Pengantar

Terinspirasi oleh Kotbah singkat Romo Jimmy Balubun, MSC., di kapel Keuskupan Amboina dalam misa pagi tadi.

PERGUMULAN PARA MURID PERDANA

Keinginan untuk semakin terkenal, punya kedudukan, uang dan harta sepertinya sudah menjadi sikap dasar manusia. Maka tak dipungkiri kecenderungan itu pun menjerat para murid perdana atau para Rasul dalam kasus Yudas Iskariot yang terkena skandal uang, Petrus yang ingin mendapatkan imbalan dari kemuridannya, serta keinginan Yakobus dan Yohanes untuk berkuasa dan dihormati.

Romo Jimmy menyebut dalam kotbahnya: Kemarin Petrus bertanya kepada Yesus: “Kami ini telah meninggalkan segala sesuatu dan mengikuti Engkau, lalu apa yang kami terima sebagai imbalan?” ( Mrk. 8 : 31 ) Hari ini, pertanyaan diubah menjadi permintaan oleh Yakobus dan Yohanes kepada Yesus, Sang Guru: “Perkenankanlah kami ini duduk dalam kemuliaan-Mu kelak, seorang di sebelah kanan, dan seorang di sebelah kiri-Mu.” ( Mrk. 10 : 37 ) Romo Jimmy lalu menutup refleksinya dengan bertanya kepada kami yang menghadiri Misa tadi: “Bagaimana dengan kita?”

KARAKTER PARA IMAM SEKARANG

Tentunya disadari bahwa menjadi seorang Imam pasti bukan jalan terbaik untuk mendapatkan uang, harta, pangkat dan kedudukan. Meskipun demikian, kadang terjadi juga dalam Gereja bagaimana orang-orang terpanggil dan terpilih itu entah secara terang-terangan maupun tersembunyi jatuh ke dalam godaan untuk berkuasa, kecenderungan untuk mengumpulkan uang bahkan sampai korupsi dan salah menggunakan fasiltas dan harta benda Gereja yang dipercayakan kepada mereka demi pemenuhan kepentingan pribadi.

Masih saja terjadi sampai saat ini di mana pergantian para Imam baik di lembaga maupun paroki sering meninggalkan kisah pilu nan sedih karena kosongnya kas paroki/lembaga serta hilangnya sarana prasarana yang seharusnya ditinggalkan sebagai harta benda Gereja di paroki atau lembaga tersebut. Bahkan morat maritnya administrasi tersebut sering menjadi sumber kesalahpahaman dan konflik antar para Imam.

Tentunya fakta di atas tidak bisa digeneralisasi bagi semua Imam, karena sesungguhnya masih ada banyak Imam seperti St. Yohanes Maria Vianney yang hidup di zaman moderen ini yang tidak silau dengan kekayaan, kemewahan dan jabatan. Teringat akan tulisanku tentang sahabatku, Alm. Romo Jan Oratmangun yang hidup sederhana, hanya beralaskan tikar di atas lantai keramik di pastorannya.

KEMBALI KE KEINDAHAN IMAMAT

Panggilan untuk menghayati 3 nasehati Injili bagi para Imam seperti Kemiskinan, Kesuciaan dan Ketaatan tetap tak berubah untuk menjadi tuntutan radikal bagi para Imam untuk menghidupinya. Para Imam harus berani mengambil keputusan radikal untuk menolak semua bentuk godaan untuk memiliki kekayaan ( uang ) yang berlebihan, mempraktekan hidup perkawinan dan ketidaktaatan.

Memang nampaknya sulit untuk menuntut para Imam untuk menghayati 3 nasehati Injili di zaman ini, tapi semuanya bisa dijalani bila saja para Imam menyadari siapa yang memanggil mereka, yakni Yesus yang sama, yang telah menolak godaan setan di padang gurun; Yesus yang tidak memiliki tempat untuk meletakan kepala-Nya; Yesus yang tak meninggalkan uang dan harta bagi para murid-Nya ketika Ia naik ke surga.

Masih ada Imam di zaman moderen ini, yang hidup sederhana, suci dan lepas bebas terhadap semua materi dan harta yang ditawarkan kepada mereka. Masih ada Imam yang datang dan pergi dari dan ke sebuah lembaga atau paroki tanpa mengklaim semua yanh diterima saat bertugas sebagai milik pribadinya.

Karena itu, kembali kepada keindahan Imamat berarti kembali kepada Kristus yang adalah model utama karakter Imam yang sejati; Imam Agung yang mengorbankan diri-Nya bukan mengorbankan orang lain; Imam Agung yang datang bukan untuk melayani bukan untuk dilayani.

Penutup

Akhirnya ingatlah akan pesan Yesus: “Jika ingin menjadi yang besar, maka jadilah pelayan bagi semua.” Satu yang pasti bahwa para Imam adalah Imam sampai akhir hayat.

Petang Hari di Lokasi Taman Doa Aer Louw, 29 Mei 2024 ( Mgr. INNO NGUTRA )