Day: May 24, 2025

KASIH: JATI DIRI ORANG KRISTIANI

Kis. 15:1-2,22-29; Why. 21:10-14.22-23; Yoh. 14:23-29 HM Paskah VI/25 Mei 2025 Salah satu aspek penting yang menggambarkan identitaskristiani adalah cinta kasih. Yesus beberapa kali menekankancinta kasih sebagai unsur yang mendasar bagi para murid dan pengikut-Nya. Dia mengatakan bahwa hukum pertama dan utama adalah kasih (kepada Tuhan dan kepada sesama) (bdk. Mt. 22:37-40). Bagi Yesus, kesih sebagai pertanda para pengikut pengikut-Nya (bdk. Yoh. 13:35). Orang mengenalkita dari kasih. Yesus katakan, “Barangsiapa tidak mengasihiAku, ia tidak menuruti firman-Ku” (Yoh. 14:24). Kasih Yesus adalah kasih yang baru. Ini adalah perintahbaru. Memang mencintai bukanlah hal baru. Setiap manusia, dalam dirinya terdapat kasih. Sejak lahir sebagai manusia, kasih ini sudah tertanam dalam diri karena kasih itu kodrati. Tanpa diajarkan pun, perasaan mengasihi merupakan bawaanmanusiawi. Namun Yesus menunjukkan sebuah kasih yang membedakan kasih-kasih yang lain. DIa mengajarkan sebuahperintah baru untuk mengasihi. Bagi Yesus, kasih yang paling radikal yang memedakan kasih-Nya dengan kasih yang lain adalah “kasih seseorang yang memberikan nyawanya untuksahabat-sahabatnya” (Yoh. 15:13). Pengorbanan fondasiutama dari kasih. Kasih bukan soal perasaan, tetapi tentangtindakan berkorban. Pengorbanan dalam mengasihimengandaikan keterbukaan dan keterahan kepada orang lain atau ke luar diri. Orang yang sungguh-sungguh mencintaiadalah orang yang mau berkorban dan memberi diri bukanuntuk diri sendiri, tetapi kepada orang lain. Cinta diri, “pikirdiri sendiri” belum menyimbolkan cinta kasih. Kasih sejatiadalah kasih yang terbuka bagi orang lain. Yesus sudahmenunjukkan kasih yang penuh pengorbanan. Diamengajarkan tentang pengorbanan dan dia sendiri adalahkorban. Setiap kali merayakan Ekaristi, kita menghadirkankembali Yesus yang merayakan kurban, dan Dia sendiriadalah kurban dari perayaan tersebut (bdk. SC, art. 7).  Setiap keluarga harus menjadi lahan subur bagitumbuhnya cinta kasih. Keluarga adalah persektuan “cintakasih” suami-istri, bukan “ring tinju”. Keluarga bukanmenjadi tempat yang hanya mengutamakan aspek finansial, tetapi harus menjadi ruang di mana kasih tumbuh dan berkembang. Kasih harus menjiwai seluruh perjalanan hidupkeluarga-keluarga Kristiani. Tanpa kasih, setiap rumah tanggahanya nampak sebagai bangunan fisik tanpa roh. Orang tuamemiliki tanggungjawab untuk mendidik dan membesarkananak-anak dalam kasih. Mereka berhak lahir oleh kasih orang tua, dan dibesarkan dalam kasih, kata Paus Fransiskus (AL, art. 81). Sebuah nasehat penting yang pernah Paus Fransiskuskatakan untuk merawat kasih dalam keluarga. Paus menekankan tiga kata penting, yaitu tolong, terima kasih, maaf. Ketika setiap anggota tidak menekan, memaksa, “marah-marah”, dan selalu mengatakan “tolong”; ketikasetiap anggota selalu menghargai pengorbanan anggota lain dengan mengucapkan “terima kasih”; ketika setiap anggotakeluarga senantiasa mengoreksi diri dan menyadarikesalahannya lalu mengucapkan kata “maaf”, maka dalamkeluarga pasti ada damai dan sukacita (AL,

wpChatIcon
wpChatIcon