YESUS TERANG SEJATI

(Yes. 61:1-2a,10-11; 1Tes. 5:16-24; Yoh. 1:6-8,19-28)

HM ADVEN III

Minggu, 17 Desember 2023

Yesus adalah terang. Yohanes Pembaptis hadir untukmempersiapkan kedatangan Yesus, sang terang sejati. Terangmenunjuk pada situasi atau keadaan yang terlihat jelas, bersinar, petunjuk dan arah. Terang juga menggambarkan jalan keluar, keterbukaan, simbol kedamaian, ketentraman, dan sukacita. Lawandari terang adalah kegelapan yang melambangkan ketidakjelasanhidup, ketakutan, kengerian, dan keputusasaan. Sumber terang adalahYesus (bdk. Yoh. 8:12). Yesus adalah terang dan sumber terang itusendiri. Yesus datang untuk menerangi kita dan mengeluarkan kitadari kegelapan dosa. Dia datang sebagai terang agar kita tidak tinggallagi di dalam kegelapan (bdk. Yoh. 12:47). 

Yesus sebagai terang melebihi terang matahari. Paus Fransiskus, dalam ensiklil Lumen Fidei berkata, “matahari tidak mampumenerangi seluruh realitas; pancaran cahayanya tidak mampumemasuki bayangan kematian, ruang di mana mata manusia tertutupdari cahaya matahari” (art. 1). Yesus datang membawa terang kepadasemua realitas hidup manusia, termasuk kematian di bawah tanahyang paling gelap. Untuk itu, Yesus hadir dalam setiap pengalamanhidup manusia, termasuk dalam hal-hal yang mustahil dalamperpepektif manusiawi. Yesus selalu hadir dalam kehidupan manusia, termasuk pengalaman gelap yang kadang kala kita pikirkan bahwatidak ada lagi terang. Secara manusiawi, mungkin tidak ada lagicahaya akan masuk dalam kegelapan itu, tetapi Yesus akan sampai di situ karena Dia adalah terang sejati. Untuk itu, dalam kegelapankeputusaan, sedih, penderitaan, Yesus ada di sana. Dia hadir untukmengeluarkan kita dari kegelapan hidup.

Yohanes Pembaptis sangat menyadari itu. Dia menyadari bahwadia bukan terang, tetapi Yesus adalah terang itu (bdk. Yoh. 1:17-18).Kesadaran ini menggambarkan kerendahan hati Yohanes Pembaptis. Dia menyadari bahwa dirinya bukanlah inti dan pusat, tetapi Yesusadalah inti dan pusat kehidupan. Sikap Yohanes ini mengajak kitauntuk melihat Yesus sebagai pusat sejarah kehidupan kita. Hidup kita, tertuju kepada Kristus, bukan diri kita. Kita hidup saat ini, dan berbuatbaik saat ini, untuk pertama-tama demi kemuliaan Yesus Kristus, bukan pertama-tama untuk diri kita. Banyak orang yang jatuh dalamkesombongan dan keserakahan karena orientasi hidup hanya pertama-tama untuk poplaritas diri atau untuk “aku”. Sebagai orang berikan, kita hidup tidak untuk diri kita sendiri, tetapi pertama-tama untukTuhan. Kesombongan adalah awal kejatuhan dalam dosa. 

Pekan ke-3 masa adven adalah Minggu Gaudete atau minggusukacita. Natal sudah sangat dekat, maka kita patut bersukacita. Kita bersukacita hari ini karena sebentar lagi kita merayakan pestakelahiran Yesus, terang sejati. Memang kadang kita memilikiketerbatasan dan tantangangan yang membuat kita sedih dan murung, tetapi tidak berarti kita tidak bersukacita. Terdapat sejumlah alasanuntuk bersukacita. Banyak orang yang miskin dan hidup dengantekanan tetapi masih bisa bersukacita. Kasih dan kebaikan Allah kepada kita adalah salah satu alasan pokok untuk bersukacita. Iman akan terang Krsistus mendorong orang bersukacita. Oleh sebab itu, semakin redup iman maka sukacita pun menurun, dan iman itutumbuh dari perjumpaan dengan Tuhan. Maka supaya kita makinbersyukur dalam hidup maka makin intenslah kita berjumpa denganTuhan. 

Selain itu, Paus Fransiskus dalam enskilik Gaudete et Exultate, berkata, sukacita kristiani biasanya disertai rasa humor. Untuk itu, orang yang bersukacita tidak hidup dalam kesedihan dan kemurunganterus menerus, tetapi perlu sebuah ekspresi senyum dan menciptakanjuga suasana humor dalam hidup. Tentu suasana sukacita ini dibangunatas dasar kasih dan persaudaraan, bukan indivualis dan konsumeris(bdk. Art. 126, 128). (novlymasriat)