DAILY WORDS, SENIN, 21 AGUSTUS 2023
PEKAN BIASA XX
PW ST. PIUS X, PAUS
BY RP. PIUS LAWE, SVD
BACAAN I : HAK 2: 11 – 19
MAZMUR : MZM 106: 34 – 37. 39 – 40. 43ab. 44
INJIL : MAT 19: 61– 22
@ Sejarah perjalanan Israel ke Tanah Terjanji meninggalkan serupa macam pengalaman jatuh dan bangun. Nabi Musa telah mengantar bangsa ini keluar dari penindasan Mesir menuju Tatan terjanji meskipun akhirnya dia sendiri hanya memandang Tanah Terjanji itu dari jauh. Nabi Musa meninggal dunia sebelum bangsa itu menggapai Tanah Terjanji. Kasihan! Ya, semua itu ada dalam rancangan Allah sendiri. Pengganti Nabi Musa – Yosua akhirnya membawa bangsa ini masuk Tanah Terjanji. Mimpi jadi kenyataan. Allah tidak pernah ingkar janji. Israel akhirnya menikmati apa yang telah dijanjikan Allah- masuk Tanah Terjanji. Namun untuk masuk ke negeri Kanaan – Tanah Terjanji ini membutuhkan pemimpin yang hebat. Tetapi, Yosua meninggal sebelum mereka menggapai tanah Kanaan.
@ Setelah Yosua meninggal, saatnya bagi Israel untuk merebut Kanaan – Tanah Terjanji dan melepaskannya dari pengaruh bangsa-bangsa asing. Maka Allah mengutus para Hakim untuk memimpin Israel guna menikmati negeri ini dan menghindarinya dari rampasan musuh. Mirisnya, bangsa Israel tidak lagi mendengarkan para Hakim yang diutus Allah untuk memimpin mereka. Sebaliknya, bangsa Israel lebih memilih untuk menyembah BAAL – allah-nya bangsa asing. Ketidaktaatan Israel pada perintah Allah selalu membawa petaka bagi mereka. Dengan kata lain, ketika Israel lebih memilih untuk menyembah BAAL, mereka selalu mengalami kehancuran. Firman Tuhan yang kita dengar hari ini menegaskan hal ini. Israel selalu tidak setia kepada Allah dengan menyembah BAAL – dewa orang asing. Alhasil, mereka tidak menikmati kenyamanan dan ketentraman yang disediakan Allah baginya. Itulah konsekuensi ketidaktatan isarel. Penyembahan terhadap BAAL menjadi batu sandungan bagi Israel untuk menikmati janji Allah.
@ Kisah injil hari ini setidaknya memberi gambaran yang hampir sama tentang konsekuensi ketaatan pada perintah Allah dan konsekuensi keterikatan pada hal-hal yang bukan menjadi prioritas Allah dan hukum-hukumNya. Si pemuda yang bertanya kepada Yesus tentang pesrayratan memperoleh hidup kekal, dengan tegas mengatakan jika dia sudah mentaati segalanya. Tidak kurang satu apa pun. Tampaknya, kesepuluh perintah Allah telah dia turuti. Namun, Yesus justru menantang dia dengan satu persoalan kunci: keterikatan pada harta benda dunia. Untuk mencapai kesempurnaan dari persyaratan mencapai hidup kekal, si pemuda mesti menjual segala harta miliknya. Hal ini menjadi persyaratan yang berat baginya untuk dia lakukan dalam rangka mencapai hidup kekal. Si pemuda ini merasa berat untuk menanggalkan segalanya untuk mengikuti Allah dan mencapai hidup kekal. Dia sudah terjebak di dalam keterikatannya dengan BAAL yang baru: HARTA BENDA DUNIAWI.
@Kita pun mungkin demikian. Segala bentuk kepemilikan yang kita miliki dan gunakan bukan untuk melayani Tuhan dan sesama, dapat menjauhkan kita dari Allah dan sesama. Ketika dunia begitu gebyar dengan segala macam kemajuan teknologi, kita pun diberi tawaran berbagai macam hal. Termasuk kepemilikan barang-barang IT. Memiliki apa pun termasuk sarana-sarana Information and Technology (IT) yang canggih, akan menjadi kendala ketika hanya sekedar untuk kesenangan pribadi dan bukan untuk kebaikan bersama dan untuk kemuliaan Tuhan. Manusia dan dunia modernnya tentu saja ingin memajukan dirinya dengan segala macam penemuan IT. Sayangnya, penemuan dan kepemilikan IT ini menjadi sesuatu yang menarik perhatian manusia untuk mencapai kesenangan pribadi dan bukan keselamatan dan kebaikan bersama. Hal ini tentu saja melawan apa yang menjadi hakekat KEMISKINAN yang didengungkan di dalam Delapan Sabda Bahagia atau pun di dalam kaul-kaul kebiaraan. Memang miskin tidak sama dengan melarat. Miskin di sini lebih ke sikap batin. Kalau mempunyai barang atau sarana namun digunakan untuk kebaikan dan keselamatan bersama, tentu saja hal ini tidak melawan prinsip kemiskinan. Sebaliknya, jika barang-barang yang mahal harganya semisal sarana transportasi dan IT akan menjadi BAAL karena telah menjadi sesuatu yang mengikat seseorang dan menjauhinya dari sesama dan cinta kasih, dan bahkan dari Allah. Inilah yang dinamakan sebagai pelanggaran terhadap penghayatan yang benar akan KEMISKINAN. Atau, jika hanya karena berdalih prinsip kemiskinan dan akhirnya menghuni sebuah hunian yang membawa kepada sakit penyakit yang bakal menghabiskan banyak anggaran untuk biaya pengobatan, ya ini juga merupakan kekeliruan dalam pemahaman tentang arti penghayatan KEMISKINAN yang sebenarnya. Wahhhh kita sepertinya sudah melenceng dari point refleksi hari ini.
Intinya, jangan kita terobsesi dengan hal-hal atau barang-barang baik yang mahal atau sebaliknya, karena kita bakal jauh dari sesama dan dari Allah. Hal yang mungkin perlu kita waspadai di jaman now ini: kemajuan IT dan sarana-saranaya dapat menjadi BAAL yang baru dalam dunia modern ini yang dapat menjauhkan kita dari Allah dan dari sesama. Mari kita saling mendoakan agar kita selalu sadar akan bahaya yang satu ini. Have a blessed Monday. Warm greetings from Wahai. Please pray for us as we are about to drive back to Masohi …..salve..salve…salve… padrepiolaweterengsvd