Hubungi kami

Search Results for: novly masriat

GEMBALA YANG BERKORBAN DAN BERBAU DOMBA

(Kis. 4:8-12; 1Yoh. 3:1-2; Yoh. 10:11-18) HM Paskah IV/Minggu Panggilan Minggu, 21 April 2024 Yesus adalah gembala yang baik. Gembala berartipelayan, pempimpin, penuntun. Yesus yang adalah gembalaberbeda dengan gembala-gembala yang lain. Terdapat duakarakter dari gemabala yang baik, yaitu pengorbanan dan kedekatan dengan domba-domba. Ini kunci menjadi gembalayang baik. Pertama, Pengorbanan menunjuk pada kesediaanuntuk menderita dan terluka demi orang lain. Pengorbananjuga menunjuk kesediaan untuk dengan sabar dan kasihmeluangkan waktu untuk mendengarkan orang lain, terutamaanak-anak yang ingin meyampaikan harapan dan cita-citamereka (GE, art. 16). Pengorbanan membawa perubahan dan kebaikan. Paus Fransiskus katakan, “karena pada akhirnyasaya telah mencermati bahwa tidak menikmati apa yang menyenangkan jika tidak menanggung penderitaannya Karena pada akhirnya saya telah mengerti bahwa apa yang telahditumbuh-kembangkan oleh pohon hidup dari apa yang telahditanamkan di tanah” (CV, art. 108). Perkataan inimenegaskan bahwa tidak ada kebaikan tanpa pengorbanan. Harus ada pengorbanan supaya kebaikan tumbuh dan berkembang. Orang yang bersedia berkorban adalah orang-orang penuh kasih karena tidak ada kasih yang lebih besardari seseorang yang memberikan nyawanya bagi sahabatnya(bdk. Yoh. 15:13).  Kedua, seorang gembala harus dekat dan mengenalsecara dekat domba-dombanya. Seorang gembala mengertidan memahami dengan baik dan benar pergumulan domba-dombanya. Inilah yang disebut gebala berbau domba. Tentanghal ini Paus Fransiskus pernah katakan dalam homily Misa Krisma 28 Maret 2013, “Saya berharap kalian menjadigembala ‘berbau domba’”. Pernyataan ini memiliki implikasiyang sangat luas. Kalimat ini mengingakat gereja untukmenjadi gereja yang juga hadir dalam permulan umatberiman; gereja tidak hanya sibuk dengan urusan administrasi, tetapi tetapi juga turun dan mengenal secara dekat kehidupanumat beriman.  Hari ini adalah hari minggu panggilan sedunia. Setiaporang meneriman panggilan yang sama dari Tuhan. Salah satupanggilan umat beriman adalah menjadi gembala. Panggilansebagai gembala bukan hanya para imam atau biarawan-biarawati tetapi juga seluruh umat beriman. Orang tua adalahgembala; anak-anak adalah gembala; para guru adalahgembala; para pegawai adalah gembala; mahasiswa adalahgembala; kita semua adalah gembala. Menjadi gembala berartimenjadi pelayan, pempimpin, penuntun yang baik yang beraniberkorban dan mengenal orang-orang di sekitar kita. Selain itumenjadi gembala juga adalah menjadi pempimpin yang baikbagi diri sendiri. Banyak orang kadang sibuk menjadigembala untuk orang lain, tetapi lupa menuntun diri sendiri kearah yang lebih baik.  Menjadi gembala yang baik tentu tidaklah mudah. Paus Fransiskus pada hari minggu panggilan ini mengingatkan kitasemua untuk berani menjadi gembala. Khusus untuk orang-orang muda, di hari Minggu panggilan ini, Paus katakan, “Marilah kita bergairah akan kehidupan dan berkomitmenterhadap pemeliharaan penuh kasih pada orang-orang di sekitar kita dan lingkungan yang kita tempati. Saya ulangi, milikilah keberanian untuk terlibat!”. Banyak orang mudayang takut untuk terlibat menjadi gembala atau pelayan dalamgereja. […]

Read More »

