MENANTANG OMBAK DAN BADAI DEMI DOMBA-DOMBA KECIL DI PINGGIRAN( Pengalamanku di Gereja Keuskupan Amboina )

Ketika menemukan video dengan tulisan peringatan ini, tiba-tiba pikiranku kembali ke beberapa moment dalam tugas pelayananku selama kurang lebih 2 tahun lebih menjadi Uskup di Keuskupan Amboina, yang ada dalam wilayah Provinsi Maluku dan Maluku Utara, yang 92,4% lautan.

Ada saat di mana saya harus berjalan kaki berjam-jam, ada moment di mana harus menumpang kapal laut bermalam-malam atau kalau sudah mendesak maka harus berani menantang badai dan ombak seperti dalam video ini. Aku teringat bagaimana aku harus menguatkan mereka yang bersamaku untuk melintas selat antara Sofifi dan Ternate, di mana semua speedboat lain tidak berani berlayar. Aku juga teringat ketika kami harus dianjurkan oleh Kapolres untuk mengenakan baju pelampung ketika menyebrang dari kota Namrole ke Leksula. Aku juga teringat ketika harus bertarung nyawa dengan speedboat kecil dari pulau Teor ke Kesui di pulau Seram. Pun ingatanku melayang jauh ke lautan Arafuru, di selat antara pulau Fordata dan Larat di kepulauan Tanimbar.

Semua pengalaman menakutkan itu membuatku bersyukur ketika melihat video ini. Syukur karena pertolongan Tuhan itu sempurna adanya bagi mereka yang bersandar pada-Nya. Aku sangat yakin bahwa ketika cinta kepada umat kecilku di paroki dan stasi pinggiran telah memanggilku maka hanya satu yang dapat kubuat yakni harus mengunjungi mereka apa pun badai dan ombak yang harus kuhadapi asalkan aku dapat bertemu dengan mereka.

Aku berjanji kepada umat kecilku: “Selama nafas hidup masih terberi, selama aku masih sehat dan kuat maka bukan domba yang mencari gembalanya, tapi aku gembalamu yang akan pergi mencari dan menemuimu.”

Akhirnya hanya doa yang kuharapkan dari para sahabat agar aku diberi izin oleh Tuhan untuk mengunjungi domba-domba kecil di paroki pinggiran di seluruh wilayah Keuskupan Amboina baik di Provinsi Maluku maupun Maluku Utara.

Salam, doa dan berkatku untukmu ( Minnong – Duc In Altum )