_Dari atas Kapal Fery Ambon – Waipirit Seram Barat_
_Datang dengan kekosongan, pulang dalam kelimpahan_
Dengan segumpal kecewa dan di luar nalar sehat aku harus membersihkan jalaku. Kutanya danau, ” *apa salah dam dosaku sehingga engkau tidak memberiku ikanmu* ?” Tapi danau itu tetap diam membisu memandangiku yang sedang galau.
Tiba-tiba ada Suara yang memanggil memintaku, ” *Simon, bolehkah aku menggunakan perahumu* ?” Dengan kecewa dan terpaksa, aku menolakkan *PERAHU KOSONGKU* agak ke dalam dan Ia duduk sambil mengajar orang banyak yang berdiri di bibir pantai. Aku semakin gelisa memikirkan apa yang harus kukatakan kepada istriku. Pasti hari ini kami harus makan tanpa lauk akibat kesialanku. Suara itu kini memintaku lagi, ” *Bertolaklah ke tempat yang dalam dan tebarkanlah jalamu untuk menangkap ikan*.” Dengan geram sambil menahan marah aku menjawab-Nya, ” *Guru, telah sepanjang malam kami bekerja keras dan kami tidak menangkap apa-apa*.” Apa sih mau-Mu? Setelah ini Engkau dapat pergi bebas ke mana kaki-Mu melangkah, tapi aku? Aku harus pulang menghadapi cerewetnya mulut istriku di rumah karena tidak ada ikan yang kubawa pulang. Namun, tiba-tiba ada dorongan nurani yang menggerakkan mulut dan bibirku untuk berucap, ” *tetapi karena Engkau menyuruhnya, aku akan menebarkan jala juga*.”
Lalu, apa yang terjadi selanjutnya? Banyak ikan telah tertangkap oleh jalaku. Aku sadar dan harus mengakui bahwa Engkau bukan anak tukang kayu biasa yang telah mempermalukan seorang nelayan Galilea, melainkan Engkaulah Tuhan, Penguasa Semesta Alam. Aku telah memberi-Mu sebuah *PERAHU KOSONG*, tetapi Engkau mengembalikan perahuku dalam *KEPENUHAN REZEKI*. Maka sadarlah aku bahwa jiwa yang telah puas dan penuh oleh harta duniawi tak memiliki ruang kosong yang memberi-Mu kesempatan untuk mengisinya. Sebaliknya jiwa yang kosong seperti perahu kosonglah yang dapat mengisi berkat-berkat yang Kausediakan untukku.
Sekarang aku tahu bahwa hanya mereka yang rela berbagi harta miliknyalah, yang dapat mengosongkan dompet dan gudangnya sehingga memberi kesempatan bagi-Mu Tuhan untuk mengisinya dengan berkat yang baru.
_Dari sebuah hati yang kosong yang menanti berkat-berkat-Mu di tempat yang dalam_ .
( *Mgr. Inno Ngutra : Minnong – Duc in Altum* )