MENGAMPUNI KARENA ALLAH LEBIH DULU MENGAMPUNI

(Kis. 3:13-15,17-19; 1Yoh. 2:1-5a; Luk. 24:35-48) HM PASKAH II/Minggu, 14 April 2024 Cerita injil hari ini masih seputar pengalaman paskah, kebangkitan Yesus. Para murid Yesus masih dalam suasanaperistiwa kebangkitan Yesus. Beberapa kali Yesusmenampakan diri kepada para murid untuk meneguhkan imanpara murid dan mengantar mereka untuk tidak putus asa. Yesus hadir lagi di tengah-tengah mereka untuk menguatkanmereka dan menujukkan kepada mereka bahwa Dia sungguh-sungguh anak Allah yang menyelamatkan.  Salah satu pesan penting yang Yesus sampaikan pada penampakan-Nya adalah “dan lagi: dalam nama-Nya beritatentang pertobatan dan pengampunan dosa harus disampaikankepada segala bangsa, mulai dari Yerusalem” (Luk 24:27).Pesan ini penting dalam hubungan dengan kebangkitan karenaperistiwa sengasara dan kebangkitan Yesus adalah gambaranAllah yang penuh pengampunan. Dia wafat dan bangkit demi mengampuni dosa-dosa manusia; Dia wafat dan bangkit agar untuk menyelamatkan kita. Tanpa wafat dan kebangkitanTuhan, maka dosa-dosa kita tidak pernah akan diampuni.  Pengampunan adalah tanda belas kasih Tuhan kepadamanusia. Allah begitu mencitai manusia, maka Diamengampuni dosa-dosa kita. Paus Fransiskus, dalam suratapostolinya, misericordia et misera, berkata: “Pengampunanadalah tanda yang paling nampak dari kasih Bapa, yang hendak diwahyukan Yesus dengan seluruh hidup-Nya. Setiappetikan Injil ditandai dengan perintah cinta kasih ini yang mengasihi sampai titik pengampunan. Bahkan pada saatterakhir hidup-Nya di dunia, ketika Ia disalib, Yesusmengucapkan kata-kata pengampunan: “Ya Bapa, ampunilahmereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat” (Luk. 23:34). Oleh sebab itu, mengasihi orang lain berartibersedia juga untuk mengampuni orang lain, karena cintatidak akan tumbuh tanpa sebuah pengampunan; tidak adaruang cinta kasih kalau tidak ada pengampunan.  Memang mengampuni sungguh-sungguh tidaklahmudah. Kecendungan untuk melihat kekurangan orang lain dan memiliki anggapan buruk terhadap orang lain justru akanmenambah rasa benci kepada orang lain. Menutup mata untukmelihat kebaikan dalam diri orang lain menghambatpengampunan. Memang berat untuk mengampuni, apalagimengampuni mereka yang sudah sangat menyakitkan hatikita. Kendati berat tetapi kita tetap harus mengampuni. Keterbukaan dan kemurahan hati mendorong sebuahpengampunan.  Hati yang “keras” dan “batu” tidak akanmenciptakan pengampunan, namun hati yang lembut dan murah hati membuka jalan bagi pengampunan. Namunsebelum mengampuni orang lain, kita juga harus mampumengampuni diri sendiri. Dalam ensikliknya Amoris Letitia, Paus Fransiskus katakan: “sekarang kita memahami bahwauntuk dapat mengampuni kita perlu memiliki pengalamanyang membebaskan dalam memahami dan mengampuni dirikita sendiri” (art. 107). Paus Fransiskus menegaskan bahwa, kadang kala kita cenderung mempersalahkan orang lain yang mengkiritik kita sehingga kita tidak menyadari kekurangandan kelemahan kita sendiri. “Kita perlu belajar untukmendoakan masa lalu kita, menerima diri kita sendiri, belajarbagaimana hidup dengan keterbatasan kita, dan bahkanmemaafkan diri kita sendiri, supaya kita dapat memiliki sikapyang sama terhadap orang lain”, kata […]

Read More »

