Keuskupan Amboina

Duc In Altum

” Ketika Kesalehan Menjadi Topeng, dan Kerendahan Hati Menjadi Jalan Pulang”


( Inspirasi Minggu, 26 Oktober 2026, Luk.19:9-14)

Dalam Injil Lukas, dengan sangat menarik
Yesus menyampaikan perumpamaan tentang dua orang yang datang ke Bait Allah untuk berdoa: “seorang Farisi dan seorang pemungut cukai”. Si Farisi berdiri dengan penuh percaya diri, memuji dirinya sendiri di hadapan Allah. Ia menyebut semua kebaikan yang telah ia lakukan, membandingkan dirinya dengan orang lain, dan merasa layak di hadapan Tuhan. Sementara si pemungut cukai berdiri jauh, menunduk, memukul dada, dan hanya berkata, “Ya Allah, kasihanilah aku orang berdosa ini.”

Di dunia yang bobrok, orang seperti si Farisi adalah tokoh yang disukai. Ia tahu cara cari muka, pandai menjilat kekuasaan, dan gemar dipuji. Ia bertindak seolah-olah baik, bukan karena cinta akan kebenaran, tetapi karena ingin dianggap benar. Ia membangun citra, bukan karakter. Ia memoles penampilan rohani, tetapi mengabaikan pertobatan sejati.

Lingkungan yang rusak tidak menyukai orang jujur. Orang baik yang tulus, yang tidak bermain sandiwara, yang berani berkata benar meski tidak populer, justru dianggap ancaman. Ia mengganggu kenyamanan mereka yang telah terbiasa dengan kemunafikan. Ia tidak ikut menjilat, tidak sibuk cari muka, dan tidak haus pujian. Ia hanya ingin hidup benar di hadapan Allah.

Dalam sistem seperti itu, orang baik menjadi musuh bersama. Ia tidak bisa dikendalikan, tidak bisa dibeli, dan tidak bisa ditundukkan oleh tekanan sosial. Ia berdiri sendiri, seperti pemungut cukai yang tahu dirinya berdosa, tetapi datang dengan hati yang hancur dan jujur. Dan justru orang seperti itulah yang dibenarkan oleh Allah.

Yesus menutup perumpamaan itu dengan sabda yang membalik logika dunia: “Barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan; dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan.” (Luk 18:14)

Untuk direnungkan :

” Jangan takut menjadi benar di tengah dunia yang mencintai kepalsuan.
Jangan gentar menjadi jujur di tengah pujian yang palsu.
Karena Tuhan tidak melihat siapa yang paling bersinar di mata manusia,
melainkan siapa yang paling hancur hatinya di hadapan-Nya. Di dunia yang memuja topeng, jadilah wajah yang jujur.
Di zaman yang memuliakan pencitraan, jadilah suara hati.
Karena kerendahan hati bukan kelemahan—ia adalah jalan pulang ke rumah Bapa.

In Christo 🙏🏿
Andy S

wpChatIcon