Keuskupan Amboina

Duc In Altum

MULAILAH DARI YANG KECIL & SEDERHANA

DAILY WORDS, SENIN, 28 JULI 2025
PEKAN BIASA XVII – TAHUN C
BY RP. PIUS LAWE, SVD

BACAAN I : KEL 32: 15 – 24. 30 – 34
MAZMUR : MZM 106: 19 – 20. 21 – 22. 23
INJIL : MAT 13: 31 – 35

@ Sekali lagi, saya mau syering satu kebiasaan yang ibu-ku selalu lakukan sebagai seorang petani tradisional. Setiap kali membersihkan ladang, ada satu hal yang unique yang selalu dilakukannya. Rumput-rumpul liar yang dicabutnya, dikebaskan agar tanah yang melekat bisa luruh/terlepas dari akar-akar rumput, kemudian dilipat dan diikat, ditaruh di atas batu atau dahan pembatas petak. Ketika sudah mengering, Ibu menggali lubang dan membenamkan rumput-rumput liar itu. Hal yang sama terjadi juga dengan batang pohon jagung dan padi yang telah mengering. Ibu tidak pernah membakar. Semuanya dibenamkan di dalam tanah. Alhasil, ladang yang awalnya berbatu-batu, setelah melalui proses bertahun-tahun menjadi sangat subur karena kompos natural yang dibuat oleh Ibu dengan setia dan tekun. Ternyata, hal sederhana yang ibu lakukan ini kelihatannya sepele tetapi mempunyai pengaruh yang sangat besar bagi keberlangsungan kesuburan tanah di lahan pertanian yang merupakan lahan satu-satunya yang kami miliki. Luar biasa…

@Orang-orang Israel, dalam kisah yang kita dengar dari kitab Keluaran hari ini, memberi kesan bahwa mereka sangat tidak sabar menunggu Musa dan Yosua turun dari gunung Sinai. Dalam keidak-sabarannya ini, mereka memaksa Harun untuk membuat allah bagi mereka, yang mereka yakini dapat berjalan di depan mereka. Harun menuruti permintaan mereka. Anak lembu emas terbuat dari serpihan emas yang mereka kumpulkan, ditaruh di hadapan mereka dan dipuja-puja dengan lagu dan tarian. Inilah kumpulan orang-orang yang tidak sabar dan melupakan kebaikan Allah yang telah menuntun mereka keluar dari penindasan bangsa Mesir. Nyata di sini bahwa orang Israel hanya mengiming-iming hal yang besar dan berguna bagi kebutuhan perutnya. Ketika keinginan mereka belum terjawab atau terkabulkan, mereka segera berpindah hati dan mengidolakan ( idolatria ) hal yang lain. Mentalitas inilah yang kita kenal sebagai mentalitas opportunis. Mereka hanya senang atau dekat pada orang atau sesuatu yang lain jika hal ini menjawabi keinginan perut-nya. Ketika Musa dan Yosua tiba, mereka mendapatkan umatnya dalam keadaan demikian: sudah berpindah dan mengidolakan illah/allah yang lain.

@ Akibat ketidak-sabaran, orang Israel minggat dari hadapan Allah. Mereka menyembah berhala. Idolatria atau penyembahan berhala merupakan dosa atau kejahatan. Terhadap hal ini, Musa memohon pengampunan dari Allah atas orang Israel, tetapi Allah menjawabnya dengan mengatakan bahwa “yang berdosa-lah yang namanya Dia hapus dari kitab-Nya. Dalam hal ini, orang Israel mestinya lebih sabar. Kesabaran akan hal yang sederhana bakal membawa berkat berlimpah.

@ Perumpamaan tentang biji sesawi dan ragi menegaskan kembali kepada kita akan arti sebuah kesabaran. Dengan bersikap sabar dan tabah terhadap hal-hal kecil dan sederhana di dalam hidup, kita bakal memetik buah yang berlimpah di kemudian hari. Ada dua hal yang dapat saya gari-bawahi dan saya pelajari dalam kaitan dengan hal ini. Pertama , saya mesti belajar untuk menghargai setiap proses. Penghargaan terhadap sebuah proses menuntut kesabaran dan ketabahan serta keuletan. Hidup tidak bisa hanya mengandalkan sebuah mukjizat hanya untuk mendapat satu hasil yang baik. Bak membenamkan rumput-rumput dan batang pohon jagung serta padi yang kering ke dalam tanah, yang di kemudian hari menjadi kompos yang sangat berguna, demikian juga hendaknya kita menghargai setiap proses dalam segala sesuatu yang kita lakukan, meskipun itu kita mulai dengan proses yang SEDERHANA. Kedua , jangan pernah saya minder untuk melakukan hal yang kecil dan sederhana meskipun hal itu kurang berarti di mata orang lain atau kurang diperhitungkan oleh kebanyakan orang. Bukan soal title akademik yang waooo, status sosial yang tinggi, harta kekayaan yang melimpah yang saya miliki untuk melayani umat. Cukupkan diri saya dengan ketulusan hati, kesiap-sediaan mengunjungi dan melayani umat di tempat-tempat terpencil, mungkin itulah bentuk dari “biji sesawi dan ragi” yang saya miliki untuk melayani Tuhan. Mulailah dengan yang sederhana seperti menggores refleksi DAILY WORDS dan WARTA PAROKI meskipun nampak tidak berarti…

@Ya, pada hari ini, ketika sedang mengenang dan merayakan rahmat imamat yang kami bertujuh ( RP. Hendrik, RP. Stef, SVD, RP. Richard, SVD, RP. Dominikus, SVD – alm., RP. Nikolaus, CMF, RP. John, CMF, dan RP. Pius, SVD ) terima 20 tahun yang lalu di Kalikasa, Lembata, saya hendak mengingatkan diri saya dan kita semua akan dua hal di atas: mulailah dari yang kecil dan sederhana (hargai setiap proses) dan berdayakanlah yang kecil dan sederhana untuk keselamatan sesama dan demi kemuliaan Tuhan. Terima kasih berlimpah untukmu Bapa Uskup dan Para Imam, Biarawan dan Biarawati, Bapa dan Mama di surga, Kakak Pit, Valeria, Siska dan Agus serta semua ponaan, seluruh keluarga besar, penderma dan penjasa baik yang sudah meninggal maupun yang masih hidup, teman-teman kelas baik SD, SMP, SMA maupun Seminari Tinggi. Doakan aku anak, sahabat dan imam-mu – hamba Tuhan yang berdosa ini. Semoga Allah tetap memakai diriku yang rapuh dan berdosa ini untuk menjadi biji sesawi dan ragi bagi sesama. Have a great day filled with love and compassion . 🙏🏼🙏🏼🙏🏼🙏🏼🙏🏼 padrepiolaweterengsvd

wpChatIcon