DAMAI TUHAN MENYERTAI KITA 

(Kis. 4:32-35; 1Yoh. 5:1-6; Yoh. 20:19-31) HM Paskah II/Minggu Kerahiman Ilahi Minggu, 7 April 2024 Hari ini Yesus menampakan diri kepada para murid saat para murid berada di dalam rumah. Saat hadir ditengah-tengah mereka, Yesus sampaikan, “damai bagimu”.  Yesus mengulangi kalimat inisebanyak tiga kali untuk menyemangati para murid. Peritiwa kematianYesus membuat mereka putus asa, hilang harapan, dan ketakutan. Mereka merasa kehilang Yesus sebagai penyelamat. KebangkitanYesus mengangkat para murid dari keptusasaan mereka. Yesus bangkitdan memberi kepastian bagi para murid (dan kepada kita semua) bahwa Dia sungguh-sungguh Tuhan. Perkataan “damai bagimu”memberikan semangat baru bagi para murid agar tidak bersedih. Yesus menyampaikan kalimat ini untuk menarik kembali para murid dari perasaan gagal, putus asa, untuk bersukacita. Para murid perlubersukacita karena Yesus mengangkat mereka dari keputusaan, dan mengangkat mereka dari kegagalan dan dosa-dosa mereka. Tuhandatang membawa damai dan pengampunan atas segala kekurangandan dosa-dosa para murid dan semua orang berdosa. Kita patutbersyukur kepada Tuhan atas damai dan pengampunan yang Tuhananugerahkan kepada kita.  Yesus menyampaikan “damai bagimu” untuk para murid agar para murid juga menjadi agen damai. Yesus katakan kepada para murid: “jikalau kamu mengampuni dosa orang, dosanya diampuni, dan jikalau kamu menyatakan dosa orang tetap ada, dosanya tetapada” (Yoh 20:23). Kalimat ini menegaskan panggilan para murid sebagai penyalur pengampunan dari Tuhan. Mereka menerima kuasaini bukan karena kekuatan mereka, tetapi karena rahmat dari Tuhan. Para murid pada dirinya tidak memiliki kuasa untuk mengampuni. Tidak seorang pun yang bisa mengampuni dosa, hanya Tuhan saja. Para murid (rasul) dan para penggantinya adalah channelpengampunan Tuhan. Para murid sudah diampuni, dan Tuhan inginagar sesudah menerima pengampunan, para murid juga harus menjadimisinonaris kasih dan pengampunan.  […]

Read More »

PENYEMBUHAN RELASI 

Im. 13:1-2,45-46; 1Kor. 10:31-11:1; Mrk. 1:40-45. HM Biasa VI/Hari Orang Sakit Sedunia Minggu, 11 Februari 2024   Sakit adalah bagian dari pengalaman hidup manusia. Sekuat-kuatanya manusia, pasti akan sampai titik di mana bisa sakit, lemah, dan tak berdaya. Sakit tidak hanya karena faktor fisik, tetapi juga karena emosi atau psikis, usia lanjut, sosial (penyakit sosial sepertikrisis, peperangan, kemiskinan, dan lain sebagaianya). Sakitmerupakan sebuah pengalaman yang tidak mengenakan. Kesendirian, sedih, putus asa, tak berdaya adalah pengalaman-pengalaman yang sering menyertai seseorang yang sedang sakit.  Lalu bagaiaman kita harus berhadapan dengan pengalaman sakitOrang berusaha untuk tidak sakit atau cepat sembuh dari sakit.Banyak cara yang orang tempuh untuk bisa sembuh dari berbagai sakitatau penyakit. Pertolongan mendis ditempuh untuk menyembuhkanpenyakit tertentu. Bantuan sosial atau berbagai pemberdayaan, pekerjaan, uang, diplomasi, dan berbagai upaya lain untuk“menyembuhan” berbagai penyakit sosial, ekonomi, pendidikan. Sebagai orang kritiani, menjaga relasi dengan Tuhan adalah juga obatmujarab untuk menyembuhkan berbagai penyakit kita. Injilmenyebutkan bahwa “Seorang yang sakit kusta datang kepada Yesus, dan sambil berlutut di hadapan-Nya ia memohon bantuan-Nya, katanya: “Kalau Engkau mau, Engkau dapat mentahirkan aku” (Mrk1:40). Dia memang sakit secara fisik, tetapi kehadirannya di hadapanYesus mengingatkan kita tentang proses penyembuhan melalui doa. Doa juga adalah jalan penyembuhan. Yesus menyembuhkan orang kusta karena penyerahan diri orang kusta tersebut kepada Yesus itu(bdk. Mrk 1:42). Jadi, selain berbagai upaya lain, relasi dengan Tuhanjuga menyebuhkan penyakit kita.  Selain relasi dengan Tuhan, relasi dengan sesama juga menyembuhkan kita dari sakit. Rasul Paulus katakan, “sama sepertiaku juga berusaha menyenangkan hati semua orang dalam segala hal, bukan untuk kepentingan diriku, tetapi untuk kepentingan orang banyak, supaya mereka beroleh selamat” (1Kor 10:33). Keselamatanatau kesembuhan bisa terjadi karena hati yang tenang, hati yang baik, dan hati yang penuh cinta. Relasi penuh cinta, kasih sayang, pengampunan, kejujuran, kedamaian akan menyembuhkan berbagaipenyakit. Kita mungkin sakit secara fisik, psikis, tetapi ketika hati kitapenuh cinta, pengampunan, damai, maka kita tetap sehat kendatisecara fisik kita lemah.  Oleh sebab itu, Paus Fransiskus dalam suratnya kepada orang sakit tahun 2024 mengatakan tentang penyembuhan relasi. Baginya, banyak orang yang saat ini sakit dan merasa kesepihan. Kita janganmembiarkan mereka sendirian, tetapi tetap menjaga relasi baik penuhcinta dengan orang sakit. Kita jangan acuh taku acuh terhadap mereka. Perawatan pertama yang diperlukan dalam penyakit apapun adalahkedetakan yang berbela rasa dan penuh kasih sayang, baik denganTuhan, dengan anggota keluarga, teman, petugas kesehatan, denganciptaan, dan dengan diri sendiri. Doa adalah bentuk menjagahubungan baik dengan Tuhan. Selain itu sakraman juga adalah bentukmenjaga hubungan baik dengan Tuhan agar kita sembuh. Kita disembuhkan juga melalui sakramen (sakramen pertobatan dan sakramen pengurapan orang sakit). Jadi kesembuhan tidak berartiseseorang tidak sakit lagi. Kesembuhan juga berarti merasa dikasihi, dicintai, diampuni oleh Tuhan (bdk. Misercodia et Misera, art. 16). novlymasriat.  

