BERSYUKURLAH DALAM SEGALA HAL

DAILY WORDS, RABU, 15 NOVEMBER 2023
PEKAN BIASA XXXII
BY RP. PIUS LAWE, SVD

BACAAN I : KEB 6: 1 – 11
MAZMUR : MZM 82: 3 – 4.6 – 7
INJIL : LUK 17:11 – 19

@ Judul di atas saya kutip dari penggalan Bait Pengantar Injil hari ini. Seruan ini merupakan sebuah ajakan untuk bersyukur. Pertama, siapa yang perlu/harus bersyukur? Apakah orang miskin dan bersusah serta yang terpinggirkan? Apakah orang sakit/menderita dapat bersyukur? Orang pandai dan bijaksana? Orang sehat dan normal? Orang kaya dan berstatus social tinggi? Para pembesar/petinggi duniawi dan agama? Secara logis, orang miskin dan bersusah agaknya sulit untuk bersyukur karena apa yang perlu mereka syukuri jika yang ada pada mereka sangat terbatas. Ya, hal ini tergantung pada disposisi batin orang miskin, orang sakit, para penderita, para marginalized, dst. Jika orang menikmati situasi serba kurang/miskin, tentu hatinya selalu penuh damai dan syukur. Sebaliknya orang miskin yang selalu berteriak mengeluh akan kemiskinan dan keterbatasan yang menimpa dirinya, hatinya agak sulit atau susah untuk menyatakan syukur kepada Allah. Jangan heran, ada banyak orang sakit dan cacat yang selalu bersyukur meskipun mereka dalam keadaan yang sangat terpuruk. Kedua, mengapa orang bersyukur? In general, orang mudah untuk bersyukur karena berhasil, mendapat keuntungan, harapan yang terpenuhi, cita-cita tercapai, ada surplus dalam usaha, diberi usia yang panjang, berjumpa dengan orang-orang terkasih, selamat dari sebuah tragedy kecelakaan, dst. Jangan heran, bahkan banyak orang yang berkesusahan, menderita sakit, cacat bagian tubuhnya pun sungguh-sungguh bersyukur atas kehidpan yang mereka jalani. Sekali lagi, kembali ke disposisi batin seseorang.

@ Injil hari ini menyoroti sikap batin kesepuluh orang kusta setelah mereka mengalami penyembuhan. Dari kesepuluh orang kusta yang sudah ditahirkan oleh Yesus, hanya satu yang kembali untuk mengucapkan terima kasih kepada Yesus. Sembilan yang lain, tidak! Ironisnya, yang tahu bersyukur justru seorang Samaria, seorang yang datang dari kelompok yang dipandang sebagai orang-orang yang bukan asli Yahudi. Mereka sudah bercampur dengan para pendatang dari bangsa lain, yang pada masa pemerintahan raja Asyur, sengaja memasukan ke daerah Israel Utara para penduduk asing agar supaya tidak terjadi pemberontakan dari orang-orang tempat pendudukan bangsa Ashyur. Bahkan orang-orang Yahudi Hereadi menganggap orang-orang Samaria itu “kafir” dari segi penyembahan kepada Allah. Dari cerita Injil, justru yang dianggap kafir-lah yang datang dan mengucap syukur kepada Tuhan Yesus.

@ Kitab Kebijaksanaan, hari ini, sungguh menyoroti kelompok “penguasa” atau “pembesar”. Mereka disadarkan akan siapa mereka sebenarnya dan dari mana mereka memperoleh “kekuasaan” itu. Penulis Kitab Kebijasanaan menyadari jika kelompok PENGUASA/PEMBESAR/PARA RAJA adalah golongan yang mudah tergiur untuk mau mendapat “lebih”. Ini adalah kelompok yan rentan untuk selalu mau mempertahankan kekuasaannya dan berusaha sedemikian sehingga posisi nyaman yang sedang dinikmati itu jangan pernah diambil alih oleh orang atau kelompok yang lain. Penulis Kebijaksanaan menekankan sikap Allah yang sangat tegas bahkan ekstrim terhadap pada penguasa/pembesar/raja-raja. Ditulis demikian secara jelas, “Sebab Tuhanlah yang memberi kalian kekuasaan, dan dari Tuhan yang mahatinggilah asal pemerintahan. Ia akan memeriksa segala pekerjaanmu serta meyelami rencanamu. Sebab sebenarnya, kalian hanyalah abdi Kerajaan-Nya….pengadilan yang tak terelakkan akan menimpa para pembesar. Memang para bawahan dapat dimaafkan karena belas kasih, tetapi para penguasa akan disiksa dengan kejam…” Allah menghendaki agar orientasi para pembesar/penguasa/raja-raja adalah orang miskin, orang yang lemah, yatim piatu, orang sengsara dan berkekurangan. Hal ini termaktub indah di dalam bunyi seruan Pemazmur: “Berilah keadilan kepada orang leman dan kepada anak yatim, belalah hak orang sengsara dan orang yang kekurangan!…luputkanlah orang lemah dan miskin, lepaskanlah mereka dari tangan orang fasik.”

@ Baik seruan Kitab Kebijaksanaan maupun Pemazmur, sama-sama mengarahkan siapa saja yang ada pada posisi sebagai penguasa/raja-raja/pemmpin/gembala untuk selalu tegas membuat OPTION yang benar. Jelas, option yang diarahkan oleh Pemazmur adalah option for the poor. Tidak lain tidak bukan, orang kecil/miskin yang menjadi pilihan cinta Allah. Miskin di sini bukan soal tidak punya apa-apa secara jasmaniah. Miskin di sini juga merupakan suatu “sikap batin”. Banyak orang kaya yang mempunyai hati yang peduli terhadap “orang miskin”. Banyak penguasa/pemimpin/raja-raja/gembala yang mempunyai “hati” untuk orang kecil/bersusah. Inilah yang dimaksudkan oleh Allah.

Ada dua keyakinan yang saya miliki berhubungan dengan pesan firman di atas: pertama, hanya penguasa atau pembesar dan orang kaya yang sadar akan titipan dirinya oleh Allah sebagai “alat kasih Tuhan” -lah yang akan memperhatikan orang-orang miskin. Dengan kata lain, hanya penguasa/pembesar/orang kaya yang menyadari bahwa apa yang dia miliki adalah anugerah Allah, merekalah yang mudah untuk memperhatikan atau peduli pada orang miskin dan bersengsara. Kedua, hanya penguasa atau orang berstatus social tinggi/orang kaya yang takut akan Allah yang sungguh-sungguh peduli akan orang miskin. Orang-orang demikian sungguh menyadari jika kekuasaan dan kekayaan yang mereka miliki hanyalah anugerah dari Allah semata sehingga mereka akan mudah untuk berbagi apa yang mereka miliki.

@ Atas dua keyakinan di atas, saya coba mengintrospeksi diri dan terus bertanya: apakah saya sebagai imam/gembala sungguh menghayati imamat dan tugas kegembalaanku sebagai suatu anugerah Allah yang hendaknya difungsikan untuk pelayanan pada sesama. Kedua, apakah saya sebagai pemimpin/gembala/imam sungguh-sungguh tahu bersyukur meskipun dalam hal yang sederhana dan bahkan dalam kesulitan dan tantangan yang luar biasa? Mari kita saling mendoakan, semoga kita mempunyai hati yang “tahu bersyukur” atas apa saja yang kita alami di dalam hidup kita, teristimewa rahmat kehidupan dan kesehatan yang sedang kita nikmati ini. Hendaknya kita membangun sikap hati yang tahu bersyukur seperti si Kusta – Orang Samaria dalam cerita Injil di atas. Have a wonderful day filled with love and forgiveness. Warm gretings from Masohi manise……..padrepiolaweterengsvd…🙏🏽🙏🏽🙏🏽🙏🏽🙏🏽🙏🏽🙏🏽🙏🏽🙏🏽