DAILY WORDS, KAMIS, 31 JULI 2025
PEKAN BIASA XVII – TAHUN C
PW ST. IGNASIUS DARI LOYOLA
BY RP. PIUS LAWE, SVD
BACAAN I : KEL 40: 16 – 21. 34 – 38
MAZMUR : MZM 84: 3.4.5 – 6a. 8a. 11
INJIL : MAT 13: 47 – 53
@ Tiga tahun yang lalu, saya sungguh diberkati Tuhan karena boleh diikutsertakan dalam upacara DO’A HOR’RO di kampung halamanku, Tanah Tereket, Lembata. Upacara ini merupakan perayaan adat yang berpusat pada pemindahan altar adat yang lama di rumah besar ( lango blae’ng ) ke altar yang baru pada rumah besar ( lango blae’ng ) yang baru. Dalam upacara ini, semua wanita yang berasal dari suku Bao Tereng (suku asal) dan sudah keluar dari suku karena alasan perkawinan, hadir bersama semua ipar dan anak-anak serta cucu-cucu bahkan cece untuk mendapat berkat khusus dari Lera Wulan Tanah Ekan(Allah dalam nama orang Lamaholot) melaui doa para leluhur dengan penandaan pada dahi melalui tangah para pemangku adat. Ritus pemindahan yang kami jalani sungguh rumit, yang dipimpin oleh seorang bapa yang dikenal memiliki kharisma dalam penyembuhan orang sakit dengan cara tradisional oleh karena kedekatannya dengan para leluhur. Orang di kampung menyapanya sebagai Molan Tah’ne (dukun asli/dukun tanah: diperoleh dari warisan leluhur dan bukan dari hasil sekolah/pendampingan oleh dukun senior). Satu hal yang sungguh menarik perhatianku adalah keruwetan ritus yang dijalankan secara spontan (tidak tertulis). Bapa yang dikenal sebagai Mo’lan Tah’ne ini memimpin dan memberi instruksi kepada para pemangku adat (anak-anak sulung) yang secara adat memiliki otoritas untuk terlibat langsung dalam upacara adat. Proses pemindahan altar ini dijalankan secara hati-hati karena dalam keyakinan adat, apabila dilanggar atau dilalaikan satu dua proses/tahapan adat maka sanksi adatnya akan berlaku turun temurun. Singkatnya, kalau ada kesalahan adat pasti ada akibat negatifnya bagi orang bersangkutan dan keturunannya. Sebaliknya, jika proses adat dijalankan secara benar tentu saja akan membawa berkat berlimpah.
@ Di dalam kisah yang kita dengar dari Kitab Keluaran, Musa mengikuti segala macam aturan yang didapatnya dari perjumpaannya dengan Allah di gunung Sinai. Hal ini berkaitan dengan Kemah Suci dan segala aturan mainnya. Musa harus melakukan secara tepat seturut perintah dari Allah. Di dalamnya ada aturan tentang hari dan tanggal yang harus dipilih secara tepat, material yang dipilih untuk membangun Kemah Suci dengan arsitektur khusus berdasarkan petunjuk dari Tuhan. Di dalam Kemah Suci diletakkan Tabut Perjanjian yang berisikan loh batu yaitu wadah yang di dalamnya tertulis perintah Allah. Tuhan akan datang dan menampakkan diri di atas Kemah Suci dalam tanda awan yang menyelubungi Keman Suci dan api. Pada siang hari kehadiran Allah di atas Kemah Suci ditandai dengan awan yang muncul dan menyelubungi tempat kudus itu, dan di malam hari Allah menampakkan diri dengan ditandai awan yang terdapat api di dalamnya. Allah datang dan menjumpai umat-Nya Israel karena mereka, atas tuntunan Musa telah mengikuti segala tata cara yang Allah perintahkan termasuk bagaimana mereka harus membangun Kemah Suci. Ya, tata cara inilah yang oleh masyarakat adat di wilayah kita dikenal dengan “ aturan adat”. Barang siapa yang mengikuti aturan dengan setia dianggap sebagai “ yang tahu adat”. Yang melanggarnya disebut sebagai “ yang tidak tahu adat/biadap ”. Mengetahui dan menuruti aturan adat akan membawa berkat, sebaliknya yang mengetahui aturan adat tetapi tidak menurutinya bakal mendapat petaka atau musibah.
@ Yesus, mengumpamakan Kerajaan Allah itu seperti menebar pukat/jaring/net di laut dan mengumpulkan berbagai jenis ikan. Ketika pukat sudah penuh dengan ikan, akan diseret ke pantai dan mulailah langkah pemilihan dan pemisahan, “ mana ikan yang baik ” dan “ mana ikan yang buruk ”. Ikan yang baik akan dikumpulkan untuk dimakan sedangkan ikan yang buruk akan dibuang. Orang baik atau yang tahu adat/ber-adat/ber-adab dianalogikan/disamakan sebagai ikan yang baik, dan sebaliknya orang jahat/tidak tahu adat/biadap dianalogikan/disamakan sebagai ikan yang buruk. Untuk menjadi orang benar/baik mestinya menjalani hidup dengan mengikuti segala macam aturan main, atau yang kita kenal sebagai Hukum atau Peraturan dari Tuhan. Orang jahat sebaliknya adalah kumpulan orang-orang yang hidup tidak sesuai dengan hukum atau perintah dari Tuhan. Satu hal prinsipil yang saya yakini: sejauh kita bertindak sesuai dengan aturan adat istiadat warisan leluhur, kita akan mendapat berkat. Inilah yang kita kenal di dalam agama sebagai kesetiaan pada Hukum Tuhan yang tertulis di dalam Alkitab. Sebaliknya, sejauh kita hidup tidak sesuai dengan aturan adat istiadat, kita akan mengalami banyak penderitaan atau kesusahan. Inilah yang kita kenal di dalam agama sebagai melanggar Hukum Tuhan yang termuat di dalam Alkitab.
@ Kita saling mendoakan, semoga oleh gerakkan Roh Kudus, kita menjadi orang-orang yang setia pada, baik aturan adat istiadat masing-masing, maupun pada perintah Tuhan di dalam Kitab Suci. Kita bakal digolongkan sebagai ikan yang baik, yang bakal masuk di dalam Kerajaan Surga. Semoga demikian… have a great day filled with love and compassion. Warm Greetings from Bada Leon (Fery Penyeberangan Liang – Waipirit) ..🙏🏼🙏🏼🙏🏼🙏🏼🙏🏼