Read More »

KARAKTER YANG BAIK MEMBENTUK KEWIBAWAAN DIRI

Ul. 18:15-20; 1Kor. 7:32-35; Mrk. 1:21-28. HM Biasa IV Minggu, 28 Desember 2024 Yesus memiliki kewibawaan dalam mengajar. Yesusmemiliki kejujuran, tidak munafik. Dia tulus, penuh cinta, dan konsisten dengan perkataan-Nya. Dia tidak hanyamengajarkan tentang yang baik, tetapi dia juga melakukannya. Dia tidak hanya berbicara tentang cinta, tetapi Diamenunjukkan cara mencintai. Dia tidak hanya mengajarkantentang pengorbanan, tetapi Dia juga berkorban. Paus Fransiskus, berkata: Pope Francis concluded with prayers for the authority that “does not consist in commanding and making oneself heard, but in being consistent, being a witness and for this reason, being companions on the way of the Lord” atau otoritas tidak dengan memerintah atau denganmembuat orang lain mendengar kita, tetapi dengan konsistensidan kesaksian. Dengan cara ini kita berada di jalan Tuhan (14 Januari 2020). Orang Farisi dan para ahli taurat pada masa Yesus tidak berwibawa karena banyak kali mereka sukamengajar tentang yang baik tetapi tidak melaksanakan apayang mereka ajarkan. Mereka tidak konsisten denganpengajaran mereka, dan tidak memberi kesaksian hidup yang baik. ​Yesus mengajar penuh wibawa atau kuasa sehinggabanyak orang takjub kepadanya. Banyak orang kagum kepadaYesus karena kewibawaan atau kuasa-Nya. Kejujuran, konsistensi, kesaksian hidup penuh cinta membuat banyakorang percaya dengan pengajaran-Nya dan kagum dengandiri-Nya. Bahkan bukan hanya, manusia yang kagum, tetapisetan pun taat kepada Yesus karena kuasa atau wibawanya. Oleh sebab itu, kuasa atau kewibawaan itu tidak tergantungpada jabatan, kedudukan, […]

Read More »

