MEMBENCI KELUARGA – NYAWA KITA

Lukas 14:35-33

Ada semacam desakan dalam Injil kali ini agar kita bisa “membenci” orang-orang yang memiliki hubungan darah yang sungguh amat dekat dengan kita. Bahkan harta besar yang kita miliki, nyawa kita sendiri. Tapi apakah arti membenci yang diminta Tuhan saat ini? Apakah membenci sebagaimana kita pahami selama ini? Tentu tidak.

Membenci disini dimaksudkan sebagai keadaan batin untuk menaruh komitmen yang tepat dan benar sesuai kehendak Tuhan. Kita akan diminta pada saatnya nanti untuk berani lepas bebas dari keterikatan-keterikatan, termasuk soal hubungan darah bila pilihan menuntut kita harus berpihak pada sesuatu yang jauh lebih tinggi dan mulia. Itulah Tuhan dan kehendakNya.

Dalam keadaan normal, sebenarnya sudah diminta ada pada kita, disposisi batin ini untuk berani menolak ketidakwajaran sesuatu di mata Tuhan. Semua yang bertentangan dengan aturan main Tuhan, harus dapat kita tolak, termasuk bila hal itu keluar nyata-nyata dari sikap dan tindakan keluarga kita sendiri.

Mengapa diambil peran keluarga untuk hal semacam ini? Keluarga adalah pihak utama dan terakhir yang biasanya kita bela dan dukung dalam memutuskan sebuah pilihan. Sedangkan nyawa kita adalah faktor utama dan terakhir sebagai alasan internalnya. Kekuatan keterlekatan natural inilah yang diminta dari kita untuk siap dipertaruhkan dan siap dikorbankan sebagai cara terbaik untuk bisa ikut Tuhan sebagai muridNya. Semua faktor lain biasanya tak seberat hubungan darah dan nyawa kita sendiri.

Akhir-akhir ini, masih semarak media sosial memberitakan kasus pembunuhan yang “disinyalir” dilakukan oleh dan dalam kerja sama suami-istri. Terlihat disana masih kuat memperhitungkan kepentingan dan keselamatan anggota keluarga (suami-istri) dibanding apa yang mulia sebagaimana diminta Tuhan dari kita: Kebenaran, kejujuran, kehidupan dan belas kasih.

Dapatkah kita melangkah dengan mantap menjadi murid Tuhan bila keluarga dan nyawa kita sendiri tak lagi jadi taruhan utama melainkan mengutamakan kehendak Tuhan?

Mari bermenung karena ini tidak mudah…!!!

………………
M. Taher