DAILY WORDS, KAMIS, 09 MARET 2023
PEKAN II PRAPASKAH
BACAAN I : YER 17: 5–10
MAZMUR : MZM 1: 1 – 2. 3.4.6
INJIL : LUK 16: 19-31
BY RP. PIUS LAWE, SVD
@ Tragedy taman Eden adalah sebuah cerita tentang kesombongan manusia. Oleh karena kesombongannya, manusia coba melakukan sesuatu yang dilarang oleh Allah sendiri. Tujuannya adalah untuk bisa menyaingi Allah. Alhasil, manusia jatuh ke dalam dosa. Benar apa yang diserukan nabi Yeremia, “Terkutuklah yang mengandalkan manusia. Diberkatilah yang mengandalkan Tuhan”. Yeremia menyerukan sesuatu yang “keras” dan bahkan meramalkan sesuatu yang “fatal” bagi orang yang mengandalkan kekuatan manusia. Mengandalkan kekuatan manusia artinya mengandalkan “intelektualitas/kepintaran”; mengandalkan kekuatan “uang” dan harta benda lainnya; mengandalkan popularitas (ketenaran) dan hegemoni apapun yang bisa diperjualbelikan dengan uang dan bisa dibarter dengan emas atau perak. Orang-orang seperti ini biasanya kurang punya KEPEDULIAN. Kalau pun mereka punya kepedulian, hal itu hanya untuk popularitas. Ya, ini jaman edan dengan teknologi yang edan. Tindakan kepedulian dipamerkan dengan cara “foto” di saat memberi atau bahkan ditulis di media cetak dan media online. Kepedulian mereka berkurang nilainya karena apa yang diperbuat selalu diumumkan atau disiarkan ke seluruh dunia. Biar dunia tahu kalau dia peduli pada orang kecil. Miris! Sungguh miris! Tuhan mungkin tersenyum sinis menyaksikan orang yang banyak melakukan sandiwara, yang hanya mau mencari popularitas diri.
@ Yeremia menegaskan bahwa manusia yang mengandalkan dirinya sendiri bakal “terkutuk”. Ini fatal! Mengapa fatal? Ya, karena dia lebih mendekatkan diri pada harta benda. Dia juga lebih mengandalkan relasinya dengan orang-orang penting di dunia yang terhadap mereka dia sandarkan “keamanan” keluarga dan harta miliknya. Kalau pun dia mengklaim diri “dekat dengan Tuhan”, itu belum tentu benar karena semua pujian dan doa syukur hanyalah tontonan yang dipertunjukkan kepada dunia supaya dia kelihatan “spiritual” atau mempunyai kerohanian yang dalam. Dia tak menyadari bahwa harta, kekuasaan, popularitas atau ketenaran/nama besar itu adalah hal-hal fana/temporary/sementara. Dia mungkin kurang menyadari jika popularitas atau ketenaran mungkin bakal ada dan sebentar lagi akan lenyap. Harta akan dimakan ngengat, tidak dibawa masuk dalam kubur. Semuanya hanya sementara. Nasib orang yang mengandalkan kekuatan manusia, oleh Yeremia, dianalogikan sebagai semak bulus di padang belantara yang tidak mengalami datangnya hari baik, yang tinggal di tanah gersang di padang gurun. Sungguh memprihatinkan nasib semak bulus ini! Karena dia ada di tempat yang tak berpenghuni. Orang yang mengandalkan kekuatan manusia adalah orang fasik. Bagi Pemazmur, orang fasik itu bagai sekam yang ditiup angin, yang bakal lenyap binasa oleh panas dan dingin yang datang silih berganti. Hanya tinggal cerita! Semuanya bakal lenyap. Namun bagaimana dengan nasib jiwa manusia?
@ Mari kita tilik secara singkat apa kata penginjil hari ini. Secara lugas penginjil Lukas menggambarkan nasib manusia lewat cerita tentang si Miskin Lazarus dan Orang Kaya. Orang kaya adalah sosok yang mengandalkan kekuatan manusia selama hidupnya di dunia. Selama masa hidupnya, dia mempunyai segalanya. Dia tidak berkekurangan. Apa yang diinginkannya selalu terpenuhi. Menariknya, si Kaya ini tidak peduli sama Lazarus yang miskin. Ketidak-peduliannya inilah yang membawa petaka bagi dirinya ketika hidupnya di dunia ini sudah berakhir. Tak satu harta kekayaan dibawa serta. Entah itu harta yang bergerak maupun harta yang tidak bergerak, semuanya ditinggalkan di dunia. Sekali lagi, tidak satupun dibawanya serta. Ya, sedih dan memilukan. Nasib orang kaya sangat nahas. Dia ada di api neraka, menderita sepanjang zaman dalam panggangan api yang tak terpadamkan. Penginjil Lukas, lewat cerita yang sederhana dan lugas ini hendak mengingatkan kita sekalian untuk senantiasa PEDULI. Hati yang peduli hendaknya lahir secara GENUINE. Artinya, kepedulian yang bukan sandiwara kepedulian yang asli! Kepedulian yang TIDAK DIPERHITUNGKAN. Kepedulian yang tidak diceritakan kepada semua orang. Kepedulian yang tidak menuntut balasan. Kepedulian yang tidak dilandasi dengan perhitungan ini dan itu.
@ Ya, kepedulian yang genuine atau asli tidak dituntut dari orang yang kaya harta saja. Kepedulian yang genuine mestinya dimiliki oleh setiap kita. Apa pun yang kita miliki, entah banyak atau pun sedikit jumlahnya, kita mesti peduli dengan sesama yang lebiih membutuhkannya. Saya yakin, seruan Yeremia dan contoh di dalam injil hari ini tidak hanya ditujukan pada orang yang kaya HARTA DUNIAWI saja. Contoh di dalam injil ditujukan untuk kita semua. Artinya, kepedulian mestinya dimiliki dan dihidupi oleh kita semua. Jika orang yang mempunyai harta duniawi “apa adanya” tetapi dihabiskannya untuk dirinya sendiri dan bahkan untuk hal-hal yang tidak berguna, lalu menelantarkan orang miskin di sekitarnya, ya, orang-orang seperti ini juga tidak dibenarkan oleh Allah. Mari kita saling mendoakan agar kita, entah mempunyai “banyak” atau pun sebaliknya, senantiasa memiliki hati yang peduli dengan sesama di sekitar kita. Kita patut mengucapkan limpah terima kasih kepada Tuhan karena Dia telah menghadirkan begitu banyak orang yang berkecukupan, yang secara diam-diam PEDULI pada orang-orang miskin – orang-orang yang sangat membutuhkan pertolongan sesama. Kita mendoakan begitu banyak donator/benefactors yang “di dalam diam” telah berbuat banyak bagi pelayanan pastoral yang ditujukan bagi orang-orang miskin dan berkekurangan. Semoga Tuhan senantiasa mengganjari kasih sayangmu semua. Have a wonderful day filled with an unconditional love and forgiveness. Warm greetings to you all!!! padrepiolawesvd….😇😇😇🫰🏿🫰🏿🙏🙏🙏