HANYA UNTUK KEMULIAAN TUHAN

(Yes. 60:1-6; Ef. 3:2-3a,5-6; Mat. 2:1-12) Hari Raya Penampakan Tuhan Minggu, 7 Januari 2024   Hari ini adalah hari raya penampakan Tuhan atau epifani. Setiap kali perayaan ini, injil selalu mengisahkan tentangusaha tiga orang majus dari timur untuk bertemu kanak Yesus, yaitu Caspar, Melkior, dan Baltasar. Caspar membawakemenyaan yang melambangkan kekudusan, Melkiormembawa emas yang melambangkan kekuasaan, dan Baltasarmempersembangkan mur yang melambangkan pengorbanan. Tiga orang majus ini adalah representasi dari komunitasorang-orang yang bukan Yahudi. Mereka, walaupun bukandari bangsa Yahudi, tetapi terpanggil untuk menyembahYesus.  Tiga orang majus ini menegawali perjalanan untukbetemu dengan Yesus dengan pertanyaan atau penasaran: “Dan bertanya-tanya: di manakah Dia, raja orang Yahudi yang baru dilahirkan itu? Kami telah melihat bintang-Nya di Timur dan kami datang untuk menyembah Dia” (Mat 2:2). Merekabertanya-tanya karena mendapat petunjuk dari bintang. Bintang adalah lambang cahaya Kristus. Bintang menuntunorang-orang majus untuk bertemu dengan Yesus. Oleh sebabitu, kerinduan untuk bertemu Tuhan datang juga dari rahmatTuhan sendiri. Beriman bukan pertama-tama usahamanusiawi, tetapi iman adalah rahmat. Tuhan juga membantukita untuk beriman. Dalam ensiklik lumen fidei dikatakan, “orang beriman adalah seorang peziarah; dia harus siapmembiarkan dirinya dituntun, keluar dari dirinya sendiri dan menemukan Allah yang selalu membawa hal-halmengherankan (art. 35). Keterbukaan terhadap tuntunanTuhan membantu kita untuk makin dewasa dalam beriman. Orang yang tertutup, dan tidak membiarkan Tuhanmenuntunnya akan hilang jalan dalam beriman dan terjebakdalam kesombong diri.  Kita tentu tidak hanya penasaran untuk mencari Tuhan. Kita juga bertanya-tanya tentang kebenaran, kebaikan, cintakasih. Kita mungkin bertanya di mana kita bisa menemukankebaikan, pengampunan. Tentu, kita sudah berusaha denganberbagai cara untuk menenukan semnya itu. Tetapi sebagaiorang beriman, kita membiarkan Yesus, bintang sejati, menuntun kita untuk menjawab kegelisahaan dan rasa penasaran kita tentang hal-hal tersebut. Masuk dalam hadiratTuhan, dalam doa, dan keheningan, kita minta Tuhan untukmembantu kita menemukan nilai-nilai kehidupan di atas.  Beriman penuh resiko. Tiga orang majus ini memilikiresiko tersendiri dalam mencari Tuhan. Mereka tidakmemiliki peta, perjalanan yang tidak aman, dan rencana jahatHerodes terhadap kanak Yesus. Perjalan yang penuh resiko initidak membuat para raja dari timur ini tinggal di tempat. Mereka tetap maju dan bergerak terus menemukan Yesus. Perjalanan hidup kita, termasuk perjalanan spiritual kitatetantu tidak terlepas dari berbagai resiko. Namun apakahresiko-resiko itu menghambat dan menahan kita untuk maju? Tentu tidak. Life must go on. Hidup harus terus berlanjut. Pasti saja ada kerikil-kerikil dalam hidup kita, namun kitatidak harus tetap tinggal diam dalam zona […]

Read More »

