Sebuah sharing luar biasa dari Pastor SIMON MATRUTY, Misionaris di Keuskupan Agung Merauke

Selamat siang Bapa Uskup. Apa khabar? Semoga ada khabar baik.

Bt mau kasi khabar saja, bta dipercayakan untuk menjadi pastor Rekan di Paroki Bamol, sebagai pastor Rekan untuk pastor Yustus, yang sudah berkarya di sana kurang lebih 5 tahun. Bamol adalah paroki dalam kevikepan Kimam, dan Past Aris Elsoin sebagai Pastor Vikep di wilayah tersebut.

Paroki St. Lukas Bamol memiliki 12 stasi, dan dijangkau dengan speedboat. Transportasi dari Merauke menuju bamol bisa menggunakan 3 alternatif:

  1. Pesawat susi air (3 x dalam seminggu),
  2. ⁠Jalan darat (boleh setiap hari dengan waktu tempu 18 jam), dan
  3. ⁠Kapal laut (sebulan bisa 2 kali).

Umat yang ada dalam paroki ini 99 % Masyarakat Papua, suku Marind.

Terima kasih Bapa Uskup atas kesempatan yang diberikan kepada saya untuk bisa melayani di tanah Papua. Awalnya saya lihat ini sebagai bencana, karena sudah bertahun-tahun saya di Keuskupan Amboina dalam posisi-posisi yang tidak sulit secara geografis dan finansial seperti ini. Saya dimanjakan oleh situasi dan kondisi saat itu. Memang saya tidak pernah MEMINTA untuk tinggal dalam jabatan jabatan seperti itu, karena saya berprinsip: SIAP DIPAKAI Tuhan melalui bapa Uskp Mandagi saat itu. Dan saya juga tidak pernah MEMINTA untuk datang ke Papua, bahkan saya tidak pernah membayangkan bahwa akan diutus ke Keuskupan Agung Merauke di tempat seperti ini.

Memang akan butuh perjuangan berat untuk dapat menyesuaikan diri dengan situasi dan kondisi setempat. Namun saya SANGAT BERSYUKUR karena boleh mengalami tantangan pastoral seperti ini…saya ingat akan kata-kata Ayub 2: 10: “masakan kita hanya mau menerima apa yang baik dari Allah, sedangkan yang tidak baik kita tolak? Saya juga teringat akan perintah Yesus kepada Petrus, Yakobus dan Yohanes di Gunung TABOR: “Ketiga murid yang merasakan kemuliaan Yesus tidak tinggal menetap di sana, melainkan mereka harus turun untuk melanjutkan tugas perutusan mereka.” Karena itu, saya lebih bersyukur lagi sebab Tuhan memberikan kemampuan yang lebih kepada saya untuk bisa beradaptasi dengan kondisi ini dan dapat bermisi di tanah ini dengan sukacita misoner.

Saya sadar bahwa ini jalan terbaik bagi saya untuk bisa mengisi sisa hari hidup yang Tuhan berikan kepada saya di dunia ini sebagai IMAMNYA untuk melayani mereka yang kecil dan terkebelakang di tanah Papua.

Mohon maaf atas kesalahan2 saya. Saya akan terus bersyukur karena memiliki seorang teman yang adalah Uskup, yang selalu memberikan tantangan-tantangan kepada saya untuk makin memurnikan spiritualitas imamat saya.

Itulah teman sejati…salve.