Keuskupan Amboina

Duc In Altum

Dari Gurun Yang Gersang Menuju Taman Sukacita

MUTIARA IMAN
( Minggu Advent ke-3)
(Yesaya 35:1-6a.10; Yakobus 5:7-10; dan Matius 11:2-11)

Bagus untuk direnungkan bahwa Tradisi Advent dalam Gereja Katolik bukan sekadar hitungan liturgis menuju Natal, melainkan sebuah kairos, waktu rohani yang mengundang kita untuk menata kembali horizon pengharapan :

Nabi Yesaya menampilkan simbol padang gurun yang berbunga, sebuah metafora teologis tentang transformasi eksistensial, yakni dari kemandekan menuju kehidupan, dari ketakutan menuju sukacita. Dalam perspektif hermeneutik, gurun adalah lambang hati manusia yang kering oleh rutinitas dan keletihan, namun janji Allah adalah bahwa gurun itu dapat berubah menjadi taman penuh kehidupan.

Disisi lain, St. Yakobus menambahkan dimensi etis, yakni kesabaran sebagai praxis iman. Kesabaran bukanlah pasifitas, melainkan sebuah virtus yang meneguhkan hati dalam penantian. Seperti petani yang menunggu dengan sabar sampai turun hujan, kita dipanggil untuk menunggu dengan tekun, bukan sekadar menanti secara biologis, melainkan menanti dengan kesiapan rohani. Advent, dengan demikian, adalah laboratorium kesabaran, tempat iman diuji dan dimurnikan. Kritik yang tersirat di sini adalah bahwa banyak dari kita lebih sibuk dengan konsumsi simbolik, sp : shopping , dekorasi, belanja, daripada menyiapkan budi dan hati. Tentu saja Advent menuntut kita untuk melampaui sekadar ritual eksternal menuju kedalaman disposisi batin.

Secara istimewa, Yesus dalam Injil Matius menegaskan identitas Mesias bukan melalui retorika, melainkan melalui tanda-tanda nyata: orang buta melihat, orang lumpuh berjalan, orang miskin menerima kabar baik. Dalam kerangka teologi praktis, tanda-tanda ini adalah manifestasi Kerajaan Allah yang hadir di tengah dunia. Kritik Yesus terhadap generasi yang bimbang adalah kritik yang relevan bagi kita: apakah kita sungguh mengenali tanda kehadiran Kristus, ataukah kita lebih sibuk mencari sensasi dan bukti spektakuler? Advent menuntut kita untuk menjadi tanda kasih yang nyata, bukan sekadar penonton liturgi.

Relevansi bagi hidup kita sebagai orang beriman jelas: “Advent adalah panggilan universal untuk menyiapkan hati, bukan hanya bagi umat Katolik, tetapi bagi siapa pun yang merindukan transformasi hidup. Gurun hati manusia modern, yang sering gersang oleh individualisme, materialisme, dan keletihan eksistensial, dipanggil untuk berbunga oleh pengharapan. Kesabaran yang diajarkan Yakobus adalah kritik terhadap budaya instan yang menolak proses. Tanda kasih Kristus adalah koreksi terhadap iman yang hanya berhenti pada kata-kata tanpa tindakan.

Maka, Advent adalah sebuah narasi yang mengikat: janji Allah yang mengubah gurun, kesabaran yang meneguhkan hati, dan tanda kasih yang nyata. Semua orang beriman, dalam konteks apa pun, dipanggil untuk menjadikan hidupnya taman sukacita, bukan sekadar padang gersang. Advent adalah undangan untuk membiarkan Kristus lahir bukan hanya di palungan, tetapi di dalam hati yang siap, sabar, dan penuh kasih.

Salam dan doa,
Rev. Andy Sainyakit

wpChatIcon