MEMASUKI TAHUN BARU BERSAMA

Hari Raya Santa Perawan Maria Bunda Allah Bil. 6:22-27; Gal. 4:4-7; Luk. 2:16-2 Senin, 1 Januari 2024 Hari ini gereja merayakan hari raya santa perayaan Maria bunda Allah. Gereja sejak awal percaya pada kekudusan santa Maria. Gereja mamandangMaria sebagai bunda Allah karena Maria turut serta dalam karyakeselamatan Allah. Mari pantas disebut sebagai bunda Allah karena diaadalah ibu Yesus, sang Imanuel, Allah beserta kita. Dia adalah bunda Allah karena dia yang melahirkan Yesus, anak Allah. Ketika bunda Maria bertemu Elisabeth saudaranya, Elisabeth menyebut Bunda Maria sebagai“ibu Tuhanku” (Luk 1:1-43) dan karena itu kita juga memanggil Maria sebagai Bunda Allah. Bunda Maria juga adalah bunda kita. Dia adalah ibukita. Bunda Maria bukan hanya menjadi bunda Allah karena menjadiperantara bagi Allah untuk melahirkan Yesus Kristus di dunia, tetapi bundaMaria juga adalah bunda kita yang menjadi perantara bagi kita denganAllah sendiri. Paus Fransiskus pernah berkata Maria bukan hanya jembatanyang menghubungkan kita dengan Tuhan; dia lebih. Dia adalah jalan yang Tuhan tempuh untuk mencapai kita, dan jalan yang harus kita tempuh untukmencapainya.  Hari ini juga sudah dalam tahun baru, tahun 2024. Sebuah kata bijakmengatakan: yesterday is a history, tomorrow is a mistery, and today is present (kemarin adalah sejarah, besok adalah misteri, hari ini adalahhadiah). Tahun 2023 sudah menjadi sejarah untuk kita. Hari ini adalahhadiah bagi kita karena kita sudah bisa sampai pada hari pertama tahun2024. Ini rahmat besar bagi kita. Tidak semua orang memiliki kesempatanyang sama seperti kita. Hari-hari lain di tahun baru ini adalah misteri. Kita tidak tahu apa yang akan terjadi dalam kehidupan kita di tahun 2024 ini. Kendati kita tidak tahu apa yang terjadi nanti, tapi sebagai orang berimankita percaya bahwa Tuhan itu baik pada hari kemarin, hari ini, besok, dan selamanya. Ini adalah iman kita. Untuk itu, jangan takut untuk melewatihari-hari yang masih menjadi misteri bagi kita di tahun baru 2023 ini. Kita punya Allah Bapa, kita punya Tuhan Yesus, kita punya Roh Kudus. Iniadalah iman kita. Oleh sebab itu kita tidak perlu takut. Tuhan itu telah adasejak awal mula, dan sampai saat ini ada, besok ada dan selamanya akantetap ada. Dia adalah terang dari dulu, saat ini, besok, dan sampaiselamanya. Maka marilah kita memasuki Tahun baru dengan optimis, bahwa Tuhan akan tetap memberikan yang terbaik bagi mereka yang percaya kepada-Nya. Kita juga punya bunda Maria. Maria bunda Allah juga menjadi bunda. Mengawali tahun baru dengan merayakan hari raya santaPerawan Maria Bunda Allah adalah suatu pengalaman iman yang luar biasabagi kita orang Katolik. Ini untuk mengingatkan kita untuk mengawalitahun ini dengan doa-doa bunda Maria. Kita minta kepada bunda Maria supaya temani kita, doakan kita kepada Tuhan, dalam hari-hari kita di tahunbaru ini.  Mari bersama bunda Maria, di awal tahun baru ini, kita berdoa supayakita tidak takut menjalani hidup. Kita minta supaya Tuhan menguatkan kitadan membuat kita jauh lebih baik di tahun sebelumnya. […]

Read More »

KELUARGA ADALAH AKAR CINTA KASIH

Kej. 15:1-6;21:1-3; Ibr. 11:8,11-12,17-19; Luk. 2:22-40 Pesta Keluarga Kudus: Yesus, Maria, Yosep Minggu, 31 Desember 2023 Hari ini kita merayakan pesta keluarga kudus dari Nazaret, Yesus, Maria, dan Yosep. Melalui pesta pesta ini, kita semua perluberefleksi tentang makna keluarga. Paus Fransiskus pada pestakeluarga kudus tahun 2021 menegaskan dua hal penting tentangkeluarga. Pertama, keluarga adalah awal sejarah hidup kita. Keluargamengandung kisah dari mana kita datang atau berasal. Setiap orang tidak hadir secara tiba-tiba, tetapi berawal dari sebuah keluarga. Untukitu, setiap orang jangan pernah boleh lupa akan keluarga karenakeluarga adalah akar kehidupan. Kita semua berawal dari kehidupankeluarga. Kedua, belajar menjadi keluarga. Kehidupan keluargasesungguhnya adalah kehidupan yang penuh cinta kasih. Belajarmenajdi keluarga berarti belajar untuk menghidupi suasanakekeluargaan yang penuh cinta kasih. Cinta kasih menjadi dasarkehidupan keluarga. Paus Yohanes Paulus II, dalam enskilik familiarisconsortio, “asas terdalam tugas itu, kekuatannya yang tetap, sertatujuan akhirnya ialah cinta kasih. Tanpa cinta kasih itu keluargabukanlah rukun hidup antar pribadi, dan begitu pula, tanpa cinta kasihkeluarga tidak dapat hidup, berkembang atau menyempurnakan dirisebagai persekutuan pribadi-pribadi (art. 18). Tanpa cinta kasih tidakada damai dalam kehidupan keluarga. Oleh sebab itu, keluarga adalahsekolah cinta, bukan konflik dan pertentangan.  Setiap keluarga kristiani perlu belajar dari kehidupan keluargakudus dari Nazaret. Maria dan Yosep menjaga Yesus dengan penuhcinta. Mereka begitu memperhatikan Yesus, bahkan Maria hadir dalampenderitaan Yesus. Maria dan Yopep sangat cemas dan mencarinyaketika dia “hilang” dan tinggal di Bait Allah adalah salah satu bentukcinta dan perhatian yang tentu membantu perkembangan Yesus yang kecil saat itu. Maria dan Yosep juga memberi perhatian bagikehidupan rohani Yesus yang kecil saat itu. Mereka memperbiasakankanak Yesus untuk dekat dengan Allah melalui kunjungan keluarga kebait Allah (bdk. Luk 2:22-40; Luk 2:41-52)  Yesus juga tidak lupa akar keluarga-Nya. Dia tidak lupa orang tua-Nya. Dia taat kepada Maria dan Yosep yang mengajak pulang saatmereka menemukan-Nya di bait Allah (bdk. Luk 2:41-52); Dia juga taat ketika Maria meminta bantuannya di pesta pernikahan di Kana (bdk. Yoh. 2:1-11). Bahkan di dalam penderitaan-Nya Yesus tetapmengingat Maria dan memohon perlindungan kepada Maria, ibu-Nya (bdk. Yoh. 19:26). Yesus tahu di mana di dibesarkan.  Tentu tidaklah mudah menjadi keluarga yang ideal. Setiap suami-istri, para orang tua, dan juga tentu anak-anak mencita-citakankeluarga yang harmonis, damai, bahagia, kudus, dan penuh cintakasih. Setiap keluarga memiliki kekurangan dan problemnya masing-masing. Di tengah kekurangan dan keterbatasan ini, setiap keluargatetap belajar untuk tidak menjadikan kekurangan itu menjadi sebuahsumper perpecahan dan konflik. Ketika terjadi konflik, jangan biarkanamarah menguasai hidup. Setiap suami istri berusaha untuk tetapberdamai, dan jangan biarkan matahari terbenam tanpa damai. Paus Fransiskus dalam ensiklik Amoris Laetitia berkata, bahwa caraberdamai tidak harus dengan berlutut, tetapi dengan sebuah belaian di kepala. Saling memberkati satu terhadap yang lain juga adalah jalandamai. Selain itu, bagi Paus Fransiskus, kedamaian bisa terjadi bilasuami istri tidak membiarkan rasa dendam itu hidup dalam keluarga. Lawan dari rasa dendam adalah pengampunan. Memang ini tidakmudah, […]

Read More »

BELAJAR UNTUK MENDENGAR

(2Sam. 7:1-5,8b-12,14a,16; Rm. 16:25-27; Luk. 1:26-38) HM Adven IV Minggu, 24 Desember 2023 Sebentar lagi kita akan merayakan pesta Natal. Yesus, juru selamat dunia, akan segera lahir ke dunia. Peristiwa kelahiran ini adalah rencana dan kehendak Tuhan, bukan kehendak manusia. Tuhan memiliki St. Maria untuk mengandung dan melahirkan Yesus. Ketika menerima kabar dari Malaikat Gabriel […]

Read More »

YESUS TERANG SEJATI

(Yes. 61:1-2a,10-11; 1Tes. 5:16-24; Yoh. 1:6-8,19-28) HM ADVEN III Minggu, 17 Desember 2023 Yesus adalah terang. Yohanes Pembaptis hadir untukmempersiapkan kedatangan Yesus, sang terang sejati. Terangmenunjuk pada situasi atau keadaan yang terlihat jelas, bersinar, petunjuk dan arah. Terang juga menggambarkan jalan keluar, keterbukaan, simbol kedamaian, ketentraman, dan sukacita. Lawandari terang adalah kegelapan yang melambangkan ketidakjelasanhidup, ketakutan, kengerian, dan keputusasaan. Sumber terang adalahYesus (bdk. Yoh. 8:12). Yesus adalah terang dan sumber terang itusendiri. Yesus datang untuk menerangi kita dan mengeluarkan kitadari kegelapan dosa. Dia datang sebagai terang agar kita tidak tinggallagi di dalam kegelapan (bdk. Yoh. 12:47).  Yesus sebagai terang melebihi terang matahari. Paus Fransiskus, dalam ensiklil Lumen Fidei berkata, “matahari tidak mampumenerangi seluruh realitas; pancaran cahayanya tidak mampumemasuki bayangan kematian, ruang di mana mata manusia tertutupdari cahaya matahari” (art. 1). Yesus datang membawa terang kepadasemua realitas hidup manusia, termasuk kematian di bawah tanahyang paling gelap. Untuk itu, Yesus hadir dalam setiap pengalamanhidup manusia, termasuk dalam hal-hal yang mustahil dalamperpepektif manusiawi. Yesus selalu hadir dalam kehidupan manusia, termasuk pengalaman gelap yang kadang kala kita pikirkan bahwatidak ada lagi terang. Secara manusiawi, mungkin tidak ada lagicahaya akan masuk dalam kegelapan itu, tetapi Yesus akan sampai di situ karena Dia adalah terang sejati. Untuk itu, dalam kegelapankeputusaan, sedih, penderitaan, Yesus ada di sana. Dia hadir untukmengeluarkan kita dari kegelapan hidup. Yohanes Pembaptis sangat menyadari itu. Dia menyadari bahwadia bukan terang, tetapi Yesus adalah terang itu (bdk. Yoh. 1:17-18).Kesadaran ini menggambarkan kerendahan hati Yohanes Pembaptis. Dia menyadari bahwa dirinya bukanlah inti dan pusat, tetapi Yesusadalah inti dan pusat kehidupan. Sikap Yohanes ini mengajak kitauntuk melihat Yesus sebagai pusat sejarah kehidupan kita. Hidup kita, tertuju kepada Kristus, bukan diri kita. Kita hidup saat ini, dan berbuatbaik saat ini, untuk pertama-tama demi kemuliaan Yesus Kristus, bukan pertama-tama untuk diri kita. Banyak orang yang jatuh dalamkesombongan dan keserakahan karena orientasi hidup hanya pertama-tama untuk poplaritas diri atau untuk “aku”. Sebagai orang berikan, kita hidup tidak untuk diri kita sendiri, tetapi pertama-tama untukTuhan. Kesombongan adalah awal kejatuhan dalam dosa.  Pekan ke-3 masa adven adalah Minggu Gaudete atau minggusukacita. Natal sudah sangat dekat, maka kita patut bersukacita. Kita bersukacita hari ini karena sebentar lagi kita merayakan pestakelahiran Yesus, terang sejati. Memang kadang kita memilikiketerbatasan dan tantangangan yang membuat kita sedih dan murung, tetapi tidak berarti kita tidak bersukacita. Terdapat sejumlah alasanuntuk bersukacita. Banyak orang yang miskin dan hidup dengantekanan tetapi masih bisa bersukacita. Kasih dan kebaikan Allah kepada kita adalah salah satu alasan pokok untuk bersukacita. Iman akan terang Krsistus mendorong orang bersukacita. Oleh sebab itu, semakin redup iman maka sukacita pun menurun, dan iman itutumbuh dari perjumpaan dengan Tuhan. Maka supaya kita makinbersyukur dalam hidup maka makin intenslah kita berjumpa denganTuhan.  Selain itu, Paus Fransiskus […]

Read More »

×

Keuskupan Amboina

 

× Hubungi admin