hal yang aku dapatkan selama perayaan Natal kali ini. Bukan soal gedung gereja yang besar dan mewah, bukan juga soal koor penggerak yang bagus, pun bukan soal banyaknya umat yang hadir, tapi ini lebih soal kesederhanaan yang sesungguhnya; Ini tentang cinta yang mereka berikan kepada kami, dan kasih yang kami bagikan kepada mereka. Melalui mereka, aku menemukan makna terdalam dari tema Mgr Inno Ngutra yakni ” Satu Cinta 1000 Senyum; Di Senyummu, Kutemukan Cinta-Nya ,” yang sungguh sangat nampak. Banyak hal indah yang mereka berikan kepada kami Tim, terlebih khusus dari orang Muda Katolik (OMK) yang mana dengan tulus menerima dan mengajarkan kami dan bahkan aku sendiri merasakan tentang arti sebuah kebersamaan yang terjalin bersama mereka.

Awalnya terlintas dalam benakku, apa yang harus kulakukan untuk mereka?
Apa yang harus aku berikan untuk mereka, dan apakah aku sendiri bisa merasakan nuansa Natal yang sesungguhnya karena jauh dari mama serta saudara-saudaraku? Tapi sungguh kurasakan bahwa melalui merekalah, aku telah menemukan jawaban bahwa Natal yang sesungguhnya adalah ada bersama mereka yang sederhana di mana melalui mereka tampaklah arti dari kelahiran Tuhan yang amat sederhana itu. Dengan melihat senyum bahagia pada wajah mereka yang sungguh menyentuh nubariku yang terdalam. Kedekatan yang tercipta bersama mereka membuatku merasa bahwa aku tidak sedang merayakan Natal sendiri. Ya, aku sedang berada jauh dari keluarga kandung tapi sangat dekat dengan keluarga karena iman akan Yesus melalui Gereja Katolik yang sangat kukagumi dan kucintai.

Terima kasih kepada pribadi-pribadi yang baik.
Terima kasih para donatur yang telah berpartisipasi dalam pelayanan kami melalui Bapa uskup, dan
Terima kasih kepada Bapa Uskup untuk hadiah Natal yang indah di tahun 2022 ini.

Titip rindu dan pelukan damai Natal untuk Mama yang ada di Pulau Buru
( Monica Nurlatu )