AMOR OMNIA VINCIT (Refleksi Akhir Pekan dari Stasi Kabyarat)

RD. Simon Petrus Matruty

AMOR OMNIA VINCIT, Kasih Mengalahkan semua. Kata-kata ini amat Terasa dalam kegiatan SEHARI BERSAMA UMAT RUKUN di Stasi ini. Sebelumnya, di tahun lalu, tahun 2023, tepatnya tgl. 25-30 September, Pastor paroki mengunjungi keluarga-keluarga di enam rukun stasi Kabyarat ini.

Ternyata pengalaman itu sangat membekas di hati dan sanubari mereka, keluarga-keluarga tersebut merasa disapa secara sangat personal dalam kehidupan keluarganya: yang sakit didoakan, yang bermasalah dicari Solusi untuk perbaikan, yang malas diberi teguran dan nasehat untuk perubahan, dan lain-lain.

Mereka bahkan sampai menangis karena baru pertama kali mereka mengalami pengalaman disapa secara personal seperti ini. Banyak dari mereka membuat komitmen untuk Kembali aktif dalam kehidupan menggereja dan bermasyarakat.
Kesadaran yang muncul pada kunjungan keluarga tersebut menjadi modal awal dalam kegiatan rekonsilasi masal pada periode kedua kunjungan pastoral ini. Simpul-simpul yang sudah diobati tersebut kemudian diajak untuk bertemu dalam perdamaian hakiki yang dibangun karena perpecahan yang pernah terjadi karena faktor perselisihan tanah, adat, perkawinan, politik, dan sebagainya; semuanya terjadi dengan lancar dan aman, dan kemudian saya sebut sebagai MUJISAT pada tulisan pertama.
Pengalaman umat dengan imamnya pada akhir September 2023 yang lalu Kembali mereka dapat pada kunjungan kedua dalam tema kegiaan; SEHARI BERSAMA UMAT RUKUN. Selama sehari penuh, pastor paroki ada di tengah tengah mereka, meneguhkan mereka, mendengar jeritan mereka dan bersama-sama menata rukun dengan baik. Di tengah-tengah kunjungan tersebut, pada setiap jam 6 sore, kami semua bersama-sama datang ke Gereja untuk mengikuti NOVENA ST. MARIA de FATIMA.
Hari ini, tgl. 11 mei pastor paroki berada di rukun ke 6 (rukun terakhir), yakni rukun St. Stefanus. Sebelumnya, ke 5 rukun lainnya sudah dikunjungi yakni : Rukun St. Lukas. Rukun. St. Petrus, Rukun St. Cicilia, Rukun St. Bernardeta dan Rukun St. Isidorus. Umat sungguh mengalami sukacita dan mereka sendiri selalu mengungkapkan Bahasa ini: “yang seperti ini belum pernah kami alami dalam kehidupan beriman kami”; sebelumnya kami tidak pernah didekati secara personal seperti ini, yang ada adalah pendekatan HUKUMAN-HUKUMAN dan KEKERASAN., Saya cukup sedih mendengar ungkapan tulus mereka, sekaligus bersyukur atas komitmen mereka untuk mau berubah dan berkembang dalam kehidupan beriman. Ternyata pendekatan KASIH bisa mengalahkan segalanya, termasuk sikap malas tahu dan acuh tak acuh yang cukup dominan di stasi ini.
Yang mengharukan saya secara pribadi dalam kunjungan kedua ini adalah: Umat menerima saya di setiap rukun dengan acara-acara penjemputan yang besar-besar…..teguran dan nasehat saya untuk menyederhanakan setiap penjemputan acara SEHARI BERSAMA UMAT ini tidak mereka dengar,,,mereka katakan: Pastor, kami mendengar setiap nasehat pastor, tetapi untuk model penjemputan pastor seperti ini mohon maaf kami spontan menolak dan memberikan yang terbaik untuk pastor pada kunjungan ini”…inilah yang mengharukan saya sebagai imam mereka.

Akhirnya, saya membiarkan diri untuk diacarakan sesuai dengan cita rasa iman mereka. Bagi saya, kalua cara demikian dapat meningkatkan imanmu, silahkan…
Beberapa menit ke depan, umat Rukun St, Stepanus akan menjemput saya untuk mengunjungi rukun mereka. Mohonkan berkat dan doa dari teman-teman semua, semoga proses pastoral partisipatif, komunikatif dengan spirit BERJALAN BERSAMA UMAT (yang digagas oleh Uskup Diosis Amboina, Mgr. Seno Ngutra) ini akan menghasilkan buah-buah iman yang makin berkembang di stasi kabyarat. Salam, Past Sipe.