Yes. 6:1-2a.3-8; 1Kor. 15:1-11; Luk. 5:1-11
HM Biasa V/Minggu, 9 Februari 2025
Hans Kung, seorang teolog Katolik, yang lahir di Swiss, 19 Maret 1928. Dia seorang ahli teologi yang kontroversialkarena beberapa pandangannya yang berbeda denganpandangan gereja Katolik dan menyebabkan kebingungan di atnara orang-orang beriman. Maka Sejak 18 Desember 1979, Roma mencabut missio canonica (hak resmi dari Vatikan) untuk mengajar doktrin resmi Gereja Katolik. Dia terkenaldengan pandangan dogmatik dan ekumenik. Bagi dia, setiapagama perlu saling berdialog. Dia tidak meremehkan agama lain, dan tidak menghianati agamanya sendiri.
Dalam hubungan dengan teologi tentang gereja, Hans Kung berpendapat bahwa gereja terdiri dari orang berdosa, dan sekaligus kudus. Pengampunan dari Allah mengapuskeberdosaan manusia dan mengantar manusia kepadakekudusan. Gereja, melalui konsili Vatikan II sudahmenyadari keterbasaan anggota gereja. Namun Gereja tetapmemandang bahwa gereja itu suci. Kristus sebagai kepalagereja datang untuk menebus dosa-dosa umat (LG, art. 8). Untuk itu, kendati gereja terdiri dari orang-orang berdosa, namun melalui gereja semua orang beriman dikuduskan oleh Kristus melalui perayaan liturgi, terutama ekaristi (SC, art. 2, 7). Gereja adalah perkumpulan orang-orang berdosa yang kemudian disucikan dan dikuduskan oleh Yesus melalui wafatdan kebangkitannya. Darah Yesus, anak domba Allah yang mengangkat kita dari keberdosaan menuju kepada kekudusan.
Para rasul yang Yesus pilih untuk ambil bagian dalampewartaan-Nya juga memiliki kekurangan dan masa lalu yang kelam. Mereka memiliki kelemahan dan dosa, yang kemudianmemperoleh kekudusan dari Tuhan karena pertobatan dan kesediaan mengikuti Kristus. Rasul Petrus sungguh menyadarikeberdosaanya. Petrus tersungkur di depan Yesus dan berkata, “Tuhan, tinggalkanlah aku, karena aku ini orang berdosa” (Luk. 5:8). Di hadapan Yesus, Petrus merasa tidak berarti dan penuh dosa. Kata-kata Petrus menggambarkan kebesaranhatinya untuk menyadari kekurangan dan keterbatasandirinya. Dia sama sekali sadar bahwa dia orang berdosa. Diamenyadari bahwa dia tidak pantas di hadapan Tuhan.
Kesombongan dan iri hati tidak akan membuka mata hatikita untuk menyadari kelehaman dan dosa sendiri. Orang sombong akan hanya melihat kekurangan orang lain dan tidakmampu mampu melihat kekurangan diri. Orang yang sadarakan kelemahannya adalah orang yang rendah hati. Orang yang lebih dahulu melihat bahwa dirinya berdosa adalahorang yang rendah hati. Kerendahan hati dimulai denganmenyadari bahwa ‘Saya berdosa’ bukan ‘dia berdosa’. Rasul Petrus menunjukkan kerendahan hatinya dengan menyadaridosanya.
Menjadi orang yang rendah hati itu sakit.Menjadi orang yang rendah hati tidaklah mudah. Kerendahan hatimembutuhkan pengorbanan, dan jatuhnya harga diri. Kita tidak pernah akan menjadi rendah hati kalau tidak pernah mauberkorban (waktu, tenaga, dan harga diri).
Kerendahan hati membutuhkan pengampunan. Tanda orang yang rendah hati adalah ketika dia mau mengampunidiri sendiri dan mengampuni orang lain. Menerima dan mengampuni keterbatasan dan dosa mengantar kita pada ketenangan jiwa. Paus Fransiskus, dalam ensiklik FrateiliTutti berkata bahwa orang yang benar-benar mengampuni, tidak melupakan tetapi menolak dikendalikan oleh kekuatandestruktif (Art. 251). Pengampunan tidak menghapuskesalahan masa lampau tetapi memberikan harapan kepadamasa depan. Tanpa pengampunan masa depan akan tetapmenjadi luka. Pengampunan menyembuhkan luka dan mengangar kita untuk menyadari diri kita serta mampumenerima orang lain.
Tahun ini adalah tahun pengharapan. Kita dipanggiluntuk selalu berharap untuk hidup bahagia, penuhpengampunan di dalam Tuhan. Kita memang orang berdosa, tetapi kita berharap untuk memperoleh pengampunan dariTuhan agar kita layak di hadapan Tuhan. Tuhan sumberpengharapan kita dan pengampunan kita. Kita adalah orang-orang berdosa yang membutuhkan pengampunan dari Tuhan. Untuk itu, agar sungguh-sungguh memperoleh pengampunan, kita perlu bertobat. Rasul Paulus berkata, “karena aku adalahyang paling hina dari semua rasul, dan tak layak disebut rasul, sebab aku telah menganiaya Jemaat Allah. Tetapi berkat kasihkarunia Allah aku menjadi sebagaimana aku sekarang, dan kasih karunia yang dianugerahkan-Nya kepadaku tidaklah sia-sia” (1Kor. 15:9-10). Sadar akan kelemahan dan memberi diriuntuk diampuni oleh Tuhan akan mengantar kita untuk tinggalpada kasih karunia Allah. Semoga demikian. #@novlymasriat.