KEISTIMEWAAN UMAT PILIHAN ALLAH

DAILY WORDS, SENIN, 25 SEPTEMBER 2023
PEKAN BIASA XXV
BY RP. PIUS LAWE, SVD

BACAAN I : EZR 1: 1 – 6
MAZMUR : MZM 126: 1– 2ab. 2cd – 3. 4 – 5. 6
INJIL : LUK 8: 16 – 18

@ Kita semua tahu dan sadar sungguh bahwa Israel adalah bangsa pilihan Allah. Hal ini diyakini oleh banyak orang dan oleh orang Israel sendiri bahkan sampai dengan hari ini. Kitab Ezra yang kita dengar dalam bacaan suci hari ini menegaskan keistimewaan Israel. Hal ini tampak dalam tindakan Allah yang terus menunjukkan cinta dan belaskasih-Nya kepada bangsa pilihan-Nya. God never stops loving Israel. Oleh karena ketegaran hati bangsa ini, mereka yang telah mengalami kasih karunia Allah mulai sejak nenek moyangnya dibebaskan dari perbudakan Mesir, sekali lagi diseret ke pembungan oleh raja bangsa Persia. Namun, Allah yang tidak pernah ingkar janji dan mau menepati apa yang pernah disabdakan-Nya lewat mulut nabi Yeremia, menyuruh seorang raja bangsa asing – Persia yaitu raja Koresh untuk memerintahkan bangsa Israel yang ada di tanah pembungan Persia, kembali ke Yerusalem dan membangun rumah bagi Allah. Bahkan orang-orang Israel yang akan kembali waktu itu, hendaknya dibekali dengan emas dan perak, harta benda dan ternak. Orang-orang Israel pun disokong dengan persembahan sukarela bagi suksesnya pembangunan rumah Allah. Inilah cerminan cinta Allah yang tak berkesudahan bagi bangsa pilihan-Nya. Tentu saja hati bangsa Israel yang mengalami cinta kasih Allah ini berseru dengan suara lantang sebagaimana dinyanyikan oleh Pemazmur hari ini: SUNGGUH AGUNG KARYA TUHAN BAGI KITA.

@ Apalah artinya jika keagungan karya Allah hanya sebuah kenangan belaka? Apalah artinya, jika status privilege Israel di mata Allah hanyalah sebuah kebanggaan yang diagung-agungkan dari generasi ke generasi tanpa ada maknanya bagi penghidupan nilai-nilai kemanusiaan yang beradab? Israel sebagai bangsa yang istimewa atau terpilih, mestinya menjadi CAHAYA bagi dunia. Karya agung Allah ini bagai pelita yang bernyala. Oleh karena itu, pelita yang bernyala ini mesti ditempatkan di atas kaki dian dan bukan ditutup dengan tempayan “ kebanggaan semu”, kemudian ditaruh dibawah tempat tidur. Karya agung Allah mestinya diceritakan oleh bangsa Israel dalam dan lewat tindakan kasih kepada dunia. Sebuah pertanyaan untuk kita refleksikan: apakah Israel modern, lewat kebijakan politik luar negeri-nya telah menjadi pelita yang memancarkan Cahaya-nya bagi peradaban dunia zaman ini? Well, pertanyaan ini akhirnya menggiring kita ke ranah politik hubungan international yang tentu saja tidak akan menemukan titik penyelesaiannya. Adalah lebih baik bagi kita untuk melihat diri kita yang masuk dalam kawanan bangsa pilihan Allah oleh karena baptisan suci yang telah menggabungkan kita ke dalam tubuh mistik Kristus.

@ Ya, kita umat kristiani yang adalah anggota Tubuh Mistik Kristus – kita adalah juga umat pilihan Allah – kita adalah bangsa Israel dalam artian rohani ( spiritual Israelites ) dan bukan Israel dalam kategori negara modern Israel sekarang ini. Sadar akan “ada”-nya kita sebagai Israel spiritual, marilah kita pancarkan cahaya kasih kepada dunia lewat perbuatan-perbuatan cinta kasih kepada sesama tanpa ada pamrih. Mari kita pancarkan cahaya kasih Allah lewat kepeduliaan kita pada sesama tanpa ada tujuan politik atau mencari popularitas diri. Mari kita mencinta dengan tulus. Itulah wujud dari keterlibatan kita sebagai “ pelita ” yang memancarkan cahaya kasih Kristus kepada dunia. Kita dipanggil untuk membangun Tubuh Mistik Kristus ( rumah spiritual Allah) lewat pelayanan kasih yang tulus.

@ Pagi ini, saya menghadiri misa pagi di kapela Agung Seminari Tinggi St. Paulus Ledalero. Sudah tentu hati dan pikiranku terbawa ke masa-masa silam, saat masih di bangku kuliah sebagai frater filosofan dan teologan. Perjumpaan dengan para dosen dan para frater pagi ini sungguh membawaku kepada memori 20-an tahun silam ketika berada di atas bukit tempat sandar matahari (Ledalero) ini. Juga perjumpaanku dengan RP. Klemens Naben, SVD (misionaris Brasil) setelah 22 tahun berpisah oleh karena tugas perutusan yang mulia ini, menyeretku ke hari-hari kebersamaan di atas bukit tempat para kawula muda mempersiapkan diri untuk diutus ke segala penjuru dunia. Ya… leda artinya sandar dan lero artinya matahari , bukit tempat kita ditempa dan menempa diri untuk membawa Kabar Sukacita ke segala penjuru dunia. Di atas bukit ini, saya mengisi diri dengan minyak yang bakal berguna untuk menyalakan pelita diriku dan pergi memancarkan cahaya kasih kepada dunia. Ya, semoga dari atas bukit tempat sandar matahari ini, pelita kasih terus dipancarkan ke segala penjuru bumi lewat para misionaris yang lahir dari almamater tercinta ini. Semoga semua yang diutus dari bukit tempat sandar matahari ini, oleh karena jamahan kasihnya, banyak orang boleh dituntutun untuk mengalami dirinya sebagai UMAT PILIHAN ALLAH.

@Untuk kita sekalian, mari kita menyadari diri kita sebagai satu dari jutaan umat pilihan Allah oleh karena rahmat Baptisan Suci yang kita terima. Semoga oleh rahmat baptisan itu, diri kita menjadi pelita yang membawa cahaya bagi banyak orang lain. Kita saling mendoakan, semoga peran kita sebagai pelita yang memancarkan cahaya kasih lewat tindakan-tindakan kasih yang tulus tanpa pamrih, boleh membawa lebih banyak orang ke dalam Persekutuan UMAT PILIHAN ALLAH. Peran inilah yang membuat jati diri kita sebagai orang yang dibaptis sungguh-sungguh bergema bagi dunia. Inilah ketistimewaan kita sebagai UMAT PILIHAN ALLAH. Ya, sebagaimana orang Israel dipanggil pulang untuk membangun rumah Tuhan di Yerusalem, hari ini kita dipanggil dan disadarkan kembali untuk menjadi pelita yang membawa cahaya kasih guna membangun Tubuh Mistik Kristus ( rumah spiritual Allah ). Have a wonderful day filled with love and mercy…warm greetings from Ledalero – tempat sandar matahari kasih…. padrepiolaweterengsvd 🙏🏼🙏🏼🙏🏼🙏🏼🙏🏼