MENJADI HAMBA YANG TAK BERGUNA
DALAM SEMANGAT “ VIVERE MILITARE EST”

DAILY WORDS, SELASA, 14 NOVEMBER 2023
PEKAN BIASA XXXII
BY RP. PIUS LAWE, SVD

BACAAN I : KEB 2: 23 – 3: 9
MAZMUR : MZM 34: 2 – 3.16 – 19
INJIL : LUK 17: 7 – 10

@ “ Vivere militare est”. Ini sebuah pepatah bahasa Latin yang berarti: hidup adalah perjuangan atau hidup berarti perjuangan. Memang benar, siapa katakan jika hidup itu cuma duduk berpangku tangan dan mengklaim bahwa semuanya beres. Tidak! Hidup sungguh membutuhkan perjuangan, kerja keras, kuras tenaga dan pikiran dan bahkan dituntut untuk terus berkreasi untuk menghasilkan sesuatu yang berdaya guna bagi banyak orang. Hidup membutuhkan perjuangan yang dilandasi passion yang dasyat. Belum lagi jika kerja keras, kuras tenaga dan pikiran tetapi justru mendapat tantangan yang luar biasa. Wahhh ini akan lebih menantang dan menguji kekuatan mental untuk “atau bertahan atau menyerah”. Namun jika itu untuk sebuah kebenaran dan semuanya untuk kemuliaan Tuhan dan kebaikan/keselamatan sesama, jangan pernah menyerah. Seperti kata-kata firman di dalam kitab Kebijaksanaan hari ini: “…. Kalaupun mereka disiksa menurut pandangan manusia, namun harapan mereka penuh kebakaan. Setelah disiksa sebentar, mereka menerima anugerah yang besar, sebab Allah hanya menguji mereka, lalu mendapati mereka layak bagi diri-Nya. Laksana emas dalam dapur api diperiksalah mereka oleh – Nya, lalu diterima bagai kurban bakaran…

@ Kata-kata penuh motivasi dari Kitab Kebijaksanaan ini sungguh mengasah kita semua yang sudah coba berbuat baik, berbuat semaksimal mungkin, namun mungkin dunia menilainya secara berbeda. Kata-kata di atas sungguh meneguhkan siapa pun yang telah berkorban, namun mungkin kurang dihargai. Biasanya, suatu keputusan dianggap kurang populer, akan mendapat banyak tantangan dan rintangan. Misalnya, hari ini semua orang mencerca keputusan Pak Jokowi untuk tidak mendukung ini atau itu secara terang-terangan. Bahkan dia dicemooh karena dicurigai mengorbitkan anaknya sendiri, Gibran. Namun kan semua kita tidak tahu apa motivasi di balik semuanya ini. Saya pun tidak gegabah menghakiminya. Saya takut saya bisa salah, dan Pak Jokowi akan berbalik tersenyum sinis pada saya karena ternyata yang saya sangka tentang dia bukanlah demikian. Jalan yang dipilihnya tampak kurang populer. Who knows? Ya, saya tidak bermaksud menggiring kita semua ke ranah politik. Saya hanya memberi gambaran bahwa ketika saya berada pada satu posisi strategik untuk mengambil sebuah keputusan yang mungkin “kurang populer” saya bahkan mendapat “ resistensi ”/perlawanan yang sengit. Ya, kata-kata dalam kitab Kebijaksanaan sekali lagi meneguhkanku dan kita semua yang mungkin berada pada posisi yang sama untuk “tetap tegar” dan membiarkan diri diuji setiap saat bagai “emas dalam dapur api”. “ Vivere militare est”

@ Ya, “ Vivere militare est”. Sungguh hidup ini merupakan sebuah perjuangan. Belum tentu yang kita perjuangkan sebagai “kebenaran” dapat menyenangkan dunia atau semua orang di sekitar kita. Yang benar menurut saya, belum tentu benar menurut orang lain. Relativisme arti sebuah “kebenaran” ini mendorong saya untuk tidak berputus asah ketika seribu tantangan datang menghadang di saat saya coba mengabdi kepada Tuhan dengan tulus tanpa menuntut kenyamanan ini atau itu. Seperti kata Pemazmur, “ Mata Tuhan tertuju kepada orang-orang benar, dan telinga-Nya teriak minta tolong …” Mungkin inilah yang kita perlu pegang di dalam hidup, terlebih ketika kita tak sanggup untuk memikul beban berat dalam perjalanan hidup ini. Sekali lagi, seperti Pemazmur dalam teriakannya hari ini, saya mestinya menyematkan di dalam hatiku kata-kata ini: “ Tuhan itu dekat kepada orang-orang yang patah hati, ia menyelamatkan orang-orang yang remuk jiwanya”. Apa lagi orang-orang yang remuk jiwanya oleh karena telah memperjuangkan hal yang benar.

@ “ Vivere militare est ” – hidup merupakan perjuangan. Kalau saya katakan bahwa sebuah perjuangan tanpa ada tantangan, itu bukan perjuangan. Hidup tanpa perjuangan bagai menyetir di atas jalan tol. Mulus! Tidak perlu cemas akan ini dan itu. Sesungguhnya, itu bukanlah realitas yang sesungguhnya. Hal ini ditegaskan oleh Injil hari ini. Yesus menyodorkan sosok “seorang hamba” sebagai representative atau perwakilan kita semua yang mengabdi pada Allah. Jika kita sungguh mau mengabdi pada Allah, apa pun tantangan dan rintangan, tetaplah mengabdi dengan “ ketaatan seorang hamba”. Yesus menganalogikan hal ini dengan menggambarkan seorang hamba, yang dalam keadaan lelah, bukannya disuruh untuk duduk dan makan, tetapi sebaliknya diminta untuk melayani tuannya untuk makan dan minum. Saya dan saudara/I pun mestinya memiliki spirit/semangat yang demikian. Dalam tantangan, baik tantangan yang datang dari dalam diri maupun dari luar sana, saya harus tetap tegar untuk menjadi seorang hamba bahkan HAMBA YANG TAK BERGUNA , apa lagi HAMBA yang dipandang TAK BERGUNA . Tetaplah setia mengabdi sebagai seorang hamba yang tak berguna. Sesungguhnya, “ Vivere militare est ” – hidup berarti perjuangan….. have a blessed day filled with love and mercy …..padrepiolaweterengsvd🙏🏼🙏🏼🙏🏼🙏🏼