Dibuang Sayang dari Kunjungan Kanonik di Pulau Morotai ( Seri – 3 )
“Bapa Uskup, sangat disayangkan karena sebelumnya kami berjumlah sekitar 10 KK, tapi karena konflik dengan Romo Paroki sebelumnya sehingga domba-domba kecil itu telah kembali ke asalnya. Kendatipun demikian aku memutuskan untuk tetap tinggal di dalam
Gereja yang telah kuputuskan sendiri untuk menjadi anggotanya, yakni Gereja Katolik.”
Sharing di atas keluar dari mulut seorang Bapa muda yang memutuskan untuk tetap tinggal di dalam Gereja Katolik sekalipun karena konflik maka 9 keluarga lain telah kembali ke gereja asal mereka.
Perjalanan dari Stasi Sakita ke stasi Aru ini sekitar 1 jam. Ketika mobil berhenti di jalan persis di depan gedung gereja, kami pun disambut oleh beberapa umat yang telah menanti. Ternyata kebanyakan dari mereka adalah Jemaat GMIH ( Gereja Masehi Injili Halmahera ). Setelah berjabatan tangan, kami pun masuk ke gedung gereja kecil itu untuk mendoakan dan memberkati umat stasi Aru. Betapa kagetnya saya karena yang hadir hanya 5 jiwa. Dan memang merekalah satu keluarga yang bertahan di stasi ini sebagai orang Katolik. Inilah Gereja satu keluarga, Gereja Domestik.
Dalam percakapan dengan keluarga muda ini, saya menguatkan mereka dan berjanji bahwa akan menghimbau agar keluarga-keluarga muda dari Stasi Cendana untuk bergabung dengan mereka. Syukur karena ada Romo Paroki sebelumnya yang membeli tanah sekitar 2 hektar sehingga bisa dijadikan tempat hunian bagi keluarga-keluarga muda yang mau bergabung di stasi keluarga kecil ini.
Menyaksikan teguhnya iman keluarga kecil ini, ada rasa haru dan sedih, tapi juga ada rasa bangga karena Tuhan sungguh luar biasa dalam penyertaan-Nya sehingga Ia menguatkan kepala keluarga ini untuk tetap tinggal di dalam Gereja-Nya walaupun ada banyak tantangan dan hambatan yang dihadapinya.
Aku hanya berdoa semoga iman kekatolikannya tetap kokoh dan teguh di daratan pulau Morotai yang indah nan permai ini.
Ditulis kembali oleh: Mgr. INNO NGUTRA : Minnong – Duc In